SENI DAN BUDAYA
PALEMBANG
Kota Palembang merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, kota palembang juga merupakan ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Kota ini banyak sekali memiliki ragam kesenian dan budaya, pariwisata, sejarah dan lain sebagainya.
Sejarah tua
Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan
kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan
besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa.
Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah
bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)",
adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti
Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan
coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.[1]
Kesenian yang terdapat di Palembang antara
lain:
TARI TANGGAI
Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut
tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh
lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot,
pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako,
kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para
penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan
masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi
tamau yang berkunjung ke daerahnya.
TARI GENDING SRIWIJAYA
Tari ini ditampilkan secara khusus untuk
menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung
lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya
terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang
dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah 13 orang terdiri dari:
ü Satu orang
penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
ü Dua orang
penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
ü Enam orang
penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
ü Satu orang
pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)
ü Satu orang
penyanyi Gending Sriwijaya
ü Dua orang
pembawa tombak (pria).
TARI MADIK (NINDAI)
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan
apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah
seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang
dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta
kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa
apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan
mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai
pria.
TARI MEJENG BESUKO
Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja
dalam suatu pertemuan mereka. Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan
jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan
jodohnya melalui pertemuan seperti ini.
TARI RODAT CEMPAKO
Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan
islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti
halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah.
TARI TENUN SONGKET
Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri
khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu
luang dengan menenun songket.
REBANA
REBANA
Merupakan musik tradisional yang menggunakan
alat kulit kambing yang di ikatkan di kayu biasanya pemainya terdiri dari 10
s/d 12 orang, rebana ini juga di pakai untuk arakan pengantin dan lain-lain. Kemudian ada juga seperti sharofal anam ataupun hadroh kesenian islami.
JIDUR
Merupakan musik tradisional yang menggunakan
alat seperti terompet, tombon dan drum yang mempunyai suara khas.
DUL MULUK
Dul muluk adalah salah satu kesenian
tradisional yang ada di Sumatera Selatan biasanya seni Dul Muluk ini
dipentaskan pada acara yang bersifat menghibur, seperti pada acara : pernikahan
pergelaran tradisional dan panggung hiburan.
BANGSAWAN
Merupakan bentuk teater tradisional yang lahir
sesudah kehadiran teater Dul Muluk dan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Sumber
cerita bebas namun bersifat istana sentries.
2. Sifat cerita
tragedy (sedih)
3. Pemeran
cerita diperankan oleh jenis kelamin sesungguhnya
4. Setting
cerita disesuaikan dengan kebutuhan cerita
WAYANG PALEMBANG
Wayang Palembang merupakan warisan dari
kesenian Jawa yang ceritanya sama dengan wayang yang ada di Pulau Jawa, namun
bahasa yang digunakan adalah bahasa Palembang Wayang Palembang aktif dimainkan
di RRI stasiun Palembang.[2]