Studi Islam dan Studi Agama-Agama
Oleh: Iswahyudi
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui nabi Muhammad Saw. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari
kehidupan manusia berupa al-Qur’an dan Hadits dan merupakan bagian pilar
penting kajian islam sekaligus pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana
pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat
teologis maupun humanistis.
Pendidikan secara komunal merupakan penolong utama bagi manusia
untuk menjalani kehidupan ini yang sekaligus membedakan eksistensi dengan
hewan. Tanpa pendidikan, maka manusia sekarang ini tidak akan berbeda
dengan keadaan pendahulunya pada era purbakala sedangkan pendidikan islam
berusaha mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara
menyeluruh,melahirkan manusia-manusia yang bermutu dan dapat merasakan
ketenangan hidup jika di bandingkan dengan kehidupan yang para
pendahulunya.Pendidikan islam(Dirasah Islamiyah) secara
harfiah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman dan sebagai pranata sosial juga sangat
terikat dengan pandangan islam tentang hakekat keberadaan(eksistensi)manusia.
Oleh karena itu, pendidikan
islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu
sama di depan ilahi yang membedakan hal tersebut ialah kadar ketakwaan
sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang berarti
selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima diubah
bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri. Berpijak
pada arti tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal:
Pertama : Islam yang mengarah pada
ketundukan atau berserah diri kepada Tuhan satu-satunya sumber otoritas yang
serba mutlak. Keadaan ini membawa pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang
tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya
sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu
pengarahan kepada keselamatan dunia dan akhirat karena ajaran islam pada
hakikatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi
semua larangan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian.
Manusia merupakan salah satu unsur yang hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan ibu sehingga
manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain, makhluk yang
lain bahkan berdampingan dengan alam raya.
Study Islam tidak hanya didasarkan atas hasil pemikiran manusia
dalam menuju kemaslahatan umum tetapi juga pembentukan manusia sesuai dengan
kodratnya yang mencakup dimensi imanensi (horizontal)
dan dimensi transendensi (vertikal) berupa hubungan dan
pertanggung jawabannya
kepada Yang Maha Pencipta). Salah
satu kunci pokok keislaman adalah ajaran tauhid yang menunjukkan bahwa tidak
ada perhambaan/penyembahan kecuali kepada Allah Swt, bebas dari belenggu
kebendaan dan kerohanian.Penyimpangan agama, pada umumnya lebih merupakan
akibat dari ketidaksenangan karena perampasan otonominya untuk
mensubordinasikan sesamanya.
Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa aspek yang
terkandung di dalam studi Islam dan agama-agama.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan, diantarannya Sebagai
berikut:
1.
Apa pengertian dari studi Islam?
2.
Bagaimanakah urgensi studi Islam itu?
3.
Apa-apa saja tujuan dari studi Islam?
4.
Apa-apa saja pendekatan dan metode studi Islam?
5.
Bagaimanakah penamaan dan karakteristik dari suatu
ajaran agama?
BAB
II
PEMBAHASAN
STUDI ISLAM DAN STUDI AGAMA-AGAMA
A.
Pengertian Studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di
barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka studi Islam
secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Dengan kata
lain, studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan
dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun
praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,
sepanjang sejarahnya.[1]
Usaha
mempelajari agama Islam dalam kenyataannya tidak hanya dilakukan oleh kalangan
umat Islam saja, melainkan juga dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan
umat Islam. Di kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami
dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar dapat dilaksanakan dan
diamalkan dengan benar. Sedangkan di luar kalangan umat Islam, studi keislaman
bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan
yang berlaku di kalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan
(Islamologi).[2]
B.
Urgensi Studi Islam
Dari segi tingkatan
kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Salah satu prinsip fungsional
menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan
sendirinya. Karenanya agama Islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh
menyatakan eksistensinya. Hal ini berarti bahwa agama mempunyai dan memerankan
sejumlah peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu, study Islam dituntut
untuk membuka dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan
dunia modern serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.
Urgensi studi
Islam yang demikian dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut:
1.
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi
Problematis
Umat Islam pada
saat ini berada pada masa yang lemah dalam segala aspek kehidupan social budaya
yang mana harus berhadapan dengan dunia modern yang serba praktis dan maju.
Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh terjebak pada romantisme, artinya
menyibukkan diri untuk membesar-besarkan kejayaan masa lalu yang terwujud dalam
sejarah Islam, sementara saat ini Islam masih silau menghadapi masa depannya.
Umat Islam memang berada dalam suasana problematic. Jika sekarang umat Islam masih
berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam hasil penafsiran ulama terdahulu yang
dianggap sebagai ajaran yang mapan dan sempurna serta paten, berarti mereka
memiliki intelektual sebatas itu saja yang pada akhirnya menghadapi masa depan
suram.
Oleh karena
itu, disinilah pentingnya studi Islam yang dapat mengarahkan dan bertujuan
untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran
agama Islam yang merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu
beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern dengan
tetap berpegang pada sumber ajaran Islam yang murni dan asli, yaitu al-quran
dan As-Sunnah. Studi Islam juga dapat diharapkan mampu memberikan pedoman dan
pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang
hidup dalam dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era
global sekarang.
2.
Umat Islam dan peradabannya berada dalam
suasana problematic
Perkembangan
IPTEK telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat
manusia. Dunia tampak sebagai suatu system yang saling memiliki ketergantungan.
Oleh karenanya, umat manusia tentunya membutuhkan aturan, norma serta pedoman
dan pegangan hidup yang dapat diterima oleh semua bangsa.
Umat manusia
dalam sejarah peradaban dan kebudayaannya telah berhasil menemukan aturan,
nilai, norma sebagai pegangan dan pedoman yang berupa: agama, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Umat manusia pada masa yang serba canggih semakin
menjadikan manusia-manusia modern kehilangan identitas serta kemanusiaannya (
sifat-sifat manusiawinya).
Islam, sebagai
agama yang Rahmatullah lil ‘Alamin, tentunya mempunyai konsep atau
ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat
manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Akan tetapi, umat islam sendiri
saat ini berada dalam situasi yang serba problematic. Kondisi kehidupan social
budaya dan peradaban umat islam dalam keadaaan lemah dan tidak berdaya
berhadapan dengan budaya dan peradaban manusia dan dunia modern. Di sinilah,
letak urgensi studi Islam, yaitu untuk menggali ajaran-ajaran Islam yang asli dan
murni, dan yang bersifat manusiawi dan universal, yang mempunyai daya untuk
mewujudkan dirinya sebagai Rahmatan lil ‘Alamiin. Dari
situlah kemudian dididikkan dan ditransformasikan kepada generasi penerusnya yang
bisa menawarkan alternative pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat
manusia dalam dunia modern.
C.
Tujuan Studi
Islam
Muhaimin dalam
bukunya menyatakan arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan sebagai
berikut:[3]
1.
Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa
sebenarnya (hakikat) agama Islam, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan
agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
Allah
menurunkun agama sebagai alat untuk membimbing dan mengarahkan serta
menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia
dimuka bumi. Allah juga menurunkan ajaran Islam sebagai fase awal dari
pertumbuhan dan perkembangan akal dan budi daya manusia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ajaran agama Islam telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan akal fikiran dan budi daya serat agama.
Sepanjang
sejarah perkembangannya, tidak ada pertentangan antara akal pikiran dan budi
daya manusia dengan agama Islam. Kalau pada suatu masa tampak adanya
pertentangan antara ajaran Islam dengan akal pikiran dan budi daya manusia,
maka dapat diduga bahwa telah terjadi kemacetan atau penyimpangan dalam
perkembangannya. Dengan menggali kembali hakikat agama Islam, maka akan dapat
digunakan sebagai alat analisis terhadap kemacetan atau penyimpangan akal
pikiran dan budaya manusiawi serta ajaran agama Islam sekaligus.
2.
Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok
isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban
Islam sepanjang sejarahnya.
Agama Islam
adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama Islam tentunya sesuai
dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi dasar, pembawaan yang ada, dan
tercipta dalam proses penciptaan manusia. Potensi fitrah inilah yang membuat
manusia hidup, tumbuh dan berkembang. Sebagai agama fitrah, pokok-pokok ajaran
agama Islam tersebut akan tumbuh dan berkembang secara operasional dan serasi
bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia tersebut. Dengan
demikian, pokok isi ajaran agama Islam yang berkembang tersebut akan
beradaptasi dan berinteraksi serta berintegrasi kuat terhadap sistem hidup dan
lingkungan budaya yang dimasukinya.
3.
Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar
ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya
sepanjang sejarahnya.
Agama Islam
sebagai agama samawi terakhir membawa ajaran-ajaran yang berifat final dan
mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan
tuntutannya sepanjang zaman. Permasalahan dan tantangan dan tuntutan hidup
manusiapun bertumbuh-kembang menjadi kompleks dan menimbulkan pertumbuhan dan
perkembangan system kehidupan budaya dan peradaban manusia yang semakin maju
dan modern.
4.
Untuk mempelajari secara mendalam
prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana
realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan
budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.
Agama Islam
yang meyakini mempunyai misi sebagai Rahmatan lil ‘Alamiin tentunya
mempunyai Nilai dan prinsip dasar ajaran agama Islam yang bersifat universal diharapkan
menjadi alternative yang mampu mengarahkan, mengontrol, dan mengendalikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta factor dinamika
lainnya dari system budaya dan peradaban manusia menuju terwujudnya kondisi
kehidupan yang adil dan makmur.
D.
Pendekatan dan
Metode Studi Islam
Pendekatan-pendekatan
yang digunakan dalam studi Islam adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan Historis, yaitu meninjau suatu permasalahan
dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya
dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau histori adalah studi
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu
yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya.
2.
Pendekatan Filosofis, yaitu melihat suatu
permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha menjawab dan memecahkan
permasalahan itu dengan menggunakan metode analisis spekulatif.
3.
Pendekatan Ilmiah, yaitu meninjau dan
menganalisis suatu permasalahan atau objek studi dengan menggunakan metode
ilmiah pada umumnya. Di antara cirri pokok dari pendekatan ilmiah adalah
terjaminnya objektivitas dan keterbukaan dalam studi.
4.
Pendekatan Doktriner, yaitu bahwa agama Islam
sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan meruakan
doktrin-doktrin yang berasal dari Ilahi yang mempunyai nilai (kebenaran)
absolute, mutlak dan universal.
Abuddin Nata
berpendapat dalam bukunya, mengenai berbagai pendekatan dalam studi Islam,
yaitu:[4]
1.
Pendekatan Teologis Normatif, yaitu upaya
memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu ketuhanan yang bertolak dari
suatu keyakinan bahwa wujud empiric dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang
paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
2.
Pendekatan Antropologis, yaitu upaya memahami
agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo[5],
lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.
3.
Pendekatan Sosiologis sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan
antara manusia yang menguasai hidupnya.[6]
Secara lebih rinci, sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang
keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala
sosial lainnyayang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial
dapat dianalisis dengan factor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,
mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses
tersebut.
4.
Pendekatan Filosofis menurut sidi Gazalba,
filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal
dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala
sesuatu yang ada.[7]
5.
Pendekatan Historis. Sejarah atau historis
adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsure tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut.[8]
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam
yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat
adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis
dengan yang ada di alam empiris dan historis.
6.
Pendekatan kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil
daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin
yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan terdapat pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, adat istiadat, dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan
sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab berbagai
masalah yang dihadapinya.
7.
Pendekatan Psikologi. Menurut Zakiah Daradjat[9],
perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh
keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama tidak akan mempersoalkan benar
tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah
bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku
penganutnya.
Adapun Metode
studi Islam secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:[10]
1.
Metode Diakronis
Metode
diakronis disebut juga metode sosiohistoris, yaitu suatu metode pemahaman
terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihatnya sebagai
suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat,
kebudayaan, golongan, dan lingkungan di mana kepercayaan, sejarah atau kejadian
itu muncul. Metode ini menghendaki adanya pengetahuan, pemahaman, dan
penguraian ajaran-ajaran Islam dari sumber dasarnya, yakni Al-Quran dan Hadits
serta latar belakang masyarakat, sejarah, budaya di samping Sirah Nabi SAW.
Dengan segala alam pikirannya.[11]
2.
Metode Sinkronis-Analitis
Yaitu suatu
metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis teoretis yang
sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek umat Islam. Metode
ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga
mengutamakan telaah teoretis.
3.
Metode Problem Solving (hill al-musykilat)
Yaitu metode
yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu
cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara penguasaan
ketrampilan daripada pengembanan mental-intelektual, sehingga memiliki
kelemahan, yakni perkembangan pemikiran umat Islam mungkin hanya terbatas pada
kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistis.
4.
Metode Empiris (Tajribiyyah)
Yaitu suatu
metode yang memungkinkan umat Islam mempelajari ajarannya malalui proses
realisasi, aktualisasi dan internalisasi norma-norma dan kaidah Islam dengan
suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara
deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dan suatu sistem norma baru.
5.
Metode Deduktif (al-Manhaj al-Istinbathiyyah)
Yaitu metode
dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan filisofis, dan selanjutnya
kaidah-kaidah itu diaplikasikan untuk menentukan masalah-masalah yang dihadapi.
Metode ini dipakai untuk sarana meng-istinbath-kan hukum-hukum syara’.
6.
Metode Induktif
Yaitu metode
dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk diterapkan kepada
masalah-masalah furu’ yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih dahulu.
E.
Penamaan dan
Karakteristik Ajaran
1.
Penamaan Islam
dam Implikasi Dalam Kehidupan Manusia
Nama Islam itu
khusus pemberian Allah dan telah menjadi sebuah nama rasul terahir. Agama islam
yang dibawa oleh Muhammad SAW bukan agama baru, karena agama yang diturunkan
dari Allah SWT, memiliki nama Islam, yang intinya adalah “menyerahkan diri
bulat-bulat kepada-Nya”. Para nabi atau para Rasul sebelumnya juga beragama
Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, misalnya; Nabi Nuh (QS. Yunus
71-72), Nabi Ibrahim (QS. Ali Imran: 67; al-Hajj : 78), Nabi Yaqub (QS.
Al-Baqarah : 132), Nabi Yusuf (QS. Yusuf: 101), Nabi Sulaiman (QS. Al-Naml:
29-37), Nabi Isa (QS. Ali Imran: 52), dan sebagainya.
Sebagaimana
implikasi dari penamaan tersebut, maka Islam merupakan agama universal, karena
berasal dari Zat yang menguasainya, mengatur, dan memelihara sekalian alam.
Ajaran Islam di maksudkan untu seluruh umat Islam, bukan untuk kelompok
tertentu, karena Nabi Muhammad Saw diutus untuk seluruh umat manusia (QS.
al-Anibya: 107). Berbeda dengan para rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk
satu bangsa dan wilayah tertentu. Kehadiran Nabi/Rasul berikutnya adalah untuk
menyempurpurnakan ajaran Nabi/Rasul sebelumnya dan meluruskan ajaran yang telah
diselewengkan oleh bangsa diwilayah tertentu. Kehadiran Nabi Muhammad Saw
adalah Rasul pamungkas, yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Di samping itu,
salah satu prinsip yang fundamental dalam islam ialah bahwa orang Islam harus
percaya pada para Nabi dan Rasul yang dibangkitkan sebelum Nabi Muhammad Saw.
Islam menuntut pemeluknya percaya kepada semua agama di dunia yang
mendahuluinya yang diturunkan oleh Tuha. Dalam hal ini dinyatakan oleh Allah
dalam QS. al-Baqarah ayat 4 dan 136). Apabila dibandingkan dengan pemeluk agama
lainnya, maka seorang muslim adalah orang yang percaya kepada Nabi-nabi dan
kitab-kitab suci dari bangsa lain. Tetapi
seorang muslim percaya kepada mereka semua, juga percaya kepada Nabi Muhammad
SAW. Karena itu agama Islam adalah agama yang mencakup semua ajaran agama yang
diwahyukan oleh Allah di dunia ini, sebagaimana Al-Qur’an merupakan himpunan
semua dari kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah di dunia ini.[12]
Hal ini juga merupakan indikasi dari universalitas ajaran agama Islam.
Dilihat dari
segi sejarahnya, dakwah Islam mengarah kepada perbaikan standar nilai-nilai
kemanusiaan yang unggul, baik dalam tingkah laku pribadi dan hubungan sesame
manusia.
Oleh karena
keunggulan Islam itu, maka ia dapat didakwahkan secara mudah di muka bumi ini.
Eksperimen-eksoerimen tersebut akan berlaku bagi masyarakat lainnya, untuk
menegakkan nili-nilai kemanusiaan. Yang tinggi baerhadapan dengan pandangan
hidup jahiliah dan materialism di kalangan masyarakat. Tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan itu merupakan tuntutan dan kebutuhan setiap manusia, kapan dan di
mana saja. Kehadiran Dakwah Islam yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad
Saw adalah untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan itu.
Menjelaskan
universalitas ajaran Islam dapat ditempu melalui analisi dan kajian tentang
pengertian Islam, karena yang pertama-tama menjadi sumber ide tentang
universitas islam adalah pengertian Islamitu sendiri. Kata Islam mengandung
arti atau makna yang bermacam-macam tetapi mengandung kesatuan makna.
Sebagaimana dapat dipahami dan direnungkan pada uraian sebagai berikut:
Pertama, “Islam”
berasal dari kata al-salamu, al-salmu, dan al-silmu, yang berarti:
menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Dengan demikian “Islam” mengandung
sikap penyerahan diri, pasrah, tunduk, dan patuh dari manusia terhadap Tuhannya
atu makhluknyaterhadap Khalik, Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, “Islam”
berasal dari kata al-silmu atau al-salmu yang berarti damai dan aman.
Hal ini mengandung makna bahwa orang yang ber-Islam berarti, orang yang masuk
dalam perdamian dan keamanan, dan seorang muslim adalah orang yang mebikin
perdamaian dan kedamaian denga Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam. Damai
dengan Tuhan berarti tunduk dan patuh secara menyeluruh kepada kehendaknya.
Damai dengan manusia tidak hanya berarti meninggalkan perbuatan jelek dan tidak
menyakitkan orang lain, tetapi juga berbuat baik kepada orang lain, karena
manusia tidaklah terlepas dari berbuat baik kepada orang lain, karena manusia
tidaklah terlepas dari berbuat baik kepada orang lain. Damai dengan dirinya
sendiri berarti selalu memelihara diri dan menjaganya dari berbagai macam
ancaman dan siksaan atau penderitaan, apakah berupa penyakit (jasmani maupun
rohani), dan lain-lain. Sedangkan damai dengan alam berarti memelihara,
memakmurkan dan membudayakan alam, serta memanfaatkannya selaras dengan sifat
dan kondisi dari alam itu sendiri, dan tidak merusaknya atau melanggar
hukum-hukum alam (Sunnatullah).
Ketiga, “Islam”
beraasal dari kata-kata as-salmu, dan as-salamatu, yang berarti:
bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir batin, pengertian ini dapat
dipahami dari firman Allah dalam QS. al-Syu’ara ayat 89, manusia terdiri dari
dua substansi yaitu jasad dan roh. Jasad manusia tunduk, patuh dan pasrah
kepada Sunnatullah atau ajaran-ajaran Allah yang berlaku di alam, sedangkan roh
manusia sudah melakukan perjanjian dengan Tuhan dan siap untuk tunduk, patuh
dam pasrah kepada-Nya. Semuannya ini merupakan fitrah bagi manusia. Selama
manusia senantiasa menjaga diri dan memelihara fitrahnya serta pilihannya
mengarah kepada pilihan pahalanya, maka dia akan bersih dan selamat dari
kecacatan-kecacatan lahir maupun batin, dan selamat dunia akhirat. Sebaliknya,
kalau manusia dalam perjalanan hidupnya menyimpang dari fitrahnya, dan pilihan
hidupnya mengarah pada pilihan buruknya (dosa), maka dia akan sengsara, tidak
selamat, dan tidak bahagia hidupnya lahir batin dunia akhirat.
2.
Universalitas,
Autentisitas, dan Dinamika Islam
Islam adalah sikap hidup yang mencerminkan
sikap hidup penyerahan diri ketundukan, kepasrahan dan kepatuhan kepada Tuhan.
Dengan sikap yang demikian akan dapat mewujudkan kedamaian, keselamatan,
kesejahteraan, serta kesempurnaan hidup lahir batin dunia akhirat.
Sikap hidup semacam ini sebenarnya bersifat
universal, meliputi seluruh jagad raya ini. Namun demikian manusia memiliki
akal dan intelektual, sehingga mempunyai kesadaran untuk memilih dan bertindak,
atau mempunyai kebebasan, manuis mempunyai kebebasan untuk memilih jalan
hidupnya sendiri, memilih jalan hidup atau agama apapun yang ia sukai, dan
aturan-aturan dari orang lain yang mendahuluinya Walaupun demikian, kebebasan
manusia itu tidaklah mutlak, karena secara alami manusia terikat dan kebebasan
di batasi oleh hukum-hukum Allah yang berlaku di alam ini.
Manusia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
mereka beriman dan mereka yang tidak beriman. Orang yang beriman, atas dasar
pilihan bebasnya akan memilih dan menerima ajaran islam itu dengan penuh
kesadaran, dan mengakui keterbatasan akalnya dalam memahami hukum-hukum Allah
yang berlaku di dunia ini. Sedangkan orang yang tidak beriman, atas dasar
pilihan bebasnya pula, telah memilih untuk tidak menerima ajaran Islam sebagai
pedoman hidupnya. Ia tidak menolak untuk tunduk dan patuh kepada ajaran Islam
yang dibawa oleh Rasul-Nya atau menolak untuk pasarah kepada Allah, tetapi ia
tidak bisa mengelak dari keadaanya sebagai Islam secara alami yang tunduk pada
Sunnatullah Dengan demikian masi tetap berada dalam keadaan problematis.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah telah
mengutus para Rasul-Nya secara silih berganti, sepanjang sejarah, dengan
membawa ajaran Islam untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing. Diantara
para rasul itu terdapat hubungan fungsional satu sama lain, yaitu para Rasul
yang datang kemudian berfungsi untuk menyempurnakan ajaran Islam yang dibawa
oleh Rasul sebelumnya.
Diantara serangkaian Rasul-rasul Allah
tersebut, Nabi Muhammad SAW. Adalah Rasul Allah yang terahir, yang membawa
ajaran Islam dalam bentuknya yang terahir atau final, dan yang merupakan
penyempurnaan dan pelurusan kembali ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh para
Rasul sebelumnya.
Mengenai dinamika ajaran islam ini dapat
dipahami dari ungkapan Sir Muhammad Iqbal, bahwa: (Nabi yakni Muhammad SAW.
Rupanya berdiri di anatara dunia purba dan dunia modern, sejauh mengenai masa
turun wahyunya yang diperhatikan, maka dia milik dunia purba, sejauh mengenai
spirit – semnagat dan jiwa-jiwa wahyunya yang diperhatikan, maka dia milik
dunia modern, kapan saja tidak pernah using).
Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
itulah yang kemudian secara khusus disebut sebagai agama islam atau Dinul Islam,
dan kalau kita menyebut atau mendengar sebutan Islam, maka konotasinya adalah
ajaran atau agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai Rasul tersebut.
Nabi Muhammad Saw telah membakukan ajaran agama
islam secara sempurna. Sehingga ajaran akan terjamin autentitas sekaligus
perkembangan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat. Sistem
pembakuan ajaran Islam tersebut adalah sebagai berikut: (1) membukukan secara
autentik sumber dasar pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai
wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an; (2) memberikan penjelasan
contoh dan teladan pelaksana ajaran Islam secara operasional, dalam kehidupan
sosial-budaya umatnya; (3) memberikan
cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam
kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem ijtihad.
Al-Qur’an sebagai sumber dasar dari as-Sunnah
merupakan sumber operasionalnya. Sedangkan ijtihad, pada dasarnya adalah
penggunaan segenap daya dan kemapuan akal dan intelektual manusia untuk
memahami, mengambil kebijaksanaan, serta menetapkan hukum terhadap
masalah-masalah kehidupan sosial kebudayaan umat manusia yang timbul dalam lingkungan
dan tempat serta zaman tertentu.
Dengan berdasarkan pada ketiga sumber tersebut,
yakni Al-Qur’an sebagai sumber dasarnya, as-Sunnah sebagai sumbel
operasionalnya dan Ijtihad sebagai sumber dinamikanya, maka ajaran Islam
mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang sejarahnya, sehingga
mewujudkan dan membentuk suatu sistem kebudayaan dan peradaban yang lengkap dan
sempurna secara dinamis, yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.[13]
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tentang Studi Islam dan Studi Agama-agama,
dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pengertian studi Islam adalah usaha sadar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang
seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan
dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
2.
Adapun urgensi dari studi Islam adalah sebagai
berikut:
o
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi
Problematis.
o
Umat Islam dan peradabannya berada dalam
suasana problematic.
Oleh karena itu, study Islam dituntut untuk
membuka dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia
modern serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.
3.
Adapun tujuan dari studi islam adalah:
o
Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa
sebenarnya (hakikat) agama Islam, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan
agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
o
Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok
isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban
Islam sepanjang sejarahnya.
o
Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar
ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya
sepanjang sejarahnya.
o
Untuk mempelajari secara mendalam
prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana
realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan
budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.
4.
Adapun pendekatan-pendekatan metode studi Islam
yaitu:
o
Pendekatan Historis
o
Pendekatan Filosofis
o
Pendekatan Ilmiah
o
Pendekatan Doktriner
5.
Penamaan Islam diantaranya adalah sebagai
berikut:
o
Pertama, “Islam”
berasal dari kata al-salamu, al-salmu, dan al-silmu, yang berarti:
menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh.
o
Kedua, “Islam”
berasal dari kata al-silmu atau al-salmu yang berarti damai dan aman.
o
Ketiga, “Islam”
beraasal dari kata-kata as-salmu, dan as-salamatu, yang berarti:
bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir batin.
Kemudian
karakteristik dari ajaran Islam yaitu bersifat Universalitas (menyeluruh),
Autentisitas (sempurna), dan Dinamika Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Taufiq. 1987. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Ali, A. Mukti. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini.
Jakarta: Rajawali.
Anwar, Rosihan. Dkk. Pengantar Study Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
Daradjat, Zakiah. 1987. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Filsafat, Jilid I. Jakarta:
Bulan Bintang.
Karim, Rusli. 1990. Metodologi Penelitian Agama. Jogjakarta:
Tiara Wacana.
Muhaimin. Dkk. 2012. Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media group.
Nata, Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta:
Rajawali.
Shadily, Hassan. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia.
Jakarta: Bina Aksara.
Tim Depag RI. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan.
Jakarta: P3AI-PTU.
#makalah_S1_fakultas_syariah_dan_hukum_UIN_rafah
[1] Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag.,DKK, Pengantar
Study Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 25.
[2]
Prof. Dr. Muhaimin, M.A., dkk., Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 1.
[3] Ibid,
hlm. 9
[4] Prof.
Dr. H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2011), hlm. 28.
[5] M.
Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenomena Keagamaan” dalam M. Taufik
Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990), cet II, hlm. 19.
[6]
Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina
Aksara, 1983), cet. IX, hlm. 1.
[7]
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang,
1967), cet. II, hlm. 15.
[8]
Taufik Abdullah (Ed), Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1987), hlm. 105.
[9]
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet.
I, hlm. 76.
[10]
Tim Depag RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: P3AI-PTU, 1984),
hlm. 151-159.
[11]
H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta: Rajawali,
1987), hlm. 233.
[12] Ibid.,
hlm. 51.