Sasaran zakat dan dampaknya bagi Si Penerima, foto: http://referensidunia.blogspot.co.id |
Pertanyaan
Apa sasaran
zakat dan dampaknya si penerima?
Jawaban
Dilihat dari sisi penerimanya, zakat dapat
membebaskan manusia dari sesuatu yang menghinakan martabat mulia manusia dan
merupakan kegiatan tolong-menolong yang sangat baik dalam menghadapi problema
kehidupan dan perkembangan zaman. Di antara sasaran zakat ialah sebagai
berikut.
a. Membebaskan si penerima dari kebutuhan.
Zakat yang diambil dari orang kaya dan diberikan
kepada orang fakir dapat memenuhi kebutuhan materinya, seperti makan, minum, pakaian
dan perumahan, serta kebutuhan biologisnya, seperti pernikahan yang oleh para
ulama ditetapkan sebagai kesempurnaan hidup, serta kebutuhan pikiran dan
rohani, seperti buku-buku ilmu pengetahuan bagi orang yang membutuhkannya.
Dengan ini pula, si fakir mampu berperan dalam kehidupan dan dapat melaksanakan
kewajibannya untuk taat kepada Allah dengan zakat ini pula, si fakir merasa
bahwa ia adalah salah satu anggota yang hidup dari tubuh masyarakatnya, ia
bukan benda yang disia-siakan dan dianggap remeh. Akan tetapi, ia adalah
anggota masyarakat yang mulia, yang ditolong dan dipelihara serta diberi
bantuan dalam bentuk yang mulia, tidak disertai cercaan dan makian. Al-Qur’an
melarang manusia menghina orang fakir dan melukai perasaanya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي
يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ
فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ
صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا
يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ (264).
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir” (QS.
Al-Baqarah: 264)
Perasaan si fakir yang tidak disia-siakan dalam masyarakat dan
masyarakat tetap menjaga dan memeliharanya merupakan usaha untuk menjaga
kepribadiaanya dan menyucikan jiwanya.
Sesungguhnya manusia adalah khalifah Allah di muka bumi ini.
Manusia tidak akan sampai pada derajat ini jika kehidupannya hanyalah untuk
sesuap makanan meskipun dapat mencukupinya. Untuk mencapai derajat itu tidak
hanya mencukupkan kebutuhan materi,
tetapi kebutuhan spiritual yang kuat juga sangat diperlukan. Jika seseorang
hanya memikirkan kebutuhan materi karena keterbatasan perekonomiannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga sibuk demi sesuap nasi, dengan sendirinya
kebutuhan spiritual akan terbabaikan. Hal inilah yang tidak diharapkan oleh
Allah. Dengan demikian, adanya zakat dapat membantu orang yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga ia bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya
dengan tenang.
b. Menghilangkan
sifat dengki dan benci.
Zakat yang diberikan kepada orang lain dapat membersihkan diri si
penerima dari sifat dengki dan benci. Jika kefakiran seseorang melelahkannya
dan kebutuhan hidup menimpannya, sementara di sekililingnya orang-orang hidup
dengan bersenang-senang, hidup dalam keleluasaan, tetapi tidak memberikan
pertolongan kepadanya, bahkan mereka membiarkannya dalam cengkraman kefakiran,
pasti hati orang ini akan benci dan murka kepada masyarakat yang membiarkannya
serta tidak peduli dengan urusannya. Kebakhilan dan egoism hanyalah akan
melahirkan kedengkian dan kehasadan kepada setiap orang yang mempunyai
kenikmatan.
Islam telah menegakkan hubungan antara sesame manusia atas dasar persaudaraan
diantara mereka. Landasan persaudaraan ini adalah kesamaan kemanusiaan dan
kesamaan akidah.
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
إِخۡوَةٞ …
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya
bersaudara…” (QS.
Al-Hujurat: 10)
كُوْنُوْا
عِبَادَ اللهِ أِخْوَانًا اَلْمُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ.
“Jadilah
kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara
seorang muslim lainnya”
(HR. Muslim).
Atas dasar itulah Islam
mewajibkan zakat, untuk memudahkan para penganggur agar bisa menanggung susah
hidupnya atau untuk membayar utang orang yang berhutang. Dengan demikian,
orang-orang akan merasa bahwa sebagian manusia adalah saudara dari sebagian
yang lain, harta mereka juga hartanya, baik ketika darurat maupun membutuhkan. Setiap
individu akan merasa bahwa kekuatan saudaranya adalah kekuatan baginya
saudaranya adalah kekayaannya saat ia dalam kesulitan. Dan, kesempurnaan iman
seseorang adalah jika ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri. Rasulullah Saw. bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَخَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ.
“Seseorang
tidak akan sempurna imannya manakala ia belum mencintai saudaranya, seperti
mencintai dirinya sendiri”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Baca
Juga:::
> Apa tujuan zakat mal dan efeknya bagi si pemberi?
> Apa sasaran zakat dan dampaknya si penerima?
> Bagaimana pengaruh zakat terhadap tanggung jawab sosial?
> Apa tujuan zakat dari segi ekonomi?
> Bagaimana pengaruh zakat terhadap tegaknya jiwa umat?
> Apa tujuan zakat mal dan efeknya bagi si pemberi?
> Apa sasaran zakat dan dampaknya si penerima?
> Bagaimana pengaruh zakat terhadap tanggung jawab sosial?
> Apa tujuan zakat dari segi ekonomi?
> Bagaimana pengaruh zakat terhadap tegaknya jiwa umat?
Source:
Al-FurqonHasbi,
125 Masalah Zakat, (Solo: TigaSerangkai, 2008)
Dan Berbagai
Sumber …