Sejarah Lahirnya Tasawuf dan Perkembangan Aliran Tasawuf
Oleh Iswahyudi
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu aspek
(esoteris) Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya
komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Esensi tasawuf
sebenarnya telah ada sejak masa kehidupan rasulullah saw, namun tasawuf sebagai
ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman
lainnya seperti fiqih dan ilmu tauhid. Pada masa rasulullah belum dikenal
istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat nabi.
Sebelum adanya aliran dalam istilah
tasawuf memiliki beberapa faktor dan berbagai macam alirannya.
Oleh karena itu, pada makalah ini
akan di bahas tentang faktor-faktor kemunculan aliran tasawuf dan dan beserta
alirannya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
ditemukan beberapa permasalahan, diantarannya Sebagai berikut:
1.
Apa
itu pengertian Tasawuf?
2.
Bagaimanakah
Sejarah lahirnya tasawuf?
3.
Bagaimanakah
sejarah perkembangan tasawuf dari masa ke masa?
4.
Aliran-aliran
apa sajahkah di dalam tasawuf?
C.
Tujuan Penulisan
BAB 2
PEMBAHASAN
SEJARAH
LAHIRNYA TASAWUF DAN PERKEMBANGANNYA SERTA ALIRAN-ALIRANNYA
A.
Pengertian Tasawuf
Pengertian tasawuf, bersumber dari kata Awshaf, yaitu
sifat-sifat baik ahli tasawuf yang selalu tergambar pada wajahnya. Shafwah artinya
manusia pilihan Allah. Shufuf
artinya barisan, karena sufi selalu berada pada barisan pertama dalam
menyembah Allah. Shafaan artinya kebersihan dan kejernihan hati bagi
para sufi. Shuf artinya
kain wol, karena dilihat dari busana yang
selalu dipakai oleh sufi.
Ahli spiritual yang pertama kali muncul di masa Rasulullah SAW.
Adalah beberapa sahabat yang diberi nama oleh nabi sendiri sebagai Ahlu
al-Shuffah (penghuni gubuk-gubuk) yang dibangun di samping masjid Madinah.
Sehingga pada abad berikutnya, ajaran spiritual disebut tasawuf.[1]
B.
Sejarah Lahirnya Tasawuf
Tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri
sendiri, lahir sekitar akhir abad kedua atau awal abad ketiga Hijriyah.
Pembicaraan para ahli tentang lahirnya tasawuf lebih banyak menyoroti faktor-faktor
yang mendorong kelahiran tasawuf. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi faktor
intern dan ekstern.
1.
Faktor
Intern
Lahirnya tasawuf Islam
dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang ada dalam Islam itu sendiri, bukan
karena pengaruh dari luar. Faktor-faktor intern ditemukan dalam Al-Qur’an,
Al-Hadits, dan perilaku Nabi Muhammad SAW.
Ajaran tasawuf yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits tersebut lalu dilaksanakan oleh sahabat
Ahlu alShuffah, di bawah bimbingan
Rasulullah SAW., yang berjumlah tidak kurang dari 300 orang dan tidak
lebih dari 400 orang sahabat; antara lain Abu Dzar al-Ghifari, Abu Musa
al-Asy’ari, Salman al-Farisi dan sebagainya.[2]
Hadits yang dipandang mengilhami lahirnya tasawuf di dunia Islam,
yaitu Sabda Rasulullah SAW.
مَنْ
عَرَفَ نَفْسُهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
“Barang siapa mengenal dirinya, ia akan
mengenal Tuhannya.”
Hadits tersebut, di samping melukiskan kedekatan hubungan antara
Tuhan dan manusia, sekaligus mengisyaratkan bahwa manusia dan Tuhan adalah
satu. Oleh sebab itu, barang siapa yang ingin yang ingin mengenal Tuhannya, ia
dapat merenungkan perihal dirinya sendiri.[3]
كَنْزًا مَخْفِيًا فَاَحْبَبْتُ اَنْ اُعْرَفَ
فَخَلَقْتُ الْخَلْقَكُنْتُ
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka Aku menjadikan
makhluk agar mereka mengenal-Ku.”
Dapat disimpulkan, factor intern yang dapat dipandang sebagai penyebab langsung
lahirnya tasawuf di dunia Islam lebih terlihat jelas dalam perilaku Rasulullah
SAW.
2. Faktor Ekstern
Banyak pendapat yang telah dikemukakan
mengenai faktor ekstern, antara lain:
Ø
Tasawuf lahir dari pengaruh dari paham kristen
yang menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri di biara-biara.
Ø
Tasawuf
lahir karena pengaruh dari filsafat Phytagoras yang berpendapat bahwa
roh manusia kekal dan berada di dunia sebagai orang asing.
Ø
Pengaruh dari filsafat Emanasi Plotinus yang
membawa paham bahwa wujud memancar dari zat Tuhan.
Ø
Pengaruh paham Nirwana. Menurut ajaran Budha,
seseorang harus meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi.
Ø
Pengaruh ajaran Hinduisme yang mendorong
manusia meninggalkan dunia dan berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kebenaran teori-teori yang menitikberatkan
faktor ekstern ini memang tidak dapat dipastikan. Semua serba mungkin karena
tasawuf lahir pada saat umat Islam telah mempunyai kontak dengan dunia luar
atau umat agama lain.[4]
C. Sejarah Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa
Dalam sejarah perkembangannya, tasawuf atau
ajaran kaum sufi dapat dibedakan dalam beberapa periode, dan setiap periode
tersebut mempunyai karakteristik dan tokoh msing-masing. Secara rinci akan
dibahas mengenai periode-periode tersebut.[5]
1. Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
a. Pada Masa Sahabat
Para sahabat dalam kehidupan keserhariannya
selalu mencontoh kehidupan Rasulullah SAW. Yang serba sederhana, yang hidupnya
semata-mata diabdikan kepada Tuhannya. Diantara para sahabat yang selalu
mengikuti kesederhanaan Rasulullah Saw. Adalah sebagai berikut.
Ø
Abu Bakar Ash-Shiddiq (wafat 13 H)
Ø
Umar bin Khaththab (wafat 23 H)
Ø
Ustman bin ‘Affan (wafat 35 H)
Ø
Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H)
Ø
Abu Dzar al-Ghifary
Ø
Ammar bin Yasir
Ø
Huzaidah bin al-Yaman
Ø
Miqdad bin Aswad
b. Pada Masa Tabi’in
Tokoh-tokoh sufi dari kalangan tabi’in
merupakan murid dari para tokoh sufi dari kalangan sahabat. Tokoh-tokoh ulama
sufi pada masa tabi’i n ini adalah sebagai berikut.
Ø
Al-Hasan Al-Bashry (22 H-110 H)
Ø
Rabi’ah Al-Adawiyyah (96-185 H/ 713-801 M)
Ø
Sufyan Ats-Tsauri (97-161 H/ 715-778 M)
Ø
Daud Ath-Thaiy (wafat 165 H)
Ø
Syaqieq Al-Balkhiy (wafat 194 H)
Pada abad pertama hijriyah, para ulama tasawuf
hanya berada dibeberapa kota yang tidak jauh dari kota madinah, seperti kota
mekkah, kufah, bashrah, dan beberapa kota kecil lainnya. Akan tetapi, pada abad kedua hijriyah, ulama-ulama tersebut sudah
menyebar ke berbagai negeri di wilayah kekuasaan Islam. Pada abad pertama ini,
istilah ‘sufi’ masih kurang dikenal oleh masyarakat Islam, kecuali sebutan ahli
zuhud dengan istilah ‘sufi’ atau ‘sufiyah’. Cirri lain yang terdapat pada
perkembangan tasawuf pada abad pertama dan kedua hijriyah adalah kemurniaannya
dibandingkan dengan kemurnian tasawuf pada abad-abad sesudahnya. Pada waktu
itu, ajaran tasawuf mulai tercampuri ajaran filsafat dan tradisi agama serta
kepercayaan yang dianut umat manusia sebelum Islam.
2. Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah
a. Abad ketiga Hijriyah
Pada abad ini, terlihat perkembangan tasawuf
yang pesat ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu sehingga mereka
membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
Ø
Tasawuf
yang berintikan ilmu jiwa
Ø
Tasawuf
yang berintikan ilmu akhlak
Ø
Tasawuf
yang berintikan metafisika
Adapun tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad ketiga, yaitu:
Ø Abu Sulaiman Ad-Darani (wafat 215 H)
Ø Ahmad bin Al-Hawary Ad-Damasqiy (wafat 230 H)
Ø Dzun An-Nun Al-Mishri (155-245 H/ 770-860 M)
Ø Abu Yazid Al-Bustami (wafat 261 H/ 874 M)
Ø Junaid Al-Baghdadi (wafat 298 H)
Ø Al-Hallaj (lahir 244 H/ 838 M)
Pada akhir abad ketiga hijriyah timbul perkembangan baru dalam
sejarah tasawuf, yang ditandai dengan munculnya lembaga pendidikan dan
pengajaran, yang di dalamnya terdapat kegiatan pengajaran tasawuf dan pelatihan
rohaniah.
b.
Abad keempat Hijriyah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat,
karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawuf.
Akibatnya, kota Baghdad yang menjadi satu-satunya kota yang terkenal sebagai
pusat kegiatan tasawuf yang paling besar, tersaingi oleh kota-kota besar
lainnya.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota Baghdad
dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain:
Ø Musa Al-Anshari, mengajarkan ilmu tasawuf di khurasan (Persia atau
iran), dan wafat di sana tahun 320 H.
Ø Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, mengajarkan ilmu tasawuf di salah
satu kota di mesir, dan wafat di sana tahun 322 H.
Ø Abu Zaid Al-Adamy, mengajarkan ilmu tasawuf di semenanjung
Arabiyah, dan wafat di sana tahun 314 H.
Ø Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy, mengajarkan ilmu
tasawuf di Naisabur dan Syaraz hingga wafat tahun 328 H.
Cirri-ciri yang terdapat pada abad ini adalah makin kuatnya unsure
filsafat yang memengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang
tersebar di kalangan umat Islam hasil terjemahan orang-orang Muslim sejak
permulaan Daulah Abbasiyah.
3.
Abad Kelima Hijriyah
Ajaran filsafat Neo-Platonisme, filsafat Persia dan India, banyak
mewarnai ajaran tasawuf sehingga mewujudkan corak tasawuf falsafi yang sangat
bertentangan dengan ajaran tasawuf pada masa sahabat dan tabi’in. karena ituah,
pada abad kelim hijriyah ini terdapatbtiga golongan, yaitu Fuqaha, Ahli
tasawuf, dan ahli tasawuf teologi atau ahli tasawuf sunni.
Imam Ghazali mengembalikan citra ahli tasawuf di kalanagan umat
Islam dengan mempertemukan ilmu zahir (ilmu syari’at) dengan ilmu batin (ilmu
tasawuf) dan berusaha memurnikannya dari unsure-unsur filsafat yang dinilainya
membingungkan umat Islam. Pada abad-abad inilah, terlihat tanda-tanda semakin
dekatnya corak tasawuf dengan ajaran tasawuf yang diamalkan pada abad pertama
hijriyah.
4.
Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan Hijriyah
a.
Abad keenam Hijriyah
Beberapa ulama tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkenbangan
tasawuf pada abad ini adalah sebagai berikut:
Ø As-Suhrawardi AlMaqtul (wafat 587 H/ 1191 M)
Ø Al-Ghaznawy (wafat 545 H/1151 M)
b.
Abad ketujuh Hijriyah
Ada beberapa ulama yang berpengaruh pada abad ini, yaitu:
Ø Unzar Ibnul Faridh
Ø Ibnu Sabi’in
Ø Jalaluddin Ar-Rumi
c.
Abad kedelapan Hijriyah
Dengan terlampauinya abad ketujuh hijriyah hingga masuk abad
kedelapan hijriyah, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam
tasawuf. Pada masa ini, banyak pengarang kaum sufin yang mengemukakan
pemikirannya tentang ilmu tasawuf, tetapi pemikiran mereka tidak mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam.
D.
Aliran-aliran Tasawuf
tasawuf memiliki aliran-aliran yang sangat banyak, diantaranya yang
paling terkenal adalah aliran Thariqat, Akhlak, Akhwal dan Mahqomah.
1.
Thariqat
Definisi Thariqat adalah perjalanan menuju Allah. Thariqat
merupakan lembaga pendidikan sufi untuk penyucian diri dari segala noda dan
dosa. Thariqat juga bisa kita sebut sebagai tempat pengaderan, penataran,
pelatihan dan pendadaran kaum sufi.
2.
Akhlak
Unsur yang mendorong terjadinya akhlak yaitu ‘Adah (kebiasaan) dan
Iradah (kehendak).
Ø ‘Adah, ada kecenderungan melakukan sesuatu. Terdapat pengulangan
yang sering dikerjakan sehingga tidak memerlukan pikiran.
Ø Iradah;
ü Lahir keinginan-keinginan setelah ada rangsangan (stimulan).
ü Muncul kebimbangan, mana yang harus dipilih dari
keinginan-keinginan tersebut.
ü Mengambil keputusan dengan menentukan keinginan yang diprioritaskan
dari banyaknya keinginan-keinginan tersebut.
3.
Akhwal
dan maqomah
Maqamat bentuk jamak dari maqam yang artinya tahapan, tingkatan,
atau kedudukan. Jadi, maqamat adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh pengamal
tasawuf untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Akhwal bentuk jamak dari hal yang artinya keadaan mental yang
dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang datang dari Allah
SWT. Maqam merupakan usaha, sedangkan Hal merupakan anugerah. Keadaan hati
dinamakan hal karena berubah-ubah, dan dinamakan maqam karena telah tetap.
Pada umumnya ada tiga tingkatan Maqamat, yaitu:
Ø Membersihkan diri dari segala sifat negatif
Ø Mengisi diri dengan sifat positif
Ø Terbukanya hijab antara hamba dengan Allah
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpualan
Dari pembahasan makalah tentang sejarah lahirnya tasawuf dan
perkembangannya serta aliran-alirannya.
1.
Tasawuf
adalah suatu aliran yang bersifat sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti
kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya.
Orang yang di kategorikan tasawuf disebut dengan sufi.
2.
Sejarah
tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
lahir sekitar akhir abad kedua atau awal abad ketiga Hijriyah. Factor- faktor
yang menyebabkan lahirnya tasawuf adalah faktor
intern dan ekstern.
3.
Dalam
perkembangan aliran tasawuf berkembang pada abad pertama dan kedua hijiriah yaitu
pada masa sahabat dan tabiin, ulama dan kaum sufi. Kemudian sampai abad
kedelapan.
4.
Di
dalam aliran sufi adanya Thariqoh yaitu tempat atau perjalanan menuju Allah,
Kemudian akhlaq dan ahwal atau keadaan mental pada kaum sufi serta maqamah atau
tingkatan, kedudukan kaum sufi.
Al-Sahmarani, As’ad. 1407 H/1987 M. Al-Tasawwuf Manyauhu Wa
Mustalahatuhu. Bayrut: Dar al-Nafais.
Anwar,
Rosihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Mahjuddin.
2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.
Nasution,
Harun. 1973. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
[1]
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hal. 95
[2]
As’ad al-Sahmarani, al-Tasawwuf Manyauhu Wa Mustalahatuhu, (Bayrut, Dar
al-Nafais, 1407 H/1987 M) hal. 16.
[3]
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1973), hal. 61.
[5]
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), hal.
37.
#makalah_s1_fakultas_syariah_dan_hukum_UIN_RAFA