Monday, 16 November 2015

Menerangkan Sifat-Sifat Allah - Ilmu Kalam

Menerangkan Sifat-Sifat Allah
Oleh: Iswahyudi

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah.
 Kita sebagai hamba Allah harus beriman atau mempercayai Allah SWT dan seluruh  sifat-sifatnya serta mengamalkan sifat-sifat Allah tersebut yang telah jelas di 99  nama-nama Allah dalam As-ma’ul husna dan sifat-sifat Allah lain nya.
Oleh karena itu melalui makalah ini penulis mengambil judul tentang sifat maha esa Allah, maha pengasih dan maha penyayang Allah, maha berkehendak dan maha berkuasa Allah, dan maha adil Allah. Sehingga kita semua dapat memahami lebih dalam tentang sifat-sifat Allah tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan, diantarannya Sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah tentang sifat Allah maha esa?
2.      Bagaimanakah tentang sifat Allah maha pengasih dan maha penyayang?
3.      Bagaimanakah tentang sifat Allag maha berkehendak dan maha berkuasa?
4.      Bagaimanakah tentang sifat Allah Maha Adil?

C.    Tujuan Penulisan
 Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai tugas individu semester kedua dan bahan diskusi mata kuliah ilmu kalam dan untuk menambah pengetahuan tentang sifat-sifat Allah, kalam Allah, ketauhidtan Allah dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

BAB 2
PEMBAHASAN

Menerangkan Beberapa Sifat-Sifat Allah
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah.
Yang diantara sifat sempurna Allah adalah di Asma’ul Khusnah dan sifat wajib bagi Allah dan sifat Allah lainya, sebagai hamba Allah harus mempercayainya dan mengamalkannya. Oleh karena itu pada makalah ini akan di bahas mengenai beberapa sifat-sifat Allah.

A.    Maha Esa
Allah SWT adalah maha Esa artinya satu tidak ada yang menyerupainya seperti firman Allah brikut :

1.  Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Allah SWT esa pada zat, sifat dan perbuatan. Hakikat ini menafikan berbilang-bilang Allah ta'ala pada zat, sifat dan perbuatan-Nya.
Keterangan yang berikut dapat dimanfaatkan untuk menolak segala kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah ta'ala (syirik) yang menyamakan sesetengah sifat dan perbuatan manusia dengan sifat dan perbuatan Allah ta'ala yang akhirnya membawa kepada kerusakan iman.

v  Allah Maha Esa pada zat

1.      Zat Allah tidak tersusun secara organic seperti pada tulang, daging, darah dan sebagainya yang di sebut kam muttasil pada zat.
2.      Tidak ada zat yang lain sama atau serupa dengan zat Allah yang disebut kam muttasil pada zat.

v  Allah Maha Esa pada sifat

1.      Sifat Allah tidak berbilang pada satu-satu jenis seperti dua qudrah (dua kuasa) yang di sebut kam muttasil pada zat.
2.      Tidak ada sifat yang lain sama dengan sifat Allah yang di sebut kam muttasil pada zat.

v  Allah Maha Esa pada perbuatan

1.      Tidak ada perbuatan lain yang sama atau serupa dengan perbuatan Allah di sebut kam muttasil pada zat.

Dalil Aqli

Jika Allah  tidak esa, maka perbuatan AlLah juga tidak esa; yaitu ada kalanya bekerjasama dan adakalanya tidak bekerjasama.
Jika bekerjasama umpamanya tuhan pertama membuat langit dan tuhan kedua membaut bumi. Maka nyatalah sifat lemah pada tuhan sebab perlu saling tolong menolong. Jika tidak bekerjasama tentu ketika itu ada tuhan bberkuasa dan ada tuhan yang lemah.

             Maka logika akal tidak dapat menerima tuhan yang lemah, dan jelaslah Allah Maha Esa pada zat, sifat dan perbuatan-Nya. Kewujudan alam ini menjadi bukti keesaan Allah ta'ala.[1]

Dalil Naqli
Firman Allah :
o   (QS. Al- baqarah 163)
163.  Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

o   (QS. Anbiya’ 22)
22.  Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

B.     Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang Allah ini menurut Asy-Syaik Muhammad Khalil Al-Harras mengatakan, “keduanya adalah nama yang mulia dari nama-nama Allah yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua ini menunjukan bahwa Allah memiliki sifat rahmat, kasih sayang, yang merupakan sifat hakiki bagi Allah dan sesuai dengan kebesarannya. Artinya Allah selalu menagasihi dan menyayangi bagi hambanya yang selalu berada di jalan kebenaran atau jalan yang diridhoi Allah.[2]

Kedua nama Allah ini disebutkan dalam banyak ayat dan hadits nabi, diantaranya

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ
 Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (QS. Al-fatiha :1)
Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Fatiha : 3)

C.    Maha Berkehendak dan Maha Berkuasa

Allah SWT adalah maha berkehendak atas segala sesuatu yang ada di jagat raya atau alam semesta ini atau sering disebut dengan sifat wajib Allah Kaunuhu Muridan yaitu sebagai dzat yang maha berkehendak. Mustahil jika Allah bersifat Kaunuhu Mukraban artinya dalam keadaaan terpaksa. Dzat Allah senantiasa dalam keadaan  Maha Berkehendak, tiada sesuatu pun yang dapat menghalangi kehendaknya , tidak terpakasa dan tiada sesuatu pun yang dapat memaksakanNya. Sebagaimana Firman-Nya:
!$yJ¯RÎ) ÿ¼çnãøBr& !#sŒÎ) yŠ#ur& $º«øx© br& tAqà)tƒ ¼çms9 `ä. ãbqä3uŠsù ÇÑËÈ
82.  Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (QS. Yassin : 82).

Kemudian, Allah SWT adalah maha berkuasa atas segala sesuatu yang ada di jagat raya atau alam semesta ini atau sering disebut dengan sifat wajib Allah  Kaunuhu Qadiran yaitu sebagai dzat yang maha berkuasa. Mustahil jika Allah bersifat Kaunuhu'Ajizan artinya Adanya sebagai Dzat yang lemah. Allah SWT adalah Dzat yang Maha Pencipta dan yang mengatur terhadap segala sesuatu yang diciptakannya, dan Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala apa yang diciptakannya.[3] Sebagaimana Firman - Nya.
20.  Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-baqarah : 20) 
D.    Maha Adil
Sifat maha adil Allah ini adalah merupakan salah satu nama-nama Allah yang ada di asmaul husnah dan adil merupakan sifat Allah SWT yang harus dan wajib percayai dan amalkan. Kata Adil sendiri adalah Al-‘Adl, berasal dari tiga suku kata ‘a-da-la, yang berarti lurus dan sama.
Allah Maha Adil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatannya. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan taqwanya. Semakin tinggi taqwanya, semakin tinggi pula posisinya, semakin mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Begitupun sebaliknya.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ
90.  Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. ” (Qs. An Nahl 90).
 Oleh karena itu kita harus mengamalkan dan menjalankan sifat adil Allah ini, Seorang yang adil, menurut definisi ini adalah mereka yang lurus, tidak plin-plan, dan sikapnya senantiasa menggunakan ukuran yang sama, bukan standar ganda. Ketika berhadapan dengan suatu masalah, orang yang adil bersikap obyektif, tidak berpihak pada salah satu yang bersengketa.
Dia berfirman:
 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r&
13.  Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (QS. Al-hujarat : 11).
Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi kepada mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Tidak dikenal oleh-Nya istilah dosa turunan, juga tidak ada hukum karma. Di hadapan-Nya masing-masing individu akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.
Lebih dari itu, keadilan-Nya selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.
Adil juga berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Lawan kata adil adalah Dzalim atau aniaya. Seseorang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya disebut dzalim atau berbuat aniaya.
Untuk memahami keadilan Allah, mari kita jelajahi benda-benda angkasa. Adakah di antara benda-benda itu yang ditempatkan semau-Nya? Semua tertata rapi, masing-masing menempati posisi yang pas dengan tingkat presisi yang sempurna. Bayangkan jika tidak presisi, tentu akan timbul benturan antara yang satu dengan lainnya. Sudah bisa diduga, berapa umur dunia ini.
Perhatikan firman-Nya:

6.  Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? (Qs. Qaf: 6)
Lalu perhatikan diri kita sendiri, betapa Allah dengan sifat Adil-Nya telah menempatkan seluruh anggota tubuh kita pada tempat yang semestinya. Dia telah menempatkan hidung, mata, telinga, kepala, tangan, dan kaki pada tempat yang pas. Bayangkan jika tempat masing-masing anggota tubuh kita tidak pada posisinya seperti sekarang ini. Duh, Maha Adil Engkau Ya Allah.

21.  Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Qs. Adz-Dzariyat: 21)
Lalu, masih sangsikah kita terhadap keadilan-Nya? Teladani keadilan-Nya dengan cara berbuat adil terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, masyarakat, dan kepada semua.[4]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpualan
Dari pembahasan makalah tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Sifat Maha Esa Allah adalah Allah itu maha esa, satu tidak ada yang menyerupainya sesuai tertera pada Surah Al-Ikhlas.
2.      Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang adalah Allah Maha yang mengasihi dan menyayangi bagi hamba-hambanya yang ada di alam semesta ini. Sifat Allah ini sering disebut Ar-Rohman dan Ar-Rohiim.
3.      Allah Maha berkehendak dan berkuasa, sifat ini sering disebut dengan dzat berkehendak (Muridan) dan dzat berkuasa (Qadiran). Allah SWT maha berkuasa dan berkehendak apa yang ada di alam semesta ini.
4.      Maha Adil, sifat maha adil Allah ini adalah salah satu sifat Allah yang ada di asmaul husna yaitu Al-Adl yang artinya yang maha adil atau lurus. Allah SWT maha adil terhadap segala ciptaan nya dan hambanya di seluruh jagad raya ini.

B.     Saran
Saran dari penulis kepada pembaca sekalian adalah mari kita bersama-sama meningkatkan ketekunan kita dalam belajar agama dan umum karena dengan ilmu kita bisa bahagia di dunia dan akhirat. Dan juga marilah kita bersama selalu beristiqomah di jalan Allah. Dan selalu beriman, meneladani dan mengamalkan dengan sifat-sifat Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Suaidi, Qomar. 2012. Ar-rohman dan Ar-rohim. Jakarta: Majalah AsySyariah Edisi 060.
2007. Al-Adl, Yang Maha Adil. Jakarta: Majalah Nebula (ESQ Magazine).

 #makalah_s1_fakultas_syariah_dan_hukum_UIN_rafah




[1] (http://jarumemas.blogspot.com)
[2] Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc, Ar-rahman dan Ar-rohim, Majalah AsySyariah, Edisi 060.
[3] (http://om-gery.blogspot.com)
[4] Majalah Nebula (ESQ Magazine) No. 03/Tahun III/2007
loading...