LAPORAN INDIVIDU
KULIAH KERJA NYATA
MAHASISWA
TEMATIK POSDAYA
BERBASIS MASJID
MASJID TAQWA DESA MUARA
TAWI
Tentang
“KEMAMPUAN MEMBACA
HURUF HIJAIYAH SANTRI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN MASJID TAQWA DESA MUARA TAWI
KEC. JARAI KAB. LAHAT SUMSEL”
OLEH:
TRIA AGUSTINA
NIM (12260095)
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M)
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam yang kita
anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia, merupakan way
of life yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat
kelak. Agama Islam mempunyai satu sendi yang esensial yang berfungsi memberi
petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman :
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke
jalan yang sebaik-baiknya. (QS. 17 : 9).
Dari sini kita ketahui bahwa yang dimaksudkan
tersebut adalah kitab suci Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai
ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis secara mushaf, dimulai
dengan surat al-Fatihah dan di akhiri dengan surat al-Nas. Sebagai pedoman bagi
manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh kebahagian lahir dan bathin,
di dunia dan di akhirat kelak. Konsep konsep yang dibawa Al-Qur’an selalu
relevan dengan problem yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk
berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan
terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia.
Kemudian keterangan
yang diberikan oleh Rosulullah SAW, bahwa Allah memerintahkan kepada umat
manusia seluruhnya agar memperhatikan isi Al-Qur’an dan mempelajari artinya,
karena mempelajari dan memahami isi kandungan dari Al-Qur’an adalah merupakan
kewajiban bagi umat Islam.
Untuk dapat mempelajari
dan memahami isi kandungan Al-Qur’an tidaklah mudah, banyak cara atau metode
yang biasa digunakan dalam mempelajari agama Islam, salah satunya adalah belajar
membaca huruf hijaiyah, karna huruf hijaiyah murupakan titik awal dalam
mempelajari ilmu agama secara mendalam.
Di dalam ayat pertama
yang turun, mengandung perintah supaya membaca, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5
yang Artinya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".
Prinsip pembelajaran membaca
huruf hijaiyah pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode antara
lain sebagai berikut : Pertama, guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul
murid/santri, kedua, murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya,
dan ketiga, guru mengulang-mengulang bacaan sedangkan murid menirukannya kata
perkata dan kalimat perkalimat secara berulang-ulang hingga terampil dan benar.
Dari deskripsi diatas,
maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang "kemampuan
membaca huruf hijaiyah santri TPA masjid taqwa desa Muara Tawi kecamatan Jarai
kabupaten Lahat".
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah pada laporan individu ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kemampuan membaca huruf hijaiyah santri TPA Masjid Taqwa
desa Muara Tawi?
2.
Apa kesulitan yang di hadapi santri TPA Masjid Taqwa desa Muara Tawi
dalam membaca huruf hijaiyah?
C. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan pendekatan atau cara ilmiah yang dilakukan
untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Adapun dalam penulisan laporan
Individu ini, digunakan beberapa metode agar diperoleh suatu hasil yang valid
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Adapun penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan
Adapun pendekatan didalam penelitian ini diantaranya yaitu jenis penelitian
dan sumber data, antara lain sebagai berikut:
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
b. Sumber Data
1.
Data Primer
Data primer adalah data
yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perorangan. Adapun data
pokok ini adalah santriwan dan santriwati TPA masjid taqwa desa muara tawi.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah
data primer yang telah diolah lebih lanjut kemudian disajikan, baik oleh pihak
pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Adapun data sekunder atau
data tambahan pelengkap pada penelitian ini adalah utstadz TPA masjid Taqwa
desa Muara Tawi.
c. Metode
Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga cara yaitu anatara
lain:
1. Tes yaitu dengan
mengadakan suatu tes untuk mengetahui tingkat membaca huruf hijaiyah
2. Dokumentasi yaitu
dengan mengumpulkan data-data dokumen yang berkenaan dengan keadaan desa Muara
Tawi.
3. Wawancara adalah
pertemuan antara peneliti dengan utstadz TPA masjid Taqwa desa Muara Tawi.
2. Analisis Data
Analisis data adalah data yang telah berhasil dihimpun dari penelitian
langsung di TPA Masjid Taqwa desa Muara Tawi, dan akan dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian.
Adapun deskriptif pada penelitian ini adalah dengan menggambarkan tentang
keadaan santriwan dan santriwati TPA masjid taqwa desa muara tawi dalam membaca
huruf hijaiyah.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan
Laporan Individu ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab membahas
permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub bab untuk mendapatkan gambaran
yang jelas serta mempermudah dalam pembahasan, secara global sistematika
laporan individu ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB
II : LANDASAN
TEORI
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori berkenaan dengan penelitian
laporan ini dalam hal ini isi dari landasan teori antara lain adalah penjelasan
pengertian membaca dan pengertian huruf hijaiyah.
BAB III
: KONDISI OBJEKTIF LOKASI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai tentang keterangan terkait wilayah yang menjadi
objek penelitian dan dalam hal ini berisi tentang profil Masjid Taqwa Muara
Tawi dan keadaan santri TPA Masjid Taqwa desa Muara Tawi.
BAB
IV : PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai kemampuan santri dalam membaca huruf hijaiyah dan
apa saja kesulitan-kesulitan yang dihadapi santri TPA masjid taqwa desa muara
tawi dalam membaca huruf hijaiyah.
BAB
V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab
terahir yang berisi kesimpulan hasil penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Membaca
Menurut Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer membaca berarti : Melihat isi sesuatu yang tertulis
dengan teliti serta memahaminya (dengan melisankan atau dalam hati), Mengeja
atau mengucapkan apa yang tertulis, Mengucapkan, meramalkan, mengetahui,
memperhitungkan, menduga.[1]
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).[2]
Sedangkan makna membaca
menurut pendapat para ahli mengatakan, membaca adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan
pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan
menjadi pengetahuan siswa.[3]
Pendapat lain
mengatakan bahwa membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari
kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk
mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan.[4]
Sedangkan Dr. Farida
Rahim, M.Ed menguraikan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.[5]
Dari beberapa pendapat
tersebut dapat dikatakan bahwa membaca adalah suatu proses untuk mengenal kata
atau kalimat dalam bentuk tulisan melalui alat indra penglihatan dengan tujuan
untuk mendapatkan pemahaman tertentu mengenai suatu informasi (baik secara
lisan maupun dalam hati).
2. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya
mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung
lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan.
Adapun tujuan membaca
meliputi Kesenangan; Menyempurnakan membaca nyaring; Menggunakan strategi
tertentu; Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; Mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; Memperoleh informasi
untuk laporan lisan atau tertulis; Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;
Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari
suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks,
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.[6]
Menurut A. Akrom Malibary Tujuan pembelajaran
qirā’ah diajarkan untuk dua tujuan, yaitu:
1)Tujuan mengenali
huruf alfabet Arab yang sudah tersusun menjadi kata dalam rangkaian
kalimat-kalimat dan mengucapkannya dengan cepat dan benar. Tujuan ini dicapai
melalui membaca keras;
2)Tujuan mengerti apa
yang dibaca, jika siswa membaca bahan-bahan bacaan berbahasa Arab. Tujuan ini
dapat dicapai melalui membaca dalam hati atau yang lazim dinamakan mutāla’ah.[7]
3. Problematika
Pembelajaran Membaca
Dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Asing, seorang guru dan siswa akan menghadapi berbagai
problematika. Maka membutuhkan sensitifitas dan kreatifitas yang tinggi untuk
mencari jalan keluar dari berbagai problem tersebut. Problematika
pembelajaran membaca tulisan Arab menurut Syamsuddin Asyrofi antara lain.[8]
Problem linguistik, Pada dasarnya merupakan hambatan yang terjadi dalam
pembelajaran bahasa yang disebabkan karena perbedaan karakteristik internal
linguistik bahasa Arab itu sendiri dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Karakteristik bahasa Arab yang sangat berpotensi menimbulkan problem
yang cukup menghambat keberhasilan pembelajaran bahasa Arab diIndonesia antara
lain:
1.) Bahasa Arab memiliki
sistem bunyi yang khas, sejak 15 abad yang lalu, bahasa Arab tetap konsisten 29
bunyi yang disimbolkan dengan lambang bunyi yang berupa huruf hijaiyah.Bunyi-bunyi
yang dilambangkan dengan huruf-huruf
ص، ض، ث،رق،خ، ط، ظ، ع، غ، ذ)) hanya dimiliki oleh bahasa Arab
dan tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sangat mungkin siswa
Indonesia mengalami hambatan dalam mengucapkan bunyi-bunyi tersebut secara benar.
2.) Bahasa Arab mempunyai
sistem tulisan yang khas, baik dalam arah tulisan, penulisan lambang bunyi atau huruf
dalam hal syakl atau harakat.
3.) Bahasa Arab mempunyai
struktur kata yang bisa berubah dan bereproduksi, bahasa Arab adalah salah satu
bahasa yang mempunyai sistem akar kata dalam morfologinya. Dengan system akar
kata, sebuah kata tertentu bisa dilacak asal akar katanya. Dengan system akar kata pula, satu
akar kata bisa diderivasikan dengan ratusan kata yang baru.
4.) Bahasa Arab memiliki
sistem i’rab.I’rab adalah perubahan bunyi atau harakat akhir suatu kata yang
diakibatkan karena kedudukan kata tersebut dalam struktur kalimat atau frase,
atau karena adanya kata tugas (al-‘awamil) yang mendahuluinya.
5.) Bahasa Arab sangat
menekankan konformitas antar unsurnya. Dalam bahasa Arab dikenal pembagian kata
berdasarkan jenis kelamin dan jumlah bilangan. Masing-masing mempunyai
ciri-ciri dan aturan tersendiri.
6.) Bahasa Arab memiliki
makna mazazi yang sangat kaya. Majaz atau gaya bahasa merupakan ciri khas yang
sangat menonjol dalam kesusasteraan bahasa Arab. Dalam mengemukakan gagasannya,
para sastrawan atau penulis Arab sering menggunakan berbagai gaya bahasa yang
tentunya membutuhkan keseriusan sendiri untuk bisa memahami maknanya yang
dimaksudkan.
7.) Makna kosa kata bahasa
Arab sering berbeda antara makna kamus (al-maknal-mu’jami) dengan makna yang
dikehendaki dalam konteks kalimat tertentu (al-ma’na al-siyaqi). Sangat sering
ditemukan kosa kata bahasa Arab yang mengalami perluasan makna dari makna
asalnya. Seperti kata ضربyang makna asalnya adalah “memukul”, tetapi dalam konteks tertentu bisa
berarti “membuat contoh, bepergian, menggigit, menembak, membacok, dan
lain-lain.”
BAB III
KONDISI OBJEKTIF LOKASI PENELITIAN
A.
Sejarah Desa Muara Tawi
Desa Muara Tawi,
terletak disebelah utara dari ibu kota kecamatan jarai, kabupaten Lahat
Sumatera Selatan. Desa ini berjarak 1 Km dari kecamatan, 73 Km dari ibu kota
kabupaten Lahat dan 350 Km dari ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Dan
dipimpin oleh kepala desa yaitu bapak Nilwan.
Menurut sejarah
penduduk pertama desa Muara Tawi berasal dari desa Bangke Tengah Padang lebih
kurang Tahun 1923 M, Senamang Balas dan Meskat pindah dari Bangke tengah Padang
ke permukiman yang baru, tempat permukiman baru ini merupakan tempat
bermuaranya Air Suban dan tempat dimakamkanya Puyang Palembang yang bernama
Tawi, dari sinilah ide pemberian nama tempat pemukiman yang baru tersebut
dengan nama Muara Tawi.
B. Profil Masjid Taqwa
Desa Muara Tawi
Desa Muara Tawi
mempunyai sebuah Masjid atau tempat pusat peribadatan Umat Islam, tempat taman
pendidikan Al-Qur’an anak-anak dan majelis ilmu ta’lim serta tempat pusat
silahturrahmi masyarakat desa Muara Tawi yaitu Masjid Taqwa.
Masjid Taqwa adalah
masjid yang terletak di jalan raya Pagaralam – Pendopo/Bengkulu, dusun II, Desa
Muara Tawi, Kec. Jarai Kabupaten Jarai, Provinsi Sumatera Selatan.
Masjid taqwa dibangun
oleh masyarakat sekitar lebih kurang tahun 1930-an oleh masyarakat sekitar desa
Muara Tawi, dan bisa menampung sampai 300 jamaah serta kondisi masjid dalam
kondisi baik.
Dan kepengurusan Masjid
Taqwa Muara Tawi dipimpin oleh ketua Masjid Bapak Masri, dibawah penasehat
Kepala Desa dan Kasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) yang dipimpin oleh bapak
Arwanto.
Adapun susunan pengurus
Masjid Taqwa Desa Muara Tawi adalah sebagai berikut:
Pelindung Penasehat
: Nilwan (Kepala
Desa)
Ketua
: Masri. M
Sekretaris
: Indri
Bendahara
: Sukirno
Seksi-Seksi
a. Seksi Kegiatan Ibadah (Imarah)
Ketua :
Sarupi
Sekretaris :
Ibnu Hajar
Anggota
: 1.
Jamaludin
2. Waharudin
3. Hutami
b. Seksi
Administrasi (idara)
Ketua :
Harnoto
Sekretaris
: Sulaiman
Anggota
: 1. Muzahirin
2. Zazili Ikbal
3. Hartanudi
c. Seksi Pemeliharaan
(ri’ayah)
Ketua :
Nopa Harianto
Sekretaris :
Rizali
Anggota
:
1. Hingki Sisko
2. Haryono
3. Herwandi
4. Asman
C. Santri TPA Masjid Taqwa
desa Muara Tawi
Adapun Santri TPA
masjid taqwa desa muara tawi berjumlah 30 santri. Perempuan 16 orang, laki-laki
14 orang.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kemampuan membaca huruf
hijaiyah santri TPA masjid taqwa desa muara tawi
Kemampuan santri-santri TPA masjid Taqwa desa Muara Tawi kurang memadai,
dikarnakan minimnya kreatifitas guru yang mengajar, hal tersebut dilihat dari
cara guru mengajar, ketika masuk jam belajar siswa disuruh berdo’a kemudian
langsung membaca iqro’(bagi pemula) dan al-qur’an (bagi yang sudah lancar)
kemudian guru hanya menyimak bacaan yang dibaca santri dan meluruskan bacaan
santri yang tidak atau kurang tepat kemudian pulang, hal tersebut membuat
santri kurang memahami makhorijul dan panjang pendeknya huruf, ketika hari
berikutnya kebanyakan santri pada saat mengaji, banyak yang lupa atau tidak
bisa membaca, padahal huruf yang dibaca sudah dipeljari di hari sebelumnya,oleh
karna itu kreatifitas guru dalam mengajar mengaji tidak boleh diabaikan, guru
harus lebih kreatif dalam mengajarkan huruf hijaiyah, baik makhorijul huruf
maupun panjang pendeknya huruf.
B. Kesulitan yang dihadapi
santri TPA masjid Taqwa desa Muara Tawi dalam membaca huruf hijaiyah
santri-santri TPA masjid taqwa desa muara tawi mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan belajar mengaji, terutama dalam prosesnya, santri hanya sekedar
membaca iqro’ (bagi yang masih pemula), dan membaca al-qur’an (bagi yang sudah
lancar membaca huruf hijaiyah) tanpa mengetahui bagaimana bunyi atau makhorijul
huruf yang benar, santri hanya dituntut untuk membaca tanpa mempelajari makhorijul
huruf yang benar, padahal bunyi dari masing-masing huruf hijaiyah mempunyai
penyebutan yang tidak boleh salah dalam penyebutanya, terlintas banyak dari
huruf-huruf hijaiyah memiliki persamaan penyebutan, akan tetapi sangatlah jauh berbedah,
hal tersebut membuat santri kesulitan dalam membedakan makhorijul hurufnya,
misalnya ketika beberapa santri disuruh membaca huruf ث ,س,ش kebanyakan dari mereka
menyebut ketiga huruf tersebut dengan sebutan (sa), hal tersebut dikarenakan
guru (utstadz) tidak mengajarkan makhorijul huruf dengan intensif, padahal jika
membaca al-qur’an, huruf ش dibaca (sa), atau ث dibaca (sa) maka hal itu dapat merubah makna dari kata yang dibaca dari
ayat al-qur’an. Kemudian ada juga yang pada saat belajar mengaji ada santri
yang tidak mempunyai iqro’ (bagi pemula), hal tersebut membuat santri kesulitan
pada saat belajar mengaji, kebanyakan mereka ketika pulang kemudian belajar
mengaji pada esok harinya, mereka lupa atau tidak bisa karna tidak mengulangi
bacaan yang telah dipelajari sebelumnya di rumah dikarnakan tidak mempunyai
iqro’. Salah satu faktornya adalah faktor ekonomi, padahal belajar mengenal huruf hijaiyah (al-qur’an) adalah hal yang
terpenting dalam mempelajari ilmu agama islam secara mendalam.
BAB V
PENUTUP
Adapun penutup dari
penelitian pada laporan individu ini dapat ditarik kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
1.
Guru harus lebih kreatif dalam mengajarkan huruf-huruf hijaiyah, karna itu
adalah titik awal dalam mempelajari ilmu-ilmu tentang agama.
2.
Faktor yang menyebabkan santri kurang bisa membaca huruf hijaiyah
dikarnakan tidak memiliki iqro’ untuk dipelajari kembali di rumah.
3.
Makhorijul huruf harus lebih ditekankan, karna dapat berdampak negative
pada saat membaca huruf-huruf arab (hijaiyah), satu huruf saja salah dalam
penyebutan suatu bacaan, maka bacaan yang dibaca tersebut dapat berubah makna
menjadi makna yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Malibary L.A.S, A.
Akrom, dkk. 1976. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama
Islam IAIN. Jakarta: Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Agama Departemen Agama R.I.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Salim, Peter
Salim-Yenny. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English
Press.
Sandjaja, Soejanto. Pengaruh
keterlibatan Orang tua terhadap Minat Membaca Anak ditinjau dari Pendekatan
Stres Lingkungan.
“http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf
[1] Peter Salim-Yenny
salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Modern English Press, 1991),
hlm.114
[2] Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Balai Pustaka, 1989)
hlm.62
[4] Soejanto Sandjaja, Pengaruh
keterlibatan Orang tua terhadap Minat Membaca Anak ditinjau dari Pendekatan
Stres Lingkungan,
“http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf
[6] Ibid,
hlm.11
[7] A. Akrom Malibary
L.A.S, dkk., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam
IAIN, (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Agama Departemen Agama R.I, 1976), hlm. 121.