Monday, 16 November 2015

Studi Islam dan Studi Agama-Agama

Studi Islam dan Studi Agama-Agama
Oleh: Iswahyudi

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad Saw. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari kehidupan manusia berupa al-Qur’an dan Hadits dan merupakan bagian pilar penting kajian islam sekaligus pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat teologis maupun humanistis.
Pendidikan secara komunal merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan ini yang sekaligus membedakan eksistensi dengan hewan. Tanpa pendidikan, maka manusia sekarang ini  tidak akan berbeda dengan keadaan pendahulunya pada era purbakala sedangkan pendidikan islam berusaha mengantarkan manusia mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh,melahirkan manusia-manusia yang bermutu dan dapat merasakan ketenangan hidup jika di bandingkan dengan kehidupan yang para pendahulunya.Pendidikan islam(Dirasah Islamiyah) secara harfiah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman dan sebagai pranata sosial juga sangat terikat dengan pandangan islam tentang hakekat keberadaan(eksistensi)manusia.
 Oleh karena itu, pendidikan islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan ilahi  yang membedakan hal tersebut ialah kadar ketakwaan sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima diubah bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri. Berpijak pada arti tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal:
Pertama : Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri kepada Tuhan satu-satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa pada timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia dan akhirat karena ajaran islam pada hakikatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu unsur yang hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan ibu sehingga manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain, makhluk yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya.
Study Islam tidak hanya didasarkan atas hasil pemikiran manusia dalam menuju kemaslahatan umum tetapi juga pembentukan manusia sesuai dengan kodratnya yang mencakup dimensi imanensi (horizontal) dan dimensi transendensi (vertikal) berupa hubungan dan pertanggung jawabannya
kepada Yang Maha Pencipta). Salah satu kunci pokok keislaman adalah ajaran tauhid yang menunjukkan bahwa tidak ada perhambaan/penyembahan kecuali kepada Allah Swt, bebas dari belenggu kebendaan dan kerohanian.Penyimpangan agama, pada umumnya lebih merupakan akibat dari ketidaksenangan karena perampasan otonominya untuk mensubordinasikan sesamanya.
            Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa aspek yang terkandung di dalam studi Islam dan agama-agama.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan, diantarannya Sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari studi Islam?
2.      Bagaimanakah urgensi studi Islam itu?
3.      Apa-apa saja tujuan dari studi Islam?
4.      Apa-apa saja pendekatan dan metode studi Islam?
5.      Bagaimanakah penamaan dan karakteristik dari suatu ajaran agama?


BAB II
PEMBAHASAN
STUDI ISLAM DAN STUDI AGAMA-AGAMA

A.    Pengertian Studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Dengan kata lain, studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.[1]
Usaha mempelajari agama Islam dalam kenyataannya tidak hanya dilakukan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Di kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar dapat dilaksanakan dan diamalkan dengan benar. Sedangkan di luar kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku di kalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan (Islamologi).[2]
B.     Urgensi Studi Islam
Dari segi tingkatan kebudayaan, agama merupakan universal cultural. Salah satu prinsip fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan sendirinya. Karenanya agama Islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan eksistensinya. Hal ini berarti bahwa agama mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu, study Islam dituntut untuk membuka dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia modern serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.
Urgensi studi Islam yang demikian dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut:
1.      Umat Islam saat ini berada dalam kondisi Problematis
Umat Islam pada saat ini berada pada masa yang lemah dalam segala aspek kehidupan social budaya yang mana harus berhadapan dengan dunia modern yang serba praktis dan maju. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh terjebak pada romantisme, artinya menyibukkan diri untuk membesar-besarkan kejayaan masa lalu yang terwujud dalam sejarah Islam, sementara saat ini Islam masih silau menghadapi masa depannya. Umat Islam memang berada dalam suasana problematic. Jika sekarang umat Islam masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam hasil penafsiran ulama terdahulu yang dianggap sebagai ajaran yang mapan dan sempurna serta paten, berarti mereka memiliki intelektual sebatas itu saja yang pada akhirnya menghadapi masa depan suram.
Oleh karena itu, disinilah pentingnya studi Islam yang dapat mengarahkan dan bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran agama Islam yang merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern dengan tetap berpegang pada sumber ajaran Islam yang murni dan asli, yaitu al-quran dan As-Sunnah. Studi Islam juga dapat diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang hidup dalam dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era global sekarang.
2.      Umat Islam dan peradabannya berada dalam suasana problematic
Perkembangan IPTEK telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia. Dunia tampak sebagai suatu system yang saling memiliki ketergantungan. Oleh karenanya, umat manusia tentunya membutuhkan aturan, norma serta pedoman dan pegangan hidup yang dapat diterima oleh semua bangsa.
Umat manusia dalam sejarah peradaban dan kebudayaannya telah berhasil menemukan aturan, nilai, norma sebagai pegangan dan pedoman yang berupa: agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Umat manusia pada masa yang serba canggih semakin menjadikan manusia-manusia modern kehilangan identitas serta kemanusiaannya ( sifat-sifat manusiawinya).
Islam, sebagai agama yang Rahmatullah lil ‘Alamin, tentunya mempunyai konsep atau ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Akan tetapi, umat islam sendiri saat ini berada dalam situasi yang serba problematic. Kondisi kehidupan social budaya dan peradaban umat islam dalam keadaaan lemah dan tidak berdaya berhadapan dengan budaya dan peradaban manusia dan dunia modern. Di sinilah, letak urgensi studi Islam, yaitu untuk menggali ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni, dan yang bersifat manusiawi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya sebagai Rahmatan lilAlamiin. Dari situlah kemudian dididikkan dan ditransformasikan kepada generasi penerusnya yang bisa menawarkan alternative pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia dalam dunia modern.

C.    Tujuan Studi Islam
Muhaimin dalam bukunya menyatakan arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:[3]
1.      Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama Islam, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
Allah menurunkun agama sebagai alat untuk membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia dimuka bumi. Allah juga menurunkan ajaran Islam sebagai fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan akal dan budi daya manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ajaran agama Islam telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan akal fikiran dan budi daya serat agama.
Sepanjang sejarah perkembangannya, tidak ada pertentangan antara akal pikiran dan budi daya manusia dengan agama Islam. Kalau pada suatu masa tampak adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan akal pikiran dan budi daya manusia, maka dapat diduga bahwa telah terjadi kemacetan atau penyimpangan dalam perkembangannya. Dengan menggali kembali hakikat agama Islam, maka akan dapat digunakan sebagai alat analisis terhadap kemacetan atau penyimpangan akal pikiran dan budaya manusiawi serta ajaran agama Islam sekaligus.
2.      Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
Agama Islam adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama Islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi dasar, pembawaan yang ada, dan tercipta dalam proses penciptaan manusia. Potensi fitrah inilah yang membuat manusia hidup, tumbuh dan berkembang. Sebagai agama fitrah, pokok-pokok ajaran agama Islam tersebut akan tumbuh dan berkembang secara operasional dan serasi bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia tersebut. Dengan demikian, pokok isi ajaran agama Islam yang berkembang tersebut akan beradaptasi dan berinteraksi serta berintegrasi kuat terhadap sistem hidup dan lingkungan budaya yang dimasukinya.
3.      Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
Agama Islam sebagai agama samawi terakhir membawa ajaran-ajaran yang berifat final dan mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan tuntutannya sepanjang zaman. Permasalahan dan tantangan dan tuntutan hidup manusiapun bertumbuh-kembang menjadi kompleks dan menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan system kehidupan budaya dan peradaban manusia yang semakin maju dan modern.
4.      Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.
Agama Islam yang meyakini mempunyai misi sebagai Rahmatan lil ‘Alamiin tentunya mempunyai Nilai dan prinsip dasar ajaran agama Islam yang bersifat universal diharapkan menjadi alternative yang mampu mengarahkan, mengontrol, dan mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta factor dinamika lainnya dari system budaya dan peradaban manusia menuju terwujudnya kondisi kehidupan yang adil dan makmur.

D.    Pendekatan dan Metode Studi Islam
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam studi Islam adalah sebagai berikut:
1.      Pendekatan Historis, yaitu meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan, serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya.
2.      Pendekatan Filosofis, yaitu melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan metode analisis spekulatif.
3.      Pendekatan Ilmiah, yaitu meninjau dan menganalisis suatu permasalahan atau objek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya. Di antara cirri pokok dari pendekatan ilmiah adalah terjaminnya objektivitas dan keterbukaan dalam studi.
4.      Pendekatan Doktriner, yaitu bahwa agama Islam sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan meruakan doktrin-doktrin yang berasal dari Ilahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolute, mutlak dan universal.

Abuddin Nata berpendapat dalam bukunya, mengenai berbagai pendekatan dalam studi Islam, yaitu:[4]
1.      Pendekatan Teologis Normatif, yaitu upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiric dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
2.      Pendekatan Antropologis, yaitu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo[5], lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.
3.      Pendekatan Sosiologis sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya.[6] Secara lebih rinci, sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnyayang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan factor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
4.      Pendekatan Filosofis menurut sidi Gazalba, filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.[7]
5.      Pendekatan Historis. Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsure tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.[8] Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
6.      Pendekatan kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya.
7.      Pendekatan Psikologi. Menurut Zakiah Daradjat[9], perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.

Adapun Metode studi Islam secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:[10]
1.      Metode Diakronis
Metode diakronis disebut juga metode sosiohistoris, yaitu suatu metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan di mana kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul. Metode ini menghendaki adanya pengetahuan, pemahaman, dan penguraian ajaran-ajaran Islam dari sumber dasarnya, yakni Al-Quran dan Hadits serta latar belakang masyarakat, sejarah, budaya di samping Sirah Nabi SAW. Dengan segala alam pikirannya.[11]
2.      Metode Sinkronis-Analitis
Yaitu suatu metode mempelajari Islam yang memberikan kemampuan analisis teoretis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek umat Islam. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoretis.
3.      Metode Problem Solving (hill al-musykilat)
Yaitu metode yang mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini merupakan cara penguasaan ketrampilan daripada pengembanan mental-intelektual, sehingga memiliki kelemahan, yakni perkembangan pemikiran umat Islam mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistis.
4.      Metode Empiris (Tajribiyyah)
Yaitu suatu metode yang memungkinkan umat Islam mempelajari ajarannya malalui proses realisasi, aktualisasi dan internalisasi norma-norma dan kaidah Islam dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara deskriptif proses interaksi dapat dirumuskan dan suatu sistem norma baru.
5.      Metode Deduktif (al-Manhaj al-Istinbathiyyah)
Yaitu metode dengan cara menyusun kaidah-kaidah secara logis dan filisofis, dan selanjutnya kaidah-kaidah itu diaplikasikan untuk menentukan masalah-masalah yang dihadapi. Metode ini dipakai untuk sarana meng-istinbath-kan hukum-hukum syara’.
6.      Metode Induktif
Yaitu metode dengan cara menyusun kaidah-kaidah hukum untuk diterapkan kepada masalah-masalah furu’ yang disesuaikan dengan madzhabnya terlebih dahulu.

E.     Penamaan dan Karakteristik Ajaran
1.      Penamaan Islam dam Implikasi Dalam Kehidupan Manusia
Nama Islam itu khusus pemberian Allah dan telah menjadi sebuah nama rasul terahir. Agama islam yang dibawa oleh Muhammad SAW bukan agama baru, karena agama yang diturunkan dari Allah SWT, memiliki nama Islam, yang intinya adalah “menyerahkan diri bulat-bulat kepada-Nya”. Para nabi atau para Rasul sebelumnya juga beragama Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, misalnya; Nabi Nuh (QS. Yunus 71-72), Nabi Ibrahim (QS. Ali Imran: 67; al-Hajj : 78), Nabi Yaqub (QS. Al-Baqarah : 132), Nabi Yusuf (QS. Yusuf: 101), Nabi Sulaiman (QS. Al-Naml: 29-37), Nabi Isa (QS. Ali Imran: 52), dan sebagainya.
Sebagaimana implikasi dari penamaan tersebut, maka Islam merupakan agama universal, karena berasal dari Zat yang menguasainya, mengatur, dan memelihara sekalian alam. Ajaran Islam di maksudkan untu seluruh umat Islam, bukan untuk kelompok tertentu, karena Nabi Muhammad Saw diutus untuk seluruh umat manusia (QS. al-Anibya: 107). Berbeda dengan para rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk satu bangsa dan wilayah tertentu. Kehadiran Nabi/Rasul berikutnya adalah untuk menyempurpurnakan ajaran Nabi/Rasul sebelumnya dan meluruskan ajaran yang telah diselewengkan oleh bangsa diwilayah tertentu. Kehadiran Nabi Muhammad Saw adalah Rasul pamungkas, yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Di samping itu, salah satu prinsip yang fundamental dalam islam ialah bahwa orang Islam harus percaya pada para Nabi dan Rasul yang dibangkitkan sebelum Nabi Muhammad Saw. Islam menuntut pemeluknya percaya kepada semua agama di dunia yang mendahuluinya yang diturunkan oleh Tuha. Dalam hal ini dinyatakan oleh Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 4 dan 136). Apabila dibandingkan dengan pemeluk agama lainnya, maka seorang muslim adalah orang yang percaya kepada Nabi-nabi dan kitab-kitab suci dari bangsa lain.  Tetapi seorang muslim percaya kepada mereka semua, juga percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu agama Islam adalah agama yang mencakup semua ajaran agama yang diwahyukan oleh Allah di dunia ini, sebagaimana Al-Qur’an merupakan himpunan semua dari kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah di dunia ini.[12] Hal ini juga merupakan indikasi dari universalitas ajaran agama Islam.
Dilihat dari segi sejarahnya, dakwah Islam mengarah kepada perbaikan standar nilai-nilai kemanusiaan yang unggul, baik dalam tingkah laku pribadi dan hubungan sesame manusia.
Oleh karena keunggulan Islam itu, maka ia dapat didakwahkan secara mudah di muka bumi ini. Eksperimen-eksoerimen tersebut akan berlaku bagi masyarakat lainnya, untuk menegakkan nili-nilai kemanusiaan. Yang tinggi baerhadapan dengan pandangan hidup jahiliah dan materialism di kalangan masyarakat. Tegaknya nilai-nilai kemanusiaan itu merupakan tuntutan dan kebutuhan setiap manusia, kapan dan di mana saja. Kehadiran Dakwah Islam yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw adalah untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan itu.
Menjelaskan universalitas ajaran Islam dapat ditempu melalui analisi dan kajian tentang pengertian Islam, karena yang pertama-tama menjadi sumber ide tentang universitas islam adalah pengertian Islamitu sendiri. Kata Islam mengandung arti atau makna yang bermacam-macam tetapi mengandung kesatuan makna. Sebagaimana dapat dipahami dan direnungkan pada uraian sebagai berikut:
Pertama, “Islam” berasal dari kata al-salamu, al-salmu, dan al-silmu, yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Dengan demikian “Islam” mengandung sikap penyerahan diri, pasrah, tunduk, dan patuh dari manusia terhadap Tuhannya atu makhluknyaterhadap Khalik, Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, “Islam” berasal dari kata al-silmu atau al-salmu yang berarti damai dan aman. Hal ini mengandung makna bahwa orang yang ber-Islam berarti, orang yang masuk dalam perdamian dan keamanan, dan seorang muslim adalah orang yang mebikin perdamaian dan kedamaian denga Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam. Damai dengan Tuhan berarti tunduk dan patuh secara menyeluruh kepada kehendaknya. Damai dengan manusia tidak hanya berarti meninggalkan perbuatan jelek dan tidak menyakitkan orang lain, tetapi juga berbuat baik kepada orang lain, karena manusia tidaklah terlepas dari berbuat baik kepada orang lain, karena manusia tidaklah terlepas dari berbuat baik kepada orang lain. Damai dengan dirinya sendiri berarti selalu memelihara diri dan menjaganya dari berbagai macam ancaman dan siksaan atau penderitaan, apakah berupa penyakit (jasmani maupun rohani), dan lain-lain. Sedangkan damai dengan alam berarti memelihara, memakmurkan dan membudayakan alam, serta memanfaatkannya selaras dengan sifat dan kondisi dari alam itu sendiri, dan tidak merusaknya atau melanggar hukum-hukum alam (Sunnatullah).
Ketiga, “Islam” beraasal dari kata-kata as-salmu, dan as-salamatu, yang berarti: bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir batin, pengertian ini dapat dipahami dari firman Allah dalam QS. al-Syu’ara ayat 89, manusia terdiri dari dua substansi yaitu jasad dan roh. Jasad manusia tunduk, patuh dan pasrah kepada Sunnatullah atau ajaran-ajaran Allah yang berlaku di alam, sedangkan roh manusia sudah melakukan perjanjian dengan Tuhan dan siap untuk tunduk, patuh dam pasrah kepada-Nya. Semuannya ini merupakan fitrah bagi manusia. Selama manusia senantiasa menjaga diri dan memelihara fitrahnya serta pilihannya mengarah kepada pilihan pahalanya, maka dia akan bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir maupun batin, dan selamat dunia akhirat. Sebaliknya, kalau manusia dalam perjalanan hidupnya menyimpang dari fitrahnya, dan pilihan hidupnya mengarah pada pilihan buruknya (dosa), maka dia akan sengsara, tidak selamat, dan tidak bahagia hidupnya lahir batin dunia akhirat.

2.      Universalitas, Autentisitas, dan Dinamika Islam
Islam adalah sikap hidup yang mencerminkan sikap hidup penyerahan diri ketundukan, kepasrahan dan kepatuhan kepada Tuhan. Dengan sikap yang demikian akan dapat mewujudkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, serta kesempurnaan hidup lahir batin dunia akhirat.
Sikap hidup semacam ini sebenarnya bersifat universal, meliputi seluruh jagad raya ini. Namun demikian manusia memiliki akal dan intelektual, sehingga mempunyai kesadaran untuk memilih dan bertindak, atau mempunyai kebebasan, manuis mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, memilih jalan hidup atau agama apapun yang ia sukai, dan aturan-aturan dari orang lain yang mendahuluinya Walaupun demikian, kebebasan manusia itu tidaklah mutlak, karena secara alami manusia terikat dan kebebasan di batasi oleh hukum-hukum Allah yang berlaku di alam ini.
Manusia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: mereka beriman dan mereka yang tidak beriman. Orang yang beriman, atas dasar pilihan bebasnya akan memilih dan menerima ajaran islam itu dengan penuh kesadaran, dan mengakui keterbatasan akalnya dalam memahami hukum-hukum Allah yang berlaku di dunia ini. Sedangkan orang yang tidak beriman, atas dasar pilihan bebasnya pula, telah memilih untuk tidak menerima ajaran Islam sebagai pedoman hidupnya. Ia tidak menolak untuk tunduk dan patuh kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul-Nya atau menolak untuk pasarah kepada Allah, tetapi ia tidak bisa mengelak dari keadaanya sebagai Islam secara alami yang tunduk pada Sunnatullah Dengan demikian masi tetap berada dalam keadaan problematis.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah telah mengutus para Rasul-Nya secara silih berganti, sepanjang sejarah, dengan membawa ajaran Islam untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing. Diantara para rasul itu terdapat hubungan fungsional satu sama lain, yaitu para Rasul yang datang kemudian berfungsi untuk menyempurnakan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul sebelumnya.
Diantara serangkaian Rasul-rasul Allah tersebut, Nabi Muhammad SAW. Adalah Rasul Allah yang terahir, yang membawa ajaran Islam dalam bentuknya yang terahir atau final, dan yang merupakan penyempurnaan dan pelurusan kembali ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya.
Mengenai dinamika ajaran islam ini dapat dipahami dari ungkapan Sir Muhammad Iqbal, bahwa: (Nabi yakni Muhammad SAW. Rupanya berdiri di anatara dunia purba dan dunia modern, sejauh mengenai masa turun wahyunya yang diperhatikan, maka dia milik dunia purba, sejauh mengenai spirit – semnagat dan jiwa-jiwa wahyunya yang diperhatikan, maka dia milik dunia modern, kapan saja tidak pernah using).
Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad itulah yang kemudian secara khusus disebut sebagai agama islam atau Dinul Islam, dan kalau kita menyebut atau mendengar sebutan Islam, maka konotasinya adalah ajaran atau agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai Rasul tersebut.
Nabi Muhammad Saw telah membakukan ajaran agama islam secara sempurna. Sehingga ajaran akan terjamin autentitas sekaligus perkembangan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat. Sistem pembakuan ajaran Islam tersebut adalah sebagai berikut: (1) membukukan secara autentik sumber dasar pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an; (2) memberikan penjelasan contoh dan teladan pelaksana ajaran Islam secara operasional, dalam kehidupan sosial-budaya umatnya;  (3) memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem ijtihad.
Al-Qur’an sebagai sumber dasar dari as-Sunnah merupakan sumber operasionalnya. Sedangkan ijtihad, pada dasarnya adalah penggunaan segenap daya dan kemapuan akal dan intelektual manusia untuk memahami, mengambil kebijaksanaan, serta menetapkan hukum terhadap masalah-masalah kehidupan sosial kebudayaan umat manusia yang timbul dalam lingkungan dan tempat serta zaman tertentu.
Dengan berdasarkan pada ketiga sumber tersebut, yakni Al-Qur’an sebagai sumber dasarnya, as-Sunnah sebagai sumbel operasionalnya dan Ijtihad sebagai sumber dinamikanya, maka ajaran Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan sepanjang sejarahnya, sehingga mewujudkan dan membentuk suatu sistem kebudayaan dan peradaban yang lengkap dan sempurna secara dinamis, yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.[13]


 BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan makalah tentang Studi Islam dan Studi Agama-agama, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.       Pengertian studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.

2.      Adapun urgensi dari studi Islam adalah sebagai berikut:
o   Umat Islam saat ini berada dalam kondisi Problematis.
o   Umat Islam dan peradabannya berada dalam suasana problematic.
Oleh karena itu, study Islam dituntut untuk membuka dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia modern serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.

3.      Adapun tujuan dari studi islam adalah:
o   Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat) agama Islam, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
o   Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya.
o   Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya.
o   Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.

4.      Adapun pendekatan-pendekatan metode studi Islam yaitu:
o   Pendekatan Historis
o   Pendekatan Filosofis
o   Pendekatan Ilmiah
o   Pendekatan Doktriner

5.      Penamaan Islam diantaranya adalah sebagai berikut:
o   Pertama, “Islam” berasal dari kata al-salamu, al-salmu, dan al-silmu, yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh.
o   Kedua, “Islam” berasal dari kata al-silmu atau al-salmu yang berarti damai dan aman.
o   Ketiga, “Islam” beraasal dari kata-kata as-salmu, dan as-salamatu, yang berarti: bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir batin.
Kemudian karakteristik dari ajaran Islam yaitu bersifat Universalitas (menyeluruh), Autentisitas (sempurna), dan Dinamika Islam.


 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq. 1987. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ali, A. Mukti. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali.

Anwar, Rosihan. Dkk. Pengantar Study Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Daradjat, Zakiah. 1987. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Gazalba, Sidi. 1967. Sistematika Filsafat, Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang.

Karim, Rusli. 1990. Metodologi Penelitian Agama. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Muhaimin. Dkk. 2012. Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media group.

Nata, Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali.

Shadily, Hassan. 1983. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Tim Depag RI. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: P3AI-PTU.


 #makalah_S1_fakultas_syariah_dan_hukum_UIN_rafah


[1] Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag.,DKK, Pengantar Study Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 25.
[2] Prof. Dr. Muhaimin, M.A., dkk., Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 1.
[3] Ibid, hlm. 9
[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm. 28.
[5] M. Dawam Rahardjo, “Pendekatan Ilmiah Terhadap Fenomena Keagamaan” dalam M. Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), cet II, hlm. 19.
[6] Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), cet. IX, hlm. 1.
[7] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jilid I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), cet. II, hlm. 15.
[8] Taufik Abdullah (Ed), Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm. 105.
[9] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet. I, hlm. 76.
[10] Tim Depag RI, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: P3AI-PTU, 1984), hlm. 151-159.
[11] H. A. Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta: Rajawali, 1987), hlm. 233.
[12] Ibid., hlm. 51.
[13] [13] Ibid., hlm. 65-79
loading...