Wednesday 30 November 2016

Apa sasaran zakat dan dampaknya si penerima?

Tujuan Zakat Mal
Hasil gambar untuk zakat mal
Sasaran zakat dan dampaknya bagi Si Penerima, foto: http://referensidunia.blogspot.co.id

Pertanyaan
Apa sasaran zakat dan dampaknya si penerima?
Jawaban
Dilihat dari sisi penerimanya, zakat dapat membebaskan manusia dari sesuatu yang menghinakan martabat mulia manusia dan merupakan kegiatan tolong-menolong yang sangat baik dalam menghadapi problema kehidupan dan perkembangan zaman. Di antara sasaran zakat ialah sebagai berikut.
a.       Membebaskan si penerima dari kebutuhan.
Zakat yang diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang fakir dapat memenuhi kebutuhan materinya, seperti makan, minum, pakaian dan perumahan, serta kebutuhan biologisnya, seperti pernikahan yang oleh para ulama ditetapkan sebagai kesempurnaan hidup, serta kebutuhan pikiran dan rohani, seperti buku-buku ilmu pengetahuan bagi orang yang membutuhkannya. Dengan ini pula, si fakir mampu berperan dalam kehidupan dan dapat melaksanakan kewajibannya untuk taat kepada Allah dengan zakat ini pula, si fakir merasa bahwa ia adalah salah satu anggota yang hidup dari tubuh masyarakatnya, ia bukan benda yang disia-siakan dan dianggap remeh. Akan tetapi, ia adalah anggota masyarakat yang mulia, yang ditolong dan dipelihara serta diberi bantuan dalam bentuk yang mulia, tidak disertai cercaan dan makian. Al-Qur’an melarang manusia menghina orang fakir dan melukai perasaanya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ (264).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al-Baqarah: 264)

Perasaan si fakir yang tidak disia-siakan dalam masyarakat dan masyarakat tetap menjaga dan memeliharanya merupakan usaha untuk menjaga kepribadiaanya dan menyucikan jiwanya.
Sesungguhnya manusia adalah khalifah Allah di muka bumi ini. Manusia tidak akan sampai pada derajat ini jika kehidupannya hanyalah untuk sesuap makanan meskipun dapat mencukupinya. Untuk mencapai derajat itu tidak hanya mencukupkan  kebutuhan materi, tetapi kebutuhan spiritual yang kuat juga sangat diperlukan. Jika seseorang hanya memikirkan kebutuhan materi karena keterbatasan perekonomiannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga sibuk demi sesuap nasi, dengan sendirinya kebutuhan spiritual akan terbabaikan. Hal inilah yang tidak diharapkan oleh Allah. Dengan demikian, adanya zakat dapat membantu orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga ia bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan tenang.
b.      Menghilangkan sifat dengki dan benci.
Zakat yang diberikan kepada orang lain dapat membersihkan diri si penerima dari sifat dengki dan benci. Jika kefakiran seseorang melelahkannya dan kebutuhan hidup menimpannya, sementara di sekililingnya orang-orang hidup dengan bersenang-senang, hidup dalam keleluasaan, tetapi tidak memberikan pertolongan kepadanya, bahkan mereka membiarkannya dalam cengkraman kefakiran, pasti hati orang ini akan benci dan murka kepada masyarakat yang membiarkannya serta tidak peduli dengan urusannya. Kebakhilan dan egoism hanyalah akan melahirkan kedengkian dan kehasadan kepada setiap orang yang mempunyai kenikmatan.
Islam telah menegakkan hubungan antara sesame manusia atas dasar persaudaraan diantara mereka. Landasan persaudaraan ini adalah kesamaan kemanusiaan dan kesamaan akidah.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara…” (QS. Al-Hujurat: 10)
كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ أِخْوَانًا اَلْمُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ.
“Jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara seorang muslim lainnya” (HR. Muslim).

 Atas dasar itulah Islam mewajibkan zakat, untuk memudahkan para penganggur agar bisa menanggung susah hidupnya atau untuk membayar utang orang yang berhutang. Dengan demikian, orang-orang akan merasa bahwa sebagian manusia adalah saudara dari sebagian yang lain, harta mereka juga hartanya, baik ketika darurat maupun membutuhkan. Setiap individu akan merasa bahwa kekuatan saudaranya adalah kekuatan baginya saudaranya adalah kekayaannya saat ia dalam kesulitan. Dan, kesempurnaan iman seseorang adalah jika ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Rasulullah Saw. bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَخَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.
“Seseorang tidak akan sempurna imannya manakala ia belum mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).


Source:
Al-FurqonHasbi, 125 Masalah Zakat, (Solo: TigaSerangkai, 2008)
Dan Berbagai Sumber …        
loading...