Sunday 17 January 2016

ASAS-ASAS YANG PERLU DIPAHAMI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

Asas-Asas Yang Perlu Dipahami Dalam Penyelesaian Sengketa
Oleh: Ria Irawan & Leni Apriani
BAB I
PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang
Asas merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Sedangkan Asas Fiqh (Hukum Islam) adalah kebenaran yang menjadi  tumpuan berfikir atau berpendapat dalam membina, menegakkan dan melaksanakan hukum islam. Asas hukum Islam terbagi kedalam tiga klasifikasi, yaitu  asas umum, asas hukum pidana, dan asas hukum perdata.
Dalam KBBI, sengketa berarti pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
Penyelesaian sengketa bertujuan untuk menghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan akibat-akibat yang mungkin akan terjadi akibat dari persengketaan tersebut. Menurut Piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui asas-asas sebagai berikut : asas negosiasi, asas abitrase dan asas mediasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan asas dan sengketa ?
2.      Apa saja asas-asas yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah sengketa?

BAB II
PEMBAHASAN 
A.    Asas-Asas Penyelesaian Sengketa
Asas berasal dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis pondasi. Jika dihubungkan dengan hukum maka asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakkan dan pelaksanaan hukum. Jadi bisa dikatakan asas merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak, artinya penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.[1] Sedangkan Asas Fiqh (Hukum Islam) adalah kebenaran yang menjadi  tumpuan berfikir atau berpendapat dalam membina, menegakkan dan melaksanakan hukum islam.
M. Daud Ali membagi bahasan asas hukum Islam kedalam tiga klasifikasi :
1.   Asas Umum
a.    Asas Keadilan
Adalah asas keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan hukum. Dalam Surat Shad (38) ayat 26 Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi untuk menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap semua manusia tanpa memandang asal-usul, kedudukan, agama dari si pencari keadilan itu.[2]
b.    Asas Kepastian Hukum
Adalah asas dalam negara hukum yang menggunakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.[3] Jadi tidak ada suatu perbuatan pun dapat dihukum kecuali atas kekuatan peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku pada waktu itu.
c.    Asas Kemanfaatan
Adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum, yaitu segala pengambilan keputusan hukum yang ditimbang dan didasarkan pada manfaat atau maslahat tidaknya suatu keputusan hukum tersebut. Tentu asas kemanfaatan ini mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan hukum agar keputusan hukum yang dihasilkan memberikan kemanfaatan bagi pihak pencari keadilan dan masyarakat luas.[4]
2.   Asas Hukum Pidana
a.    Asas Legalitas
Adalah tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya.
b.    Asas Larangan Memindahkan Kesalahan pada Orang Lain
Ini berarti tidak boleh sekali-kali beban (dosa) seseoang dijadikan beban (dosa) orang lain. Orang tidak dapat dimintai memikul tanggung jawab terhadap kejahatan atau kesalahan yang dilakukan orang lain, karena pertanggungjawaban pidana itu individual sifatnya maka tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.
c.    Asas Praduga Tak Bersalah
Seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya itu.
3.   Asas Hukum Perdata           
a.    Asas Kebolehan (mubah)
b.    Asas Kemaslahatan
c.    Asas Suka Rela
d.   Asas Menolak Mudhorat
e.    Asas Kebajikan
f.     Asas Kekeluargaan
g.    Asas Adil dan Berimbang
h.    Asas Mendahulukan Kewajiban daripada Hak
i.      Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri
j.      Asas Kemampuan Berbuat
k.    Asas Perlindungan Hak
l.      Asas Mendapatkan Hak karena Usaha dan Jasa
m.  Asas Hak Milik Berfungsi Sosial
n.    Asas yang Beri’tikad Baik Harus Dilindungi
o.    Asas Resiko Dibebankan pada Benda bukan Pada Pekerja
p.    Asas Mengatur sebagai Petunjuk
q.    Asas Perjanjian Tertulis atau Diucapkan Didepan Saksi

Setelah kita mengetahui asas-asas yang menjadi landasan hukum Islam, barulah kita melangkah dalam pembahasan asas-asas yang perlu dipahami dalam penyelesaian sengketa. Dalam KBBI, sengketa berarti pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
Penyelesaian sengketa bertujuan untuk menghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan akibat-akibat yang mungkin akan terjadi akibat dari persengketaan tersebut. Menurut Piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui asas-asas sebagai berikut :
1.      Asas Perundingan (Negosiasi)
Yaitu suatu cara yang ditempuh untuk menyelesaikan sengketa melalui diskusi formal yang nantinya akan melahirkan perjanjian-perjanjian dimana perjanjian tersebut tidak memberatkan kedua-belah pihak (tanpa melibatkan pihak ketiga)
2.      Asas Abitrase
Yaitu Berasal dari bahasa Latin “Arbitrare”.Abitrase berarti menyerahkan sengketa kepada pihak ketiga (mediator) untuk memilih keputusan yang akan diambil.
Macam-macam asas Abitrase :
1.      Azas kesepakatan, artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau beberapa orang arbiter.
2.      Azas musyawarah, artinya melakukan musyawarah sebagai cara untuk menyelesaikan sengketa.
3.      Azas limitatif, artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan.
4.   Azas final and binding, yaitu suatu putusan abitrase bersifat putusan akhir dan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperti banding atau kasasi.
3.      Asas Jasa-Jasa Baik (Good Offices/Mediasi)
Yaitu metode penyelesaian sengketa melalui proses perundingan yang dibantu oleh pihak ketiga yang tidak memiliki kepentingan sama sekali dengan masalah tersebut untuk mengambil keputusan, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung, sehingga segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau consensus.

BAB III
PENUTUP 
A.      Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Asas berasal dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis pondasi. Jika dihubungkan dengan hukum maka asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakkan dan pelaksanaan hukum. Jadi bisa dikatakan asas merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Sedangkan sengketa berarti pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
2.      Asas hukum Islam terbagi kedalam tiga klasifikasi, yaitu  asas umum, asas hukum pidana, dan asas hukum perdata.
3.      Sedangkan penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui asas-asas sebagai berikut : asas negosiasi, asas abitrase dan asas mediasi.

B.       Saran
Diharapkan kepada sahabat/i yang membaca makalah ini agar dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Karena kritik dan saran dari sahabat/i sangat diperlukan demi perbaikan makalah ini.

Wallahul Muafiq Illa Aqwamith Thorieq

DAFTAR ISI

Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: PT.  
        Bumi Aksara, 2006), 9

http://glosarium.org/arti/?k=asas.kepastian.hukum
        islam.html#sthash.U13xC6he.dpuf
        islam.html




[1] Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
           2006), 9
[3] http://glosarium.org/arti/?k=asas.kepastian.hukum
          islam.html#sthash.U13xC6he.dpuf
  http://www.islamcendekia.com/2014/01/asas-kemanfaatan-dalam-hukum-islam.html

loading...