Asas-Asas Yang Perlu Dipahami Dalam Penyelesaian Sengketa
Oleh: Ria Irawan & Leni Apriani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Asas merupakan
suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari
hasil penelitian dan tindakan. Sedangkan Asas Fiqh (Hukum
Islam) adalah kebenaran yang menjadi
tumpuan berfikir atau berpendapat dalam membina, menegakkan dan
melaksanakan hukum islam. Asas hukum Islam terbagi kedalam tiga klasifikasi, yaitu asas umum, asas hukum pidana, dan asas hukum
perdata.
Dalam KBBI,
sengketa berarti pertentangan atau konflik. Konflik berarti adanya oposisi atau
pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi
terhadap satu objek permasalahan.
Penyelesaian
sengketa bertujuan untuk menghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan
akibat-akibat yang mungkin akan terjadi akibat dari persengketaan tersebut.
Menurut Piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui asas-asas
sebagai berikut : asas negosiasi, asas abitrase dan asas mediasi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asas dan sengketa
?
2. Apa saja asas-asas yang digunakan untuk
menyelesaikan sebuah sengketa?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-Asas
Penyelesaian Sengketa
Asas berasal dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis pondasi. Jika
dihubungkan dengan hukum maka asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai
tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakkan dan pelaksanaan
hukum. Jadi bisa dikatakan asas merupakan suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran
umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari
hasil penelitian dan tindakan. Asas sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu
pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran
dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tapi bukan suatu yang
absolut atau mutlak, artinya
penerapan asas harus mempertimbangkan
keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.[1] Sedangkan Asas Fiqh (Hukum Islam) adalah kebenaran yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat dalam
membina, menegakkan dan melaksanakan hukum islam.
M. Daud Ali membagi bahasan asas hukum Islam kedalam
tiga klasifikasi :
1. Asas Umum
a.
Asas Keadilan
Adalah asas keserasian antara kepastian hukum dan kesebandingan
hukum. Dalam Surat Shad (38) ayat 26 Allah memerintahkan
penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi untuk menyelenggarakan hukum
sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap semua manusia tanpa memandang asal-usul,
kedudukan, agama dari si pencari keadilan itu.[2]
b.
Asas Kepastian Hukum
Adalah asas dalam
negara hukum yang menggunakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan,
dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.[3] Jadi tidak ada suatu perbuatan pun dapat
dihukum kecuali atas kekuatan peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku
pada waktu itu.
c.
Asas Kemanfaatan
Adalah asas yang menyertai asas
keadilan dan kepastian hukum, yaitu segala pengambilan keputusan hukum yang
ditimbang dan didasarkan pada manfaat atau maslahat tidaknya suatu keputusan
hukum tersebut. Tentu asas kemanfaatan ini mendasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan hukum agar keputusan hukum yang dihasilkan memberikan
kemanfaatan bagi pihak pencari keadilan dan masyarakat luas.[4]
2. Asas Hukum Pidana
a. Asas Legalitas
Adalah tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada
undang-undang yang mengaturnya.
b. Asas Larangan Memindahkan Kesalahan pada
Orang Lain
Ini berarti tidak boleh sekali-kali beban (dosa) seseoang dijadikan
beban (dosa) orang lain. Orang tidak dapat dimintai memikul tanggung jawab terhadap
kejahatan atau kesalahan yang dilakukan orang lain, karena pertanggungjawaban
pidana itu individual sifatnya maka tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.
c. Asas Praduga Tak Bersalah
Seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak
bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan
tegas kesalahannya itu.
3. Asas Hukum
Perdata
a. Asas Kebolehan (mubah)
b. Asas Kemaslahatan
c. Asas Suka Rela
d. Asas Menolak Mudhorat
e. Asas Kebajikan
f. Asas Kekeluargaan
g. Asas Adil dan Berimbang
h. Asas Mendahulukan Kewajiban daripada Hak
i. Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri
j. Asas Kemampuan Berbuat
k. Asas Perlindungan Hak
l. Asas Mendapatkan Hak karena Usaha dan Jasa
m. Asas Hak Milik Berfungsi Sosial
n. Asas yang Beri’tikad Baik Harus Dilindungi
o. Asas Resiko Dibebankan pada Benda bukan
Pada Pekerja
p. Asas Mengatur sebagai Petunjuk
q. Asas Perjanjian Tertulis atau Diucapkan
Didepan Saksi
Setelah kita
mengetahui asas-asas yang menjadi landasan hukum Islam, barulah kita melangkah
dalam pembahasan asas-asas yang perlu dipahami dalam penyelesaian sengketa.
Dalam KBBI, sengketa berarti pertentangan atau konflik. Konflik berarti
adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau
organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
Penyelesaian
sengketa bertujuan untuk menghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan
akibat-akibat yang mungkin akan terjadi akibat dari persengketaan tersebut.
Menurut Piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui asas-asas
sebagai berikut :
1.
Asas Perundingan (Negosiasi)
Yaitu suatu
cara yang ditempuh untuk menyelesaikan sengketa melalui diskusi formal yang
nantinya akan melahirkan perjanjian-perjanjian dimana perjanjian tersebut tidak
memberatkan kedua-belah pihak (tanpa melibatkan pihak ketiga)
2.
Asas Abitrase
Yaitu Berasal dari bahasa
Latin “Arbitrare”.Abitrase berarti menyerahkan sengketa kepada pihak ketiga (mediator) untuk
memilih keputusan yang akan diambil.
Macam-macam asas Abitrase :
1. Azas kesepakatan,
artinya kesepakatan para pihak untuk menunjuk seorang atau beberapa orang
arbiter.
2. Azas musyawarah, artinya melakukan musyawarah sebagai cara untuk menyelesaikan
sengketa.
3. Azas limitatif,
artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian perselisihan.
4.
Azas final and binding, yaitu suatu putusan abitrase
bersifat putusan akhir dan mengikat yang tidak dapat dilanjutkan dengan upaya
hukum lain, seperti banding atau kasasi.
3.
Asas Jasa-Jasa Baik (Good Offices/Mediasi)
Yaitu
metode penyelesaian sengketa melalui proses perundingan yang dibantu oleh pihak
ketiga yang tidak memiliki kepentingan sama sekali dengan masalah tersebut
untuk mengambil keputusan, maka tidak boleh ada paksaan
untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses
mediasi berlangsung, sehingga segala sesuatunya harus
memperoleh persetujuan dari para pihak. Ciri
utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses
musyawarah atau consensus.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Asas berasal dari bahasa Arab (Asasun) yang artinya dasar, basis pondasi. Jika
dihubungkan dengan hukum maka asas adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai
tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakkan dan pelaksanaan
hukum. Jadi bisa dikatakan asas merupakan suatu pernyataan
fundamental atau kebenaran
umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Sedangkan sengketa berarti pertentangan atau konflik. Konflik berarti
adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau
organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan.
2.
Asas hukum Islam terbagi kedalam tiga klasifikasi, yaitu asas umum, asas hukum pidana, dan asas hukum
perdata.
3.
Sedangkan penyelesaian
sengketa dapat ditempuh melalui asas-asas sebagai berikut : asas negosiasi,
asas abitrase dan asas mediasi.
B.
Saran
Diharapkan kepada sahabat/i
yang membaca makalah ini agar dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Karena kritik dan saran dari sahabat/i sangat diperlukan demi
perbaikan makalah ini.
Wallahul
Muafiq Illa Aqwamith Thorieq
DAFTAR ISI
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian,
dan Masalah (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), 9
http://glosarium.org/arti/?k=asas.kepastian.hukum
islam.html#sthash.U13xC6he.dpuf
islam.html
2006), 9
islam.html#sthash.U13xC6he.dpuf
http://www.islamcendekia.com/2014/01/asas-kemanfaatan-dalam-hukum-islam.html