Simbur Cahaya
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kitab Simbur Cahaya merupakan
kitab undang-undang hukum adat, yang merupakan perpaduan antara hukum adat yang
berkembang secara lisan di pedalaman Sumatera Selatan,
dengan ajaran Islam.
Kitab ini diyakini sebagai bentuk undang-undang tertulis
berlandaskan syariat Islam, yang pertama kali diterapkan bagi masyarakat Nusantara.
Kitab Simbur Cahaya,
ditulis oleh Ratu
Sinuhun yang
merupakan isteri penguasa Palembang, Pangeran Sido Ing Kenayan
(1630—1642 M). Kitab ini terdiri atas 5 bab, yang membentuk pranata hukum
dan kelembagaan adat di Sumatra Selatan, khususnya terkait persamaan gender perempuan dan
laki-laki.
Pada perkembangan selanjutnya, ketika Palembang berhasil
dikuasai Kolonial Belanda.
Sistem kelembagaan adat masih dilaksanakan seperti sediakala, yaitu dengan
mengacu kepada Undang Undang Simbur
Cahaya, dengan beberapa
penghapusan dan penambahan aturan yang dibuat resident.
Berdasarkan informasi dari penerbit “Typ.
Industreele Mlj. Palembang, 1922”, Undang Undang Simbur Cahaya terdiri dari 5 bagian, yaitu:
1.
Adat
Bujang Gadis dan Kawin (Verloving, Huwelijh, Echtscheiding)
2.
Adat
Perhukuman (Strafwetten)
3.
Adat
Marga (Marga Verordeningen)
4.
Aturan
Kaum (Gaestelijke Verordeningen)
5.
Aturan
Dusun dan Berladang (Doesoen en Landbow Verordeningen)
Kitab Simbur Cahaya
ü
Bab I (Adat Bujang Gadis dan Kawin)
Pasal 01
Jika bujang gadis
hendak kawin, mesti orang tua bujang dan orang tua gadis memberi tahu kepada
pasirah atau kepala dusun itulah terang namanya. Dan bujang bayar adat terang
yaitu upah tua atau upah batin 3 ringgit dan setengah ringgit pulang pada
pasirah amit menutup surat dan satu ringgit setengah pulang kepada kepala dusun
dan satu ringgit juruh namanya pada punggawa-punggawa dan jika bujang dan gadis
lain-lain marga atau dusun, upah tua itu dibahagi dua, sebahagi pada pasirah
perwatin. Dan punggawa marga atau dusun bujang dan sebahagi pada pasirah
perwatin dan punggawa marga atau dusun gadis.
Pasal 02
Jika rangda hendak
kawin mesti sanaknya dan sanak yang bakal lakinya memberitahu pada kepala dusun
dan laki-laki memberi pesaitan satu ringgit pada pasirah atau kepala dusun dan
dibahagi bagaimana tersebut di pasal 1.
Pasal 03
Dan laki-laki yang
kawin bayar pada isterinya dua ringgit satu suku emas, tiada boleh lebih dan
tiada boleh sekali-sekali orang tua atau ahli gadis atau rangda minta uang
jujur atau lain-lain pemberian. Pada laki-laki yang kawin dan jika ada orang
yang melanggar aturan ini atau minta jujur, mesti pasirah perwatin serahkan
pada kepala divisi, kena hukuman raja dan orang itu ditarik denda 12 ringgit
dan 12 ringgit itu pulang pada siapa yang bawa perkara itu pada kepala divisi.
Pasal 04
Dan dari belanja dapur
yaitu belanja kawin, bujang yang bayar, jika bujang yang kawin suka, boleh ia
kerja besar dan jika bujang yang miskin mesti kerja kecil dan dari belanja
dapur tiada boleh menjadi bujang berutang pada mertuanya atau ahli isterinya.
Pasal 05
Dan bujang yang kawin,
jika suka boleh bayar adat lama bagaimana tersebut di bawah ini: Upah beranak 4
ringgit emas, bunga kuku 1 ringgit atau cincin emas harganya 1 ringgit,
pengamitan waktu gadis turun dari rumah 1 ringgit. Tiga pasal ini bujang bayar
pada gadis punya orang tua perempuan, maka orang tua membalas dengan 3 bantal
dan selimut perujutan waktu bujang hendak bawa isterinya ia ujud pada mertuanya
satu wangkat yaitu setengah ringgit pada bapaknya dan setengah ringgit pada
umak isterinya, tameng buka lawang satu ringgit bujang bayar pada umak gadis,
pelangkahan dua ringgit jika gadis yang kawin ada kakaknya yang belum berlaki, hendak
bujang membayar padanya adat pelangkahan dua ringgit dan jika rangda kawin
tiada pakai pembayaran yang tersebut diatas ini, melainkan boleh bayar adat
pengamitan satu ringgit.
Pasal 06
Jika bujang gadis
bergubalan, tiada bunting atau bujang bambang gadis, bujang itu kena pelayan 6
ringgit dan bujang gadis itu hendak dikawinkan bagaimana adat terang, tiada
membayar lagi upah batin. Dari pelayan 6 ringgit, 1 ringgit pulang pada pasirah
(amit menutup surat namanya), 3 ringgit pulang pada kepala dusun dan 2 ringgit
pada punggawa-punggawanya. Dan jika bujang gadis lain-lain marga atau dusun
itu, denda dibagi dua, sebagi pulang pada pasirah, proatin dan punggawa marga
atau dusun bujang dan sebagi pulang pada pasirah, proatin dan punggawa marga
atau dusun gadis.
Pasal 07
Jika rangda bergubalan
tiada bunting atau dibambang laki-laki, hendak laki-laki itu membayar denda 3
ringgit dan kawin bagaimana adat terang, tetapi tiada membayar lagi pesaitan.
Dari denda 3 ringgit, 1/2 ringgit pulang pada pasirah (amit menutup surat), dan
1,5 ringgit pulang pada kepala dusun dan 1 ringgit pada punggawa punggawanya
dan jika itu laki-laki dan rangda lain-lain marga atau dusun, denda dibagi dua,
sebagi pulang pada pasirah, proatin dan punggawa lakilaki dan sebagi pulang
pada pasirah, proatin dan punggawa rangda.
Pasal 08
Jika bujang gadis
bergubalan, lantas bunting, maka bujang kena denda 12 ringgit dan bujang gadis
itu hendaklah masa itu juga dikawinkan. bagaimana adat terang, akan tetapi
tiada membayar lagi upah batin. Dari denda 12 ringgit, jika didusun pasirah
pulang pada pasirah 10 ringgit dan 2 ringgit pada punggawapunggawanya, dan jika
di dusun pengandang 6 ringgit pulang pada pasirah, 4 ringgit pada kepala dusun
dan 2 ringgit pada punggawa-punggawanya. Dan jika bujang gadis lain -lain marga
atau dusun, itu denda dibagi dua bagaimana tersebut di pasal 6.
Pasal 09
Jika rangda bergubalan
lantas bunting, yang laki perbuatan kena denda 12 ringgit, bagaimana juga gadis
bergubalan dan orang dua itu. Hendaklah masa itu juga dikawinkan dan denda
dibagi sebagaimana tersebut di pasal 8 juga. Pihak yang mungkir, tidak suka
dikawinkan misti membayar penyingsingan. 8 ringgit.
Pasal 10
Jika gadis atau rangda
bunting, tiada nyata siapa yang punya perbuatan, perempuan itu dipanjingkan pada
pasirahnya tiada boleh lebih dari 3 tahun lamanya, sesudah itu maka perempuan
itu pulang kepada orang tuanya atau sanaknya serta dengan anaknya dan jika
sanak perempuan bunting gelap itu suka bayar 12 ringgit pada pasirahnya,
perempuan itu boleh pulang pada sanaknya, tiada boleh pasirah tahan.
Pasal 11
Jika perempuan yang
bunting gelap tiada nyata siapa punya perbuatan, lantas pergi menumpang di
rumah orang akan beranak, maka orang yang punya rumahm itu kena tengang satu
kambing.
Pasal 12
Jika bujang gadis akan
ditunangkan, hendak bapak bujang hantar juadah pada kepala dusun dan
punggawanya, sesudah itu maka terang namanya
Pasal 13
Jika bujang gadis
bertunang dengan terang, maka gadis itu dibambang bujang yang lain atau ahli
gadis mungkir, tiada suka lagi pada bujang yang bertunang tiada dengan sebabnya
yang patut, bapa gadis itu kena 8 ringgit penyingsingan namanya pada bujang,
lagi kerugiannya ditimbang atas kepatutan pasirah proatin, jika bujang gadis
bertunang, maka bujang menyimpang segala pertanda dan kerugiannya hilang tidak
dapat didakwanya kepada gadis atau sanaknya, jika bujang gadis bertunang, maka
bujang itu kerap gawi dengan gadis lain sampai kawin dengan perempuan itu, maka
bujang itu tiada dapat kawin dengan tunangannya jika ahli warisnya tidak suka
akan bujang itu.
Pasal 14
Jika bujang tolak
tunangannya tiada dengan sebabnya, melainkan kerugian. bujang tiada boleh
didakwa.
Pasal 15
Jika bujang gadis
bertunang, maka rasa bujang terlambat dikawinkan lantas nangkap batin,
hendaklah bujang itu dikawinkan dengan. Tunangannya serta ia kena pelayanan 6
ringgit.
Pasal 16
Jika bujang menangkap
batin, artinya ia menyerahkan kerisnya pada proatin, mintak kawin dengan satu
gadis, maka bujang itu ada gade dari gadis itu, hendaklah bujang dan gadis itu
dikawinkan dan bujang bayar pelayan 6 ringgit.
Pasal 17
Jika bujang nangkap
batin dan tiada ada gade dari gadis atau gadis tiada mengaku gadenya, serta
bujang tiada ada saksinya, melainkan bujang itu tiada boleh dikawinkan. dan ia
kena denda 6 ringgit lagi bayar pada itu gadis 4 ringgit. Dari denda 6 ringgit
dibagi bagaimana pelayan juga.
Pasal 18
Jika laki-laki senggol
tangan gadis atau rangda naro gawe namanya, ia kena denda 2 ringgit, jika
perempuan itu mengadu dan 1 ringgit pulang pada perempuan itu dan 1 ringgit
jatuh pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal 19
Jika laki-laki pegang
lengan gadis atau rangda meranting gawe namanya, ia kena denda 4 ringgit, jika
perempuan itu. mengadu dan 2 ringgit pulang pada perempuan itu dan 2 ringgit
jatuh pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal 20
Jika laki-laki pegang
di atas siku gadis atau rangda meragang gawe namanya, ia kena denda 6 ringgit,
jika perempuan itu mengadu dan 3 ringgit pulang pada perempuan itu dan 3
ringgit jatuh pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal 21
Jika laki-laki pegang
gadis atau rangda lantas peluk badannya meragang gawe namanya, ia kena denda 12
ringgit, jika perempuan itu mengadu dan 6 ringgit pulang pada perempuan itu dan
6 ringgit pulang pada pasirah, jika di dusun pengandang 3 ringgit pulang pada
pasirah dan 3 ringgit pada kepala dusun serta punggawanya.
Pasal 22
Jika bujang nangkap
gadis atau rebqt keinnya atau kembangnya tidak dengan suka gadis atau ahlinya
gadis nangkap rimau namanya, maka itu bujang kena denda 12 ringgit, lagi bayar
pada gadis 8 ringgit, denda dibagi kepada pasirah proatin serta punggawa
bagaimana denda bergubalan. Dan jika gadis suka kawin dengan bujang itu, boleh
dikawinkan, maka bujang itu tiada membayar lagi 8 ringgit pada gadis, tetapi
denda 12 ringgit hendak juga dibayar.
Pasal 23
Jika orang punya bini
membuat gawe dan lakinya mengadu, perempuan kena hukuman raja dan kehendaknya
dihukum satu kerbau pada lakinya dan kena 12 ringgit denda pada pasirah
proatin.
Pasal 24
Jika laki-laki pegang
orang punya bini ia kena denda 12 ringgit jika perempuan itu atau lakinya
mengadu dan 6 ringgit pulang pada perempuan dan 6 ringgit dibahagi bagaimana
tersebut di pasal 21.
Pasal 25
Jika laki-laki
bergubalan atau larikan atau kerap gawe dengan orang punya bini, ia kena setengah
bangun yaitu 20 ringgit kepada lakinya perempuan itu dan lagi ia kena denda 12
ringgit pada pasirah proatin dan punggawa. Jika laki-laki bambang perempuan
bercerai, belum habis dia punya idahnya tiga bulan delapan belas hari, jika
cerai mati ampat bulan sepuluh hari lamanya, kena 6 ringgit, 3 ringgit pulang
pada ia dan 3 ringgit pulang pada pasirah proatin dan punggawanya.
Pasal 26
Rangda boleh dianggau
oleh saudara atau sanak lakinya yang telah mati, jika rangda suka, akan tetapi
jika rangda tiada suka sekali-sekali tiada boleh dipaksa.
Pasal 27
Jika sumbang di dalam
dusun, tiada boleh itu perkara diputuskan oleh pasiran, melainkan perkara itu
hendaklah ia bawak kepada rapat besar kena hukuman raja. Sumbang besar musti
dihukum lagi buat pembasuh dusun seekor kerbau, dan Sumbang kecil seekor
kambing, yaitu dengan beras, kelapa dan lain-lain keperluan sedekah yang cukup.
Pasal 28
Dari perkara bicara
bujang gadis, tiada boleh pasirah proatin ambil tanda serah.
Pasal 29
Siapa yang melikus
orang perempuan mandi serta lanang bersimbun bengkarang jepak jangal namanya,
kena 4 ringgit.
Pasal 30
Jika orang yang punya
anak gadis berasan dengan bujang dua atau tiga akan jadi menantunya ayam satu
bertembung dua namanya, kena harga kerbau atau kena denda 6 ringgit yaitu 3
ringgit pulang pada pasirah dan 3 ringgit pulang pada orang yang urung jadi
mantunya (tekap malu).
Pasal 31
Jika ada bujang nabuh
suling keliling rumah yang ditungguh gadis, maka tua rumah tiada suka kumbang
melilit gedung namanya, bujang kena kerbau 4 ringgit.
Pasal 32
Jika bujang gadis
berjalan, maka bujang rebut kembang dari kepala gadis lang menarap buih
namanya, bujang itu kena denda 2 ringgit.
ü
Bab II (Aturan Marga
Pasal 01
Di dalam satu-satu
marga ditetapkan satu pasirah yang memerintah atas segala hal marganya dan
pasirah itu orang banyak yang memilih dan Raja yang angkat serta kasih nama.
Pasal 02
Di bawah pasirah
ditetapkan satu punggawa marga, pembarap namanya, kedudukannya di atas segala
pengandang, karena dia yang memerintah marga waktu pasirah berjalan atau
lain-lain halnya.
Pasal 03
Di dalam Dusun pasirah
tetapkan satu Lebai Penghulu yang kuasa hakim serta satu Khatib yang tolong
atas pekerjaan Lebai Penghulu.
Pasal 04
Tiada boleh pasirah
angkat atau berhentikan proatin, punggawa dan kaum, jika tiada dengan izin yang
kuasa di dalam batanghari.
Pasal 05
Jika proatin, punggawa
atau kaum akan berganti, sebab mati atau lain-lain hal, hendaklah orang banyak
unjuk yang patut jadi gantinya dan pasirah membawa orang itu menghadap yang
kuasa di dalam batanghari supaya diangkat.
Pasal 06
Di dalam dusun pasirah
hendak buat satu pasungan, maka orang yang maling berkeliling/ataq lain-lain
orang jahat yang akan dibawa pada yang kuasa di dalam batanghari, boleh pasirah
suruh pasung, akan tetapi tiada boleh lebih dari dua hari dua malam, lantas
hendaklah dibawanya di dalam pasungan menghadap yang kuasa, jika ada orang
punya perkara lantas mengadu kepada pasirah, maka sebelum diputuskan perkaranya
oleh pasirah orang yang mengadu putuskan perkaranya sendiri, kena 12 ringgit
kelangkang kelingking anak macan uru kenuling namanya.
Pasal 07
Di tiap-tiap dusun
pasirah diatur kemit marga dari 6 sampai 20 orang atas timbangan yang kuasa,
kerjanya kemit marga tunggu gardu dan antar pos mudikmilir menjadi opas diperahu
gubernement dan menjadi suruhan pasirah panggil proatin atau peranakan lagi dia
orang yang memelihara balal pangkalan paseban dan gardu dan kemit marga itu 5
hari bergilir.
Pasal 08
Aturan hantar julat
tiada boleh dipakai lagi, melainkan yang dipakai hantar marga ialah berganti di
dusun pasirah.
Pasal 09
Jika ada hantaran
lebihdari 6 orang, tiada boleh kemit marga dibawanya, melainkan orang banyak
bergilir hantar, Jika ada perahu gubernemen mudik atau milir membawa kuli darl
Palembang, hendak satu kemit marga menjadi opas dan jika ada kuli yang sakit
atau lari hendak digantinya dengan kemit marga atau hantaran dan jika opas atau
manclor perahu minta tambah hantaran lain dari bakal gantinya kuli yang sakit
atau lari tiada boleh pasirah atau proatin memberi dan jika kuli perahu ada
perbuatannya kurang patut hendak pasirah mengadu pada yang kuasa.
Pasal 10
Jika ada perahu mudik
milir membawa cap macan hendak dikasih hantaran bagaimana patut.
Pasal 11
Hendak pasirah dan
proatin pelihara jalan-jalan di dalam watasnya, maka jalan besar bukanya ampat
depa yaitu 24 kaki, jalan simpangan bukanya 2 depa yaitu 12 kaki di pinggir
jalan hendak dibuat laren dalamnya satu hasta dan bukanya satu hasta juga dan
ditiap-tiap sungai hendak dibuat jembatan galarnya papan dan belandarnya kayu
yang awet.
Pasal 12
Di dalam satu marga
atas timbangan yang punya kuasa hendak dibuatkan satu rumah dan tangsi atau
grogol tempat orang gubernemen tumpang bermalam.
Pasal 13
Rumah, tangsi, jalan,
jembatan, kernit marga hantaran arahan itulah gawe raja namanya. Hendaklah
segala mata pajak angkut-kannya tiada boleh sekali-sekali dilepaskan, jika
tiada dengan izin yang kuasa.
Pasal 14
Siapa yang tinggalkan
gawe raja, putus gawi namanya, kena denda 3 ringgit lagi ia mernbayar upah pada
orang yang mengganti kerjanya bagaimana kepatutan di dalarn marga.
Pasal 15
Dan yang dilepaskan
dari segala pekerjaan tersebut di bawah ini yaitu pasirah, punggawa Marga,
proatin, punggawa dusun, lebai penghulu, khatib, orang tua atau sakit, yang
lepas dari aturan pajak anak pasirah yang tua dan kedua anak proatin yang tua,
anak lebai penghulu yang tua.
Pasal 16
Tiada boleh pasirah
menerima orang asing di dalarn marga akan berladang, ajar mengaji, berpandai
ernas atau beri tukang kayu atau lain-lain orang yang akan berhenti lebih dari
satu bulan di dalarn marga, jika tiada dengan surat izin dari yangkuasa di
dalam batanghari.
Pasal 17
Pasirah diizinkan
pakai cap itulah tanda dia orang yang jalankan kuasa raja di dalam marga dan
tiada boleh orang lain pakai cap, melainkan pasirah dan jika pasirah berganti,
capnya hendak diserahkan pada gantinya.
Pasal 18
Tiada boleh peranakan
dari suatu marga pergi di marga lain, jika tiada membawa pas yaitu cap dari
pasirahnya dan cap itu boleh dipakai satu kali jalan dan mana kala pulang ke
marganya surat itu hendak dipulangkan kepada pasirah atau kepala dusun dan yang
hilangkan surat pas atau tiada pulangkan surat itu di dalam sehari semalam,
kena denda satu rupiah dan jika peranakan keluar dari marga tiada dengan surat
cap dari pasirah, hendaklah orang marga lain tangkap dan serahkan pada
pasirahnya dan orang yang tertangkap kena denda satu sampai dua ringgit dan
uang itu pulang kepada yang menangkap.
Pasal 19
Pasirah tanggung atas
perbuatan peranakannya yang ia memberi padanya cap berjalan dan jika pasirah
rasa peranakannya hendak berjalan dengan maksud yang tiada sernpurna boleh
pasirah larang serta jangan dikasih cap, akan tetapi jika orang itu hendak
mengadu kepada yang kuasa tiada boleh pasirah larang melainkan pasirah suruh
punggawa hantar orang itu pada yang kuasa.
Pasal 20
Jika pasirah kirim
surat dimana-mana yang patut, boleh pakai cap supaya terang.
Pasal 21
Dari pasirah-pasirah
hendak pakai kupiah air emas dan payung merah pinggirnya kuning dua dim
lebarnya dan ebek perahu serta pengayuh merah pinggir kuning dan isteri pasirah
boleh pakai payung dan lain-lain bagairnana pasirah juga.
Pasal 22
Jika pasirah membawa
pajak atau berjalan di dalam kerja raja, hendaklah orang marga kasih perepat
arahan narnanya bagaimana patut.
Pasal 23
Dan pasirah hendak
ajak proatin serta orang banyak pasang perangkap macan, maka jika beroleh macan
kuping dan buntut macan itu dikirim pada yang kuasa dapat pernberian sepuluh
rupiah ke atas.
Pasal 24
Tiada boleh orang
simpan senjata lepas senapang pernuras atau lilla, jika tiada dengan surat izin
dari yang kuasa orang, pedusunan yang kena sakit akal dan sakit gila hendak
orang banyak peliharanya supaya jangan jadi celaka atas orang banyak.
Pasal 25
Dari batang kelutum
unglen kulim dan tembesu, tiada boleh orang menebang jika tiada dengan izin
yang kuasa di dalam batanghari.
Pasal 26
Kulit ngarawan tiada
boleh orang ambil, jika tiada dengan menebang batangnya serta dijadikan ramuan
rumah.
Pasal 27
Tiada boleh orang
laki-laki pindah ke marga lain atau ke dusun lain, jika tiada dengan izin yang
kuasa di dalam batanghari.
Pasal 28
Jika orang beristeri
di dusun lain atau di marga lain, hendaklah isterinya turut di dusun lakinya
dan tiada boleh sekali-sekali ambil anak artinya laki-laki turut di dusun
mertuanya.
Pasal 29
Jika perernpuan
berlaki di dusun asing, lantas lakinya mati, hendak juga perernpuan itu tinggal
di dusun lakinya yang mati, tetapi jika ia suka berlaki dimana-mana tiada boleh
orang tegah, melainkan ia turut di dusun dan marga laki yang baharu, tetapi
jika ada pada permpuan itu anak, maka anak itu tinggal pada ahli waris lakinya
yang mati, tiada boleh ia bawa dan jika anaknya lagi kecil belum patut
dilepaskan dari umaknya, boleh ia pelihara dahulu, maka sarnpai uurnya anak itu
pulang di dusun bapaknya lantas ahlinya hendak bayar pada umak dan bapak kualon
8 ringgit pengen dongan namanya.
ü
Bab III (Aturan dusun dan berladang
Pasal 1 Di dalam
satu-satu dusun ditetapkan satu pengandang yang merinta dusun dan dibawah
pengandang ditetapkan penggawal dusun berapa secukupnya atas besarnya dusun.
Pasal 2 Didalam
satu-satu dusun pengandang ditetapkan satu chatib yang tiada boleh kuasa hakim.
Pasal 3 Kepala Dusun
dan penggawainya hendak pakai kopiah penjalin.
Pasal 4 Tiada boleh
pengandang angkat atau berentikan penggawanya. Jika akan diganti sebab mati
atau lain-lain halnya hendaklah pengandang ,membawa bakal gantinya pada pasirah
supaya diterangkan pada yang kuasa.
Pasal 5 Tiap-tiap
dusun diatur kemit dusun dari 2 sampai 8 orang atas kepatutan pasirah dan
proatin, dan itu kemit dusun, satu hari satu malam bergilir dan pekerjaannya
kemit dusun siang dan malam jaga di dusun, tunggu gardu atau balai dan
berkeliling jaga api dan pencuri serta meriksa surat pas orang pertandang yang
sampai, dan pelihara laman dan panggakalan dan gardu dan balai.
Pasal 6 Dan jika ada
orang asing sampai di dalam dusun tiada mengunjuk surat pas hendak kemit dusun
pegang dan serah kepada proatin supaya diantarkan pada pasirahnya.
Pasal 7 Siapa-siapa
yang tiada turun waktu sampai gilirannya kemit dusun “ putus kemit “ namanya,
kena denda satu ringgit serta kena bayar upah pada orang yang ganti kemit.
Pasal 8 Jika orang
punya rumah ditunuh orang jahat atau pencuri masuk dusun tiada dengan ketahuan
kemit dusun, itu kemnit dipanjing dari 1 sampai 3 bulan pada yang kuasa.
Pasal 9 Jika orang
dagang aatau orang lain singgah di dusun atau diladang dengan maksud akan
bermalam hendak kemit dusun atau orang yang punya lading periksa surat pas nya
serta unjuk pada kepala dusun. Dan tiada boleh numpang orang asing jika tiada
dengan izin kepala dusun. Dan siapa yang numpangkan orang asing tanggung segala
perbuatan dan hal nya orang itu. Dan siapa yang numpangkan orang asing tiada
dengan izin proatin kena denda dari 1 sampai 4 ringgit.
Pasal 10 Orang
pedusunan ialah boleh berjual atau membeli orang punya kerja “ Sandang Gawe “
namanya.
Pasal 11 Segala mata
pajak hendak berumah di dusun dan tiada boleh lebih dari dua prungun di dalam
satu rumah. Dan Proatin hendaknya mengatur rumah serta baris dan ombangkan
bagaimana patut dan tiada boleh orang berkebun di dalam dusun tetapi boleh
ditiap-tiap orang tandur niur di hadapan rumahnya. Dan jika orang yang tiada
turut bertegak rumah di dusun hendak pasirah proatin membawa itu orang pada
yang kuasa.
Pasal 12 Dan tiap-tiap
dusun hendak orang banyak bertegak balai dan gardu dan paseban dan masjid atau
langgar.
Pasal 13 Jika orang
punya rumah terbakar sebab kurang jaga tetapi tiada ada lain orang punya rumah
milu celaka maka orang yang punya rumah terbakar kena denda 6 R.
Pasal 14 Jika orang
punya rumah di dalam dusun terbakar sebab kurang jaga lantas dusun dusun mutung
maka orang itu kena tepung dusun: Kerbau, Satu Beras, 100 gram Gula, 1 guci
Bekasam, 1 guci Itulah jadi sedekah kepada orang banyak.
Pasal 15 Tiap-tiap
tahun hendak proatin membagi tanah akan berladang pada peranakannya dan ia
hendak periksa supaya segala peranakan membuat serta pelihara lading.
Pasal 16 Hendak
pasirah proatin jaga supaya jangan peranakannya pungut kapas sebelumnya sampai
masak.
Pasal 17 Pasirah
proatin hendak jaga supaya-supaya peranakannya jangan ambil uang fajar pada
orang-orang dagang atas tanduran yang belum masuk di dalam rumah atau balai.
Kepada yang kuasa atau pasirah proatin mesti dikasih tahu jika orang dagang mau
membeli orang punya padi atau kapas sebelumnya dipungut hendak pasirah proatin
kasih tahu pada yang kuasa. Dan jika menjadi perkara sebab barang yang dibeli
oleh orang dagang begitu rupa tiada timbul pada yang jual tiada boleh pasirah
proatin periksa melainkan itu dawaan orang dagang ditolak.
Pasal 18 Orang yang
berkebun kuasa atas tanah yang di darat kebunnya watas 40 junjang.
Pasal 19 Aturan “Tanah
Nurung” tiada boleh dipakai lagi.
Pasal 20 Jika orang
membakar lading atas orang lain punya tanduran seperti : Duren, Kelapa,
Sirih atau lain-lain mutung sebab orang yang bakar ladang kurang jaga maka itu
orang kena denda dari 6 ringgit sampai 12 ringgit dan kena ganti tanduran yang
mutung dengan harga yang patut. Dan denda dibagi dua sebagi pulang pada yang
punya tanduran dan sebagi pada pasirah proatin.
Pasal 21 Dan jika
orang tunu ladang didekat orang punya kebun serta kekasnya sudah terbuat atas
kepatutan orang yang punya kebun, maka itu kebun lantas hangus juga, tiada yang
diganti oleh orang yang tunu ladang.
Pasal 22 Dari kerbau
malam hendak dikandangi dan siang boleh dilepaskan dan jika hari malam kerbau
masuk orang punya ladang lantas ditangkap oleh orang punya ladang itu maka
orang yang punya kerbau kena tebus di dalam satu kerbau 5 rupiah. Dan jika
orang punya ladang tiada dapat tangkap itu kerbau boleh ia bunuh tiada ada
perkaranya dan satu pukang kerbau yang mati ia antar pada yang punya kerbau dan
lain bagi orang ladang yang punya. Dan jika siang hari kerbau masuk orang punya
ladang tiada boleh dibunuh melainkan hendak diusir. Dan jika yang punya ladang
tikam, ia kena ganti harga kerbau.
Pasal 23 Jika orang
lepaskan kerbau di dalam hutan, sampai nyawa tiada dicirenkan menjadi kerbau
itu kerbau jalang, maka siapa nangkap atau bunuh kerbau jalang ialah yang
punya.
Pasal 24 Jika orang
hendak sedekah kerbau atau kambing yang jadi “niat” hendak dipotong didusun
tiada boleh dipotong di ladang atau di talang. Tetapi jikalau itu kerbau atau
kambing akan dibuat obat boleh dipotong diladang akan tetapi hendak lantas
kasih tahu pada proatin. Dan jika orang potong kerbau atau kambing niat di
ladang atau di talang, “maling sedekah” namanya kena denda jika kerbau 4
ringgit dan kambing 2 ringgit namanya.
Pasal 25 Jika 0rang
bergade sawah atau kebun hendak diterangkan pada pasirah atau proatin begitu
juga jika pasirah atau proatin berganti.
Pasal 26 Jika orang
bergade kebun tiada dengan perjanjian tiada boleh ditebus sebelum buahnya
terpungut oleh orang pegang kebon itu.
Pasal 27 Jika orang
yang berladang di marga asing hendaklah minta izin pada pasirahnya dan ia
membayar sewa bumi pada yang punya tanah di dalam satu bidang 1 rupiah, dan itu
uang pula pada orang banyak. Dan yang melanggar ini adapt kena denda 6 R “
Maling Utan”.
Pasal 28 Jika orang
yang numpang bertalang atau berkebun di tanah lain dusun atau marga hendak
balik ke dusun sendiri, ia punya tanaman segala pulang pada yang punya tanah.
Pasal 29 Jika orang
numpang bertemu gading atau culo yang sudah mati, melainkan dibagi tiga, dua
bagi pulang pada yang bertemu dan satu lagi pada orang banyak yang punya tanah,
tetapi jika orang menumpanng bunuh gajah atau badak, gading dan cula ia sendiri
yang punya.
Pasal 30 Jika orang
pedusunan bakal sialang di dalam watas ia punya duisun boleh ia nebas utan
berkeliling batang sialang itu, maka itu batang sialang, ia yang punya, tetapi
sebelumnya ia nebas itu hutan belum boleh ia mengaku itu batang sialang.
Pasal 31 Tidak boleh
orang nubui sungai jika tiada terang kepada kepala dusun.
Pasal 32 Siapa-siapa
orang berjudi atau sabung tiada dengan izin daripada yang kuasa di dalam batang
hari kena hukuman raja.
ü
Bab IV (Aturan Kaum)
Pasal 01
Di dalam dusun pasirah
ditetapkan satu Lebai Penghulu yang kuasa hakim, maka Lebai Penghulu itu jadi
kepala segala kaum di dalam marganya dan kaum-kaum hendaklah turut perintah
Lebai Penghulu.
Pasal 02
Di dalam dusun pasirah
ditetapkan satu atau dua Khatib akan tulung atas pekerjaan Lebai Penghulu.
Pasal 03
Di dalam satu-satu
dusun pengandang ditetapkan satu atau dua Khatib yang tiada boleh kuasa hukum.
Pasal 04
Pasirah hendak pilih
siapa yajg petut jadi kaum di dalam marganya dan bawa pada yang kuasa di dalam
batanghari supaya dikirim menghadap seri paduka tuan besar di Palembang serta
minta surat cap dari pada paduka Pangeran Penghulu Nata Agama di Palembang.
Pasal 05
Mu’azin, bilal dan
marbot tiada boleh dipakai di huluan.
Pasal 06
Hendak Lebai Penghulu
serta Khatib-khatib tulung atas pekerjaan pasirah proatin, maka dia orang
hendak pelihara buku jiwa di dalam satu-satu dusun dan tulis orang yang kawin
dan mati dan perhitungan pajak.
Pasal 07
Seboleh-seboleh hendak
pasirah cahari orang yang tahu menyurat bakal jadi kaum.
Pasal 08
Kaum-kaum tiada boleh
nikahkan orang, jika tiada dengan izin kepala dusun.
Pasal 09
Tiap-tiap tahun hendak
Khatib-khatib kasih salinan buku orang kawin atau mati pada Lebai Penghulunya,
maka Lebai Penghulu hendak tiap-tiap tahun kasih salinan buku orang kawin dan
mati di dalam marganya pada paduka Pangeran Penghulu Nata Agama di Palembang.
Pasal 10
Dari hari selikur sampai
hari-hari tigapuluh bulan puasa, boleh kaum-kaum minta fitrah, jika orang suka
kasih satu gantang fitrah satu jiwa, di dalam itu Lebai Penghulu hantar satu
gantang di dalam satu rumah pada paduka Pangeran Penghulu Nata Agama, yang lain
jadi pemakan kaum-kaum di dalam marga.
Pasal 11
Jika orang suka kasih
zakat, boleh kaum-kaum pungut sepuluh gantang di dalam seratus gantang padi,
maka dibahagi bagaimana tersebut di bawah ini: - 10 gantang di dalam 100
dihantar di Palembang pada paduk Pangeran Penghulu menjadi pemakan orang
miskin. - 30 gantang di dalam 100 pulang pada Lebai Penghulu - 30 gantang di
dalam 100 pulang pada khatib-khatib di dusun pengandang - 30 gantang di dalarn
100 menjadi pemakan orang yang pelihara masjid dan langgar.
Pasal 12
Kaum-kaum hendak
pelihara masjid, langgar, padasan dan keramat-keramat.
Pasal 13
Orang yang kawin
hendak bayar batu kawin satu orangnya setengah rupiah kepada kaum yang
nikahkannya.
Pasal 14
Kaum-kaum hendak mandi
dan sembahyangkan orang mati, tiada boleh minta pernbayaran melainkan sesuka
orang kasih.
Pasal 15
Hendak kaum-kaum
mengajar anak-anak di dalam dusun mengaji dan menyurat, tiada dengan
pembayaran, melainkan sesuka orang kasih.
Pasal 16
Pasirah dengan Lebai
Penghulu hendak pelihara anak yatim piatu di dalam marganya serta pegang
terikatnya sampai anak itu umur 14 tahun.
Pasal 17
Jika Lebai Penghulu
hendak mengantar fitrah atau zakat di Palembang, hendak pasirah kasih perpat
dua orang mata pajak.
Pasal 18
Lebai Penghulu dan
Khatib lepas dari aturan pajak dan bebeban dan dari segala pekerjaan marga dan
dusun ialah kemit hantar dan berkuli.
Pasal 19
Dari fitrah dan zakat
di dalam marga hendak Lebai Penghulu kumpulkan di dalam tangannya dan tentukan
gilir dari kaum yang, hantar fitrah atau zakat ke Palembang, tiada boleh kaum
dari dusun pengandang milir membawa bahagian dusun melainkan pungutan di dalam
marga dihantar oleh suruhan Lebai Penghulu.
ü
Bab V (Aturan Perhukuman)
Pasal 1 Jika orang
dawa utang piutang atau barang atau kebon atau gedean bole pasira proatin
mintak tanda sera. Jika perkara di putus oleh proatin tanda serah dari 1 sampai
3 rupiah. Jika perkara di bawakan pada pasira “tanda serah” dari 1 sampai 5
rupiah. Atas keputusan dengan besarnya dawaan.
Pasal 2 Dari segala
perkara yang salah pada aturan raja atau pada adat, seperti perkara :
Mencuri, Berkelahi dan Bujang –gadis. Tiada boleh pasira ambil “tanda serah”
artinya toada boleh ambil tanda serah dari segala perkara yang di hokum dengan
denda atau yang di hukum badan.
Pasal 3 Dari segala
dawa utang -piutang di bawa f 5 rupiah tiada boleh ambil tanda serah.
Pasal 4 Jika orang
yang dawa utang –piutang membayar “tanda serah” tiada boleh lagi pasirah
proatin ambil walasan jika utang terbayar.
Pasal 5 Tanda serah di
bagi tiga : Dua bagi pulang pada pasirah atau kepala dusun dan 1 bagi pada
penggawa – penggawa yang turut timbang perkara.
Pasal 6. Segala
perkara yang menjadi salah pada aturan raja atau pada adat, hendak pasirah
proatin periksa dan hokum bagaimana tersebut di dalam ini undang – undang. Maka
pasirah kuasa dendahi peranakannya watas 12 R kebawah, dan kepala dusun kuasa
dendahi peranakanya watas 6 R ke bawah.
Pasal 7 Jika kepala
dusun putus perkara, maka peranakanya tiada suka terima iya punya perhukuman
boleh ia mengadu pada ia punya pasirah. Maka hendaklah pasira periksa kembali
itu perkara serta timbang dan protes bagaimana rasa yang patut. Dan jika orang
yang di hokum pasira tiada terima dari keputusan pasirahnya bole itu orang
mengadu pada kepala divisi atau pada siapa yang kuasa di dalam batang –hari,
maka orang yang akan mengadu itu, tiada boleh pasirah tahan akan tetapi hendak
pasira kassi petindih antar pada itu orang.
Pasal 8 Jika di dusun
pengandang ada orang melanggar adat yang patut di denda lebih dari 6 R
hendaklah pengandang bahwa itu perkara di hadapan pasira, supaya diya nimbang.
Pasal 9 Dari segala
perkara yang pasira proatin bahwa dihadapan kepala divisi atu dihadapan siapa
yang kuasa di dalam batang hari jika ditaroh denda melainkan itu denda pulang
pada pasira proatin bagai mana adat.
Pasal 10 Dari perkara
bunuhan, tunu rumah, atau melanggar, lawan dengan senjata pada yang kuasa
merenta di dalam negeri. Tiada boleh pasira proatin putuskan karma hukuman raja
Pasal 11 Jika jadi
dawa karma barang hilang, melainkan di tetapkan harga bagaimana tersebut di
bawah ini : Padi 100 ganteng palembang ……………………..2 R Kerbau Satu
………………………………………8 R Anak kerbau satu………………………………….4 R Kambing satu
……………………………………..2 R Mas, berat 1 ringgit……………………………….12 R Suasa, berat 1
ringgit…………………………….. 3 R Perak, berat 1 ringgit ……………………………..1 R Batang kelapa
sudah berbuah, satu………………..2 R Batang kelapa yang belum berbuah ………………1 R
Batang duku, duren atu lain lain berapa sepatutnya harganya.
Pasal 12 Jika orang
sumpa di dalam perkara atau menjadi saksi maka di belakang nyata sumpah itu
bohong hendak orang itu kena hukuman raja.
Pasal 13 Jika cempalo
tangan hartinya tampiling, pukul numpang begoco atau cabut kapak, atau rusakan
orang punya tanduran atau tumah, jika di timbang ringan yang salah memberi
kepada yang dawa, beras satu gantang, kelapa sebiji, ayam satu dan sirie
sebiesul, dan jika di timbang berat di denda dari 2 sampai 6 R.
Pasal 14 Jika orang
begoco atau bala dengan tangan atau kayu didalam ruma atau di dalam dusun,
sampai bengkak atau tiada bengkak di denda dari 2 sampai 6 R, dan lagi yang
salah memberi tepung dari 1 sampai 4 R pada yang luka atau bengkak.
Pasal 15 Jika orang
begoco dihadapan orang punya rumah lantas yang punya rumah mengadu maka yang
mulai begoco kena denda 2 R “Assu merkussu” namanya. Dan jika bergoco di dalam
orang punya rumah yang mulai bergoco kena denda 4 R “singo merkusso” namanya
dan uang itu pulang pada yang punya rumah. Lagi pasirah atau proatin denda pada
orang yang begoco dari 6 sampai 12 R.
Pasal 16 Jika orang
berkelahi, serta pegang besi atu cabut senjatanya ia kena denda dari 6 sampai
12 R, dan jika musuhnya luka ia bayar padanya uang obat dari 2 sampai 8 R.
Pasal 17 Jika orang
berkelahi sampai musuhnya cacat artinya hilang mata, kuping kakotango atau kaki
“Buang sipat” namanya kena denda 12 R serta setengah bangun yaitu 20 R pada
yang cacat.
Pasal 18 Jika orang
missu–missu pada lain orang, terlupa kata yang tiada patut “selip” namanya
dihUkum : Beras, satu gantang Kelapa satu biji Ayam, satu dan sirih,
sebisol,maka barang itu pulang pada yang dawa.
Pasal 19 Jika orang
maki –maki atau katai orang punya istri atu anak gadis, atau disebuti orang
punya perbuatan, yang tiada patut dan tiada boleh di nyatakan “cempala mulut”
namanya di hukum denda dari 2 sampai 12 R atas timbangan pasirah proatin. Dan
denda di bagi dua sebagi pulang pada yang dawa, dan sebagi pada pasirah atau
proatin.
Pasal 20 Jika orang
mencuri siang hari di luar rumah di dusun atau di lading bua bua, ayam, atau
bebek, barang yang ketinggalan di luar rumah seperti ; Bubu Jala, Kain –
kain, dan lain barang di denda dari 2 sampai 4 R dan barang yang hilang hendak
di pulangkan atau dig anti harganya. Dan denda di bagi dua sebagi pulang pada
yang kecurian dan sebagi pada pasirah atau proatin
Pasal 21 Jika orang
mencuri padi yang sedang di jemur, atau padi, kelapa, seri, pisang di
batangnya, kena denda 4 R dan barang yangdi ambil di pulangkan atau dig anti
harganya. Dan denda di bagi dua sebagi pulang pada yang kecurian dan sebagi
pada pasirah atau proatin.
Pasal 22 Jika orang
mencuri di dusun atau di ladang kelapa, jambe, siri serta nebang batangnya,
kerbau atau kambing, kena denda, dari 6 sampai 12 R dan barang yang hilang atau
rusak hendak di pulangkan atau dig anti harganya, dan denda di bagi dua, sebagi
pulang pada yang kecurian dan sebagi pada pasirah proatin.
Pasal 23 Jika orang
mencuri malam hari di dalam rumah masih dengan baba atau buka lawang, kena
denda 12 R dan barang yang hilang hendak di pulangkan atau dig anti harganya,
dan jika rumah rusak, hendak di bayar beberapa yang patut akan betulkan itu
rumah atau timbangan pasirah Dan denda di bagi dua sebagi yang pulang pada yang
kecurian dan sebagi pada pasirah proatin.
Pasal 24 Jika orang
mencuri siang atau malam di dalam rumah tinggal “Nayap” namanya atau orang
siang atau malam masuk orang punya rumah lantas ia paksa mencuri “Nerungkuh”
namanya kena denda 12 R dan barang yang hilang hendak di pulangkan atau ganti
harganya. Dan denda di bagi dua sebagi pulang pada yang kecurian, dan sebagi
pasirah proatin
Pasal 25 Jika orang
mencuri padi di dalam bilik kena denda 12 R dan padi hendak di pulangkan atau
diganti harganya. Dan denda di bagi dua sebagi pada yang punya padi dan sebagi
pada pasirah proatin.
Pasal 26 Jika orang
rebut lantas maling orang lain punya barang di tengah jalan “Negan” namanya
kena denda dari 6 sampai 12 R atas timbangan pasirah proatin, dan barang yang
hilang hendak di pulangkan atau ganti harganya. Dan denda di bagi dua, sebagi
pulang pada yang kecurian, dan sebagi pada pasirah atau proatin.
Pasal 27 Jika orang
baba rumah akan mencuri, lantas tikam orang di dalam rumah itu rumah ia kena
hukuman Raja.
Pasal 28 Jika orang
simpan atu sembunyi atau membeli barang curian di hukum bagaimana orang yang
mencuri itu barang .
Pasal 29 Jika orang
bertemu barang di halaman atau di pangkalan dusun, atau di jalan besar, atau di
batang hari, hendaklah itu barang di serahkan pada yang punya proatin maka
barang itu di simpan oleh proatin 7 hari serta pukul canang kasih tahu pada
orang banyak, dan jika yang punya barang timbul hendak di pulangkan barangnya
dan sesudah 7 hari jika yang punya barang tiada timbul maka itu barang di kasi
pada bertemu. Dan jika orang yang punya barang timbul kemudian boleh ia tebus
barangnya dengan harga yang patut.
Pasal 30 Jika orang
bertemu barang maka tiada di terangkan pada proatinya, “maling dapat” namanya
di hukum seperti mencuri dari 3 sampai 6 R dan barang pulang pada yang punya.
Denda kepala dusun yang punya.
Pasal 31 Jika ada
perahu kanyut siapa yang bertemu hendak serahkan pada proatinya maka perahu itu
dilabuhkan di pangkalan dusun 7 hari 7malam, dan jika yang punya timbul hendak
di pulangkan ia punya prahu, tetapi ia bayar upah nemu dari ½ sampai 5 rupiah
atas keputusan proatin. Dan jika abis 7 malam yang punya perahu tiada
timbul,maka diserahkan itu perahu pada yang boleh temu: dan jika yang punya
perahu timbul kemudian, boleh ia tebusi perahunya dengan harga yang patut.
Pasal 32 Jika orang
bertemu perahu kanyut, lantas diubah rubahnya dihukum seperti orang mencuri
dari 3 sampai 6 R. Dan perahunya pulang pada yang punya, denda kepala dusun
yang punya.
Pasal 33 Jika orang
berjalan numpang bermalam di dalam orang punya rumah, di dusun atau ladang,
maka itu orang punya barang kecurian serta tiada nyata orang yang punya rumah
kehilangan juga ia punya barang, hendak orang yang punya rumah ganti barang
orang yang numpang akan tetapi jika nyata orang yang punya rumah kemalingan
juga tiada boleh orang yang numpang dawa.
Pasal 34 Jika orang
berjalan numpang bermalam di dalam orang punya brugo lantas kecurian barangnya
orang yang punya brugo tangggung, serta ia hendak ganti harga barang yang
hilang.
Pasal 35 Jika orang
berjalan numpang bermalam di dalam balai atau gardu dusun lantas kecurian
barangnya,maka kemit dusun tanggung serta ia hendak ganti harga yang hilang.
Pasal 36 Dari adapt
bangun yang selamanya tiga pasal: Pertama Nesto Jika
laki-laki……………………………………………………………. 40 R Jika perempuan…………………………………………………………. 50
R Kedua maco atau bangun proatin pengawa atau Istrinya. ………………………………………………………………….
2 4 0 R Ketiga Utama atau bangun pasirah atau istrinya ………………….. 4 4 0 R Bangu
anak pasirah bagaimana bangun proatin maco namanya,
Pasal 36 a “Adat Ampat
Lawang” Bangun orang pedusunan, baik laki-laki baik perempuan…………………….. ..80 R
Bangun proatin dan anak proatin ………………………………………………..100 R Bangun anak pasirah
dan anak pasirah ………………………………………….400 R Dan lagi lain dari bangun dossa 18 R
dan : Kerbau Satu, Beras 100 gantang, Kelapa 100 biji. Jika orang melukai
hendaknya bayar setengah bangun dari dossa 9 R.
Pasal 37 Uang bangun
pulang pada ahli orang yang mati akan tetapi pasirah proatin yang turut timbang
perkara, boleh ambil “Welassan” didalam 10 R, 1 R.
Pasal 38 Jika orang
membunuh tiada dengan sengaja hendaklah bayar bangun, bagaimana tersebut
diaatas ini di pasal 36, serta bayar belanja mati 4 R dan dossa pada pasirah
proatin 12 R akan tetapi itu perkara hendak diputus dihadapan yang pengang
kuasa didalam batang hari.
Pasal 39 Jika orang
melukai orang tiada dengan sengaja kena tepung dari 2 sampai 8 R dan denda pada
pasirah proatin dari 3 sampai 12 R. Tepung pulang pada yang luka.
Pasal 40 Jika orang
orang membunuh maling sedang didalam rumah, tiada kena bangun.
Pasal 41 Jika orang
laki-laki masuk di dalam orang punya rumah dengan maksud hendak buat jahat
dengan orang punya bini “karap gawe” namanya maka tertangkap didalam rumah
lantas dibunuh oleh laki perempuan itu, tiada menjadi perkara. Akan tetapi jika
orang itu tertangkap diluar rumah tiada boleh dibunuh maka ia kena denda 12 R
“Kesikap utang ditumbak mati” namanya.
Pasal 42 Jika malam
hari orang bersembunyi dibawah orang punya rumah dengan maksud yang tiada
terang, ia kena denda 12 R sebab boleh bermaksud “Karap patti” hendak membunuh
atau “Karap gawe” hendak bermaksud orang punyak anak gadis atau bini, dan denda
dibagi dua sebagian pulang pada orang yang nangkap dan sebagian pada pasirah
proatin.
Pasal 43 Jika orang
pedusunan mencuri atau rusakkan barang raja “Ketujawalah” namanya, pasirah atau
proatin didenda 24 R serta dipajah pengawa kena denda 12 R tiap-tiap mata gawe
kena denda 2 R.
Pasal 44 Jika orang
pedusunan turut Raja berjalan maka lantas berlari, jika berdarat “Terjun alas”
namanya, jika berperahu “terjun pulangan” namanya ia kena denda 12 R dan jika
pasirah atau proatin, atau penggawa hendak dipecat.
Pasal 45 Jika orang
membuat jahat dengan kambing dan lain-lain hewan “mengidakan wadun sejagat”
namanya ia kena denda 12 R. serta pembaso dusun satu kerbau dan lagi ia ganti
harga kambing atau lain-lain hewan agaimana harganya yang patut.
Pasal 46 Tiada boleh
sekali-kali orang pasang. Tukas kalo atau blanti di dekat ladangnya atau dekat
jalan-jalan. Dan jika orang melanggar ini aturan ia kena denda 12 R pada
pasirah proatin dan lagi jika ada orang yang kena tukas kalo atau blanti lantas
mati yang pasang itu perangkap kena bangun bagaimana tersebut di pasal 36 dan
jika orang yang kena luka tiada mati yang pasang itu perangkap kena tepung dari
6 sampai 12 R.
Pasal 47 Jika orang
mati terbunuh atau tersamun di tengah jalan dusun dan marga yang punya tanah
tanggung dari dusunnya jika tiada nyata siapa yang punya perbuatan hendaklah
pasirah proatin segera kasih tahu pada yang kuasa.
Pasal 48 Jika orang
nebang batang sialang kena Bangun 40 R pada yang punya sialang dan denda 12 R pada
pasirah proatin.
Pasal 49 Tidak boleh
sekali-kali lagi pegang orang menggiring utang, maka siapa lagi pegang
menggiring utang kena denda 12 R pada Raja, maka orang yang menggiring
dilepaskan dari utang.
Pasal 50 Siapa yang
berutang boleh bayar dengan penyusur bayar sekurangnya 12 rupiah di dalam satu
tahun. Dan jika utangnya lebih dari 20 R boleh berladang bagi tiga maka sebagi
jadi bunga uang sebagi penyusur bayar dan sebagi permakan orang yang berutang.
Pasal 51 Dari perkara
utang piutang atau gade yang sudah lebih lima tahun lamanya tiada didawa atau
dibuka tiada boleh diperkarakan lagi.
Pasal 52 Jika orang
berbini mati hartanya dibagi dua, sebagi pulang pada anak atau sanak laki-laki
yang mati dan sebagi pulang pada perempuannya adat “sepencarian” dan jika yang
mati ada utang hendaklah lebih dahulu dibayar segala utang, maka harta lebih
dari utang itulah boleh dibagi.
Pasal 53 Jika harta
orang yang mati tiada cukup akan bayar utangnya maka nyata bininya ikut
tanggung dari itu utang hendaklah perempuan itu bayar bayar separuh dari utang
yang tinggal. Akan tetapi tiada boleh sekali-kali anak-anak kecil turut
tanggung utang papanya jika dia orang tiada menerima waris.
Pasal 54 Jika
perempuan yang berlaki mati, maka separuh dari harta yang ia boleh “sepencarian”
dengan lakinya pulang pada ia punya anak dan jika tiada ada anak pulang pada
sanaknya itu perempuan.
Pasal 55 Tiada boleh
lagi nikalkan utang jika sampai ketika akan dibayar, yang berutang tiada mampu.
Pasal 56 Jika orang
yang dipukul denda oleh pasirah proatin tiada punya pembayaran boleh pasirah
proatin panjingkan itu orang serta suruh angkat kerja, maka didalam utang
dihilangkan 5 rupiah didalam satu bulan.
Pasal 57 Jika pasirah
proatin atau mata gawe mati hendaklah orang didalam marga dawa dari utang atau
lain-lain, jika pasirah didalam 40 Hari, 40 malam. Proatin 15 hari 15 malam
matagawe 7 hari 7 malam lepas dari itu tiada boleh lagi orang marga dawa. Akan
tetapi jika orang sedang berjalan, boleh ia dawa idar pulang kedusun.
Pasal 58 Jika ada orang
mati hendak kepala dusun serta kaum periksa dari tarekkannya dan tulis segala
hartanya
.
Rujukan
·
Undang-Undang Simbur
Cahaya tulisan Arab Melayu dalam buku Berg, Mr.L.W.C. van de., Rechtsbronnen
van Zuid Sumatra, BK1 43, 1894.
Referensi dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Simbur_Cahaya