Monday, 16 November 2015

Pengertian Ulumul Quran, Sejarah Muncul dan Berkembangnya Ulumul Quran

Pengertian Ulumul Qur'an, Sejarah Muncul dan Berkembangnya Ulumul Qur'an
Oleh: Iswahyudi

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri . (Q.S. An-Nahl : 89).
Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an, khususnya tentang pengertian Ulumul Qur’an, sejarah dan perkembangannya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan beberapa permasalahan, diantarannya Sebagai berikut:
1.      Apa Pengertian dari Ulumul Qur’an?
2.      Bagaimanakah sejarah muncul dan berkembangnya Ulumul Qur’an?


BAB 2
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ulumul Qur’an
Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya.[1]

Ta’rif atau pengertian Ulumul Qur’an yang dikemukakan oleh para ahli tidak sedikit jumlahnya. Di sini tidak semua pendapat para ulama dikemukakan, tapi hanya sebagaian dari pendapat tersebut yang dapat dikemukakan, antara lain:

1.      Al- Zarqoni
Imam Al- Zarqoni menyatakan bahwa:
علوم القزان هو مبا حث تتعلق با لقران الكريم من نا حية تروله وترتيبه وجمعه وكتا بته وقراء ته وتفسيره وا عجا زه ونا سخه ومنسوخه ودفع الشه عنه ونحو ذلك
Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan Al-Quranul kariim, yaitu dari aspek turun, susunan, pengumpulan, tulisan bacaan, penjelasan (tafsir), mukjizat, nasikh, mansuknya, serta menolah terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan keraguan terhadapnya (Al-Qur’an).[2]

2.      As- Suyuthi
Imam As- Suyuthi menyatakan bahwa Ulumul Qur’an adalah:    
علم بحث فيه عن احوال الكتاب العزيزمن جهة تروله وسنده وأدابه والفا ظه ومعا نيه ا لمتعلقة با لأحكا م وغيرذلك
Ilmu yang membahas seluk-beluk Al-Qur’an. Diantaranya, yaitu yang membicarakan aspek turunya, sanadnya, bacaanya, lafaznya, maknanya yang berhubungan dengan hukum, dan lain sebabainya.[3]

3.      Muhammad Ali Ash- Shobuni
Muhammad Ali Ash- Shobuni menyatakan bahwa Ulumul Qur’an adalah:

يقصد بعلوم القرآن الأ جا ث التي تتعلق بهذا الكتاب المجيد الخا لد من حيث النزول والجمع والتراترا تيب والتدوين ومعر فة أسباب النزول والمكيٌ والمدني ومعر فة النا سخ والمنسوخ والمحكموالمتشا به وغير ذلك من الأ جا ث الكثيرة التي تتعلق بالقرآن العظيمم.
ILmu-ilmu yang membahas tentang turunya Alquran, pengumpulannya, makkiyah dan madaniyahnya serta mengenai nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasybihnya, dan lain-lain yang sehubungan dengan Alqur’an. [4]

Dari pengertian di atas ada dua hal penting yang dapat di tangkap. Pertama, bahwa pembicaraan mengenai Ulumul Quran banyak aspek yang dilihat, yaitu seluruh aspek yang berhubungan dengan Alquranul Karim. Kedua, jika diperhatikan dengan  teliti dari konsep-konsep diatas, kelihatan bahwa Ulumul Quran dapat diketahui dengan berpegang pada dua hal, yaitu riwayat dan rasional (naqal dan akal; riwayah dan dirayah).

Ilmu-ilmu yang diperoleh melalui riwayat atau naqal adalah ilmu-ilmu yang berhubungan hanya denagn riwayat saja ( naqal), seperti ilmu qira’at dan ilmu nuzul Al-Qur’an. Ilmu yang kedua ini mempunyai tiga cabang, yaitu ilmu mawathin an-Nuzul, ilmu tawarikh an-Nuzul, dan ilmu asbab an-Nuzul.

Ilmu Qira’ah adalah ilmu Alquran yang membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bacaan. Ilmu Nuzul Alquran adalah ilmu Alquran yang membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan turunya Al-Qur’an, yaitu yang biasanya meliputi tempat turunya, waktu turunya, dan sebab-sebab turunya Alquran.

Sedangkan ilmu-ilmu yang berdasarkan dirayah atau rasional adalah ilmu-ilmu Alquran yang diperoleh melalui tafakkur dan ta’ammul (penelahaan secara mendalam), seperti nasakh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, munasabah, fawatih al-suwar, mukjizat dan lain-lain,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai aspek-aspeknya itu sangat luas maka ilmu yang berhubungan dengan Ulumul Quran ini sangat banyak jenis dan macamnya,

Jika dicermati konsep-konsep tersebut, maka terlihatlah bahwa munculnya ilmu-ilmu Alquran bersumber pada dua hal:
1.      Naqal (riwayat)
2.      Tafakkur dan ta’ammul (dirayat; rasional)
Jadi, Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahasa Alqur’an.[5]

B.     Sejarah Muncul dan Berkembangnya Ulumul Qur’an

1.      Munculnya Ulumul Qur’an

Ulama berbeda pendapat mengenai kapan mulai munculnya istilah Ulumul Quran. Untuk menjawab pertanyaan itu perlu dikemukakan pendapat-pendapat dari berbagai ahli. Dari pendapat-pendapat yang ada tentang Ulumul Qur’an itu tidak sama, misalnya:
1.      Mu’arrikhin (ahli sejarah) menyatakan bahwa munculnya istilah Ulumul Quran pertama kali adalah pada abad ke-7 H. Sayangnya pendapat ini tidak diiringi dengan alasan.
2.      Imam Al-Zarqoni berpendapat bahwa istilah Ulumul Qur’an ini muncul bersamaan dengan munculnya kitab Al-Burhan fi Ulumul Quran karya Ali Ibrahim Ibnu Sa’id yang terkenal dengan sebutan al-Khufi (w. 430 H). Kitab tersebut ada 30 jilid. Kitab ini ditulis pada abad ke-5 H. Berdasarkan hal ini Al-Zarqoni berpendapat bahwa istilah Ulumul Quran lahir pada abad ke-5 H.
3.      Subhi Sholih tidak setuju terhadap dua pendapat tersebut. Menurutnya orang yang pertama kali menggunakan istilah Ulumul Quran adalah Ibnu Al-Murzaban (w. 309 H). Pendapat ini didasarkan pada penemuannya terhadap beberapa kitab yang membicarakan tentang kajian-kajian Al-Qur’an dengan menggunakan istilah Ulumul Quran, tepatnya pada abad ke-3 H. Hasbi Ash-Shiddiqi sependapat dengan Shubhi Sholih.[6]
4.      Thobaa’ thoba’I menayatakan bahwa munculnya istilah tersebut adalah sejak awal turunya Alquran yaitu pada masa yaitu pada masa Rasulullah. Karena para sahabat dan Tabi’in telah mengenal ilmu ini pada Abad ke-1 H, sekalipun hal itu belum sistematis. Pendapat ini didasari dengan adanya larangan untuk membukukan Al-Qur’an dengan segala cabangnya.

2.      Perkembangan Ulumul Qur’an

Pada masa Nabi dan masa sahabat tidak ada kebutuhan sama sekali untuk menulis atau mengarang buku-buku yang berhubungan dengan ilmu ini.[7] Karena sebagian besar sahabat orang-orang yang buta huruf, dan alat-alat tulis sangat sulit diperoleh, tambah lagi rasul sendiri melarang para sahabat menulis sesuatu yang bukan Alquran.

لاتكتبواعني شيأالاّ القزآن فمن كتب عني شيأغيرابقرآن ان فليمحه    
 (مسلم عن ابن سعيد الخدري)
Mereka orang-orang Arab murni (sahabat), mampu ,mencerna kesustraan yang bermutu tinggi. Mereka dapat memahami ayat-ayat Alquran yang diturunkan kepada rasul. Jika mereka mengalami kesulitan dalam memahami ayat yang turun itu, mereka langsung menanyakan kepada rasul.
Pada masa Abu Bakar dan Umar, ilmu ini belum ditulis, ilmu ini diriwayatkan melalui lisan atau ucapan, misalnya membaca dan menghafal Alquran. Pada masa Usman, orang Arab mulai bergaul dengan non-Arab maka pada masa ini Alquran dibukukan, khalifah memerintahkan agar membahas semua mushaf lain yang ditulis sahabat dengan caranya masing-masing. Perintah penulisan dan pembukuan Alquran adalah sebagai dasar peletak utama bagi muncul dan berkembangnya ilmu Alquran, yang dikenal pada waktu itu dengan علم رسم القران  
Alquran yang ditulis dan dicetak pertama kali di zaman Usman ada lima buah, yaitu:
1.      Ditinggal di Madinah.
2.      Dikirim ke Kufah.
3.      Dikirim ke Basrah.
4.      Dikirim ke Damaskus.
5.      Dikirim ke Mekkah.
Pada masa Ali diperintahkan pula Abu Al-Aswad Al-Du’ali (w. 69 H) untuk meletakan kaidah Pramasastra bahasa Arab guna menjaga keaslian Alquran. Ilmu ini dikenal dengan علم أِعراب القرآن
Tokoh atau perintis ilmu Al-Qur’an ini terdiri dari beberapa golongan, yaitu:
1.      Dari golongan sahabat
·         Khulufaur-Rasyidin
·         Ibnu Abbas
·         Ibnu Mas’ud
·         Zaid bin Tsabit
·         Ubai bin Ka’ab
·         Abu Musa Al-Asy’ari
·         Abdullah bin Zubair
2.      Dari golongan tabi’in Madinah
·         Mujahid
·         Atha’ bin Yasar
·         Ikhrimah
·         Qatadah
·         Hasan Basri
·         Sa’id bin Zubair
·         Zaid bin Aslam

3.      Generasi ketiga kaum muslim (Tabi’ tabi’in)
Malik bin Anas (dia mendapatkan dari Zaid bin Aslam) Ilmu Alquran diatas disebut dengan ilmu tafsir  ( (علم التفسيز.
Ilmu Tafsir ini berada diatas segala ilmu Alquran, Ilmu ini di atas segala ilmu Alquran, ilmu ini dipandang sebagai induk dari Ilmu Al-Qur’an.

Pada abad kedua Hijiriah, ilmu ini mulai berkembang, dan muncul pula ulama yang peka dalam ilmu ini, mereka adalah Syu’bah bin Al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah, dan Waki’ bin  Jarrah.
Buku-buku tafsir yang mereka tulis pada umumnya memuat tentang pendapat-pendapat para sahabat dan tabi’in pada abad yang sama ( 2H ). Kemudian muncul pula Ibnu Jarrir At- Tobari (w. 310 H) yang menulis tafsir Al-Tobari.

Pada abad yang ketiga muncul pula:
1.      Ali bin Al-Madani, guru Imam Bukhari, menulis kitab Asbab al-Nuzul.
2.      Abu Ubaid Al-Qosim Ibnu Salam, Nasakh Mansukh Alquran dan keutamaan dan keistemewaan Alquran.
3.      Muhammad Ibnu Ayyub Adh-Dhoris (w. 294 H) menulis kitab tentang Kandungan ayat-ayat AlMadani dan Al-Makiy.
4.      Muhammad Ibnu Khalaf Ibnu Murzaban (w. 309 H) menulis kitab Al-Khawi fii Ulumul Quran.

Pada abad keempat muncul pula:
1.      Abu Bakar Ibnu Qosim Al-Bari (w. 328 H), menulis kitab Ajaib Ulumul Quran (keajaiban ilmu-ilmu Al-Qur’an).
2.      Abu Hasan Al-Asyari (w. 395 M) menulis kitab Al-Mukhtazan fi Ulumul Quran (yang tersimpan dalam ilmu-ilmu Al-Qur’an).
Selanjutnya bermunculan lebih banyak pada abad IV Hijiriah ini.

Pada abad kelima muncul tokoh, diantaranya adalah Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Khufi (w. 430) yang menulis kitab Al-Burhan fu Ulumul Quran dan I’rab Alquran.

Pada abad keenam muncul pula tokoh yang terkenal, diantaranya adalah Abu Al-Qosim Abdur-Rahman Al-Suhaili (w. 581 H) menulis kitab Mubhamat Alquran (masalah-masalah yang samar dengan Alquran). Ibnu Al-Jauzi (w. 597 H) menulis kitab Funun Al-Afnan fi ‘Aja’ib Alquran.

Pada abad ketujuh muncul tokoh Ulumul Alquran yang lain, seperti:
1.      Ibnu Abdus Salam yang terkenal dengan panggilan Al-‘Izz (w. 660 H), menulis kitab Majaz Alquran kata piruratif dalam Alquran.
2.      Alamu Ad-Din As-Sakhawi (w. 643 H) menulis kitab Qiro’at.

Pada abad kedelapan muncul pula tokoh-tokoh atau ulama yang tidak kalah tenarnya dengan yang lainnya, di antaranya adalah Badar Ad-Din Az-Zarkasyi (w. 794 H), menulis kitab Al-Burhan fi Ulum Alquran. Ibnu Abi Ishba’ menulis kitab Bada’ Al-Quran. Dalam kitab ini membahas tentang keindahan bahasa Alquran. Ibnu Qayyim (w. 752 H) menulis kitab Asqam Alquran. Dalam kitab Najamuddin Thufy (w. 716 H) menulis kitab Hujaj Alquran. Di dalamnya membahas tentang bukti-bukti yang dipergunakan dalam menetapkan suatu hukum.

Pada abad kesembilan Ulumu Quran muncul jauh lebih baik dan banyak dari sebelumnya, diantara penulisannya adalah:
1.      Jalal al-Din Al-Bulqoini (w. 824 H), menulis kitab mawaqi’ Al-Ulum min Mawaqi’ Al-Nujum. Menurut As. Suyuthi, al-Buqoini dipandang sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Quran yang lengkap. Alasannya adalah karena dalam kitab tersebut dibahas 50 cabang Ulumul Quran.
2.      Muhammad ibn Sulaiman Al-Kafiaji (w. 879 H), mengarang kitab At-Tafsir fi Qawa’id at-Tafsir. Di dalamnya dibicarakan tentang tafsir, takwil Alquran, surah, dan ayat. Di samping itu, juga diterangkan tentang syarat-syarat menafsirkan ayat-ayat Alquran.

Pada abad kesepuluh muncul ulama moderat dalam Ulumul Quran, seperti As-Suyuthi (w. 991 H), menulis kitab Takhbir fi Ulum At-Tafsir dan Al-Itqan fi Ulumul Quran.

Pada tiga abad berikutnya bermacam-macam buku Ulumul Quran diantaranya adalah:
1.      Syekh Tohir Al-Jazairi. Menulis kitab At-Tibyan liba’ dh Al-Mabahis Al-Muta’alliqoh bi Al-quran.
2.      Syekh Muhammad Jalaluddin Al-Qosimi (w. 1332 H), menulis kitab Mukhasin Al-Ta’wil.
3.      Syekh Muhammad Abdul Az-‘Azim al-Zarqoni, menulis kitab Manahil al-Irfan fi Ulumul Quran.
4.      Syekh Muhammad Ali-Salamah, menulis kitab Minhaj al-Furqon fi Ulumul Quran.

Dan sebenarnya masih banyak lagi yang belum sempat dikemukakan dalam makalah ini. Dan yang terahir muncul kitab yang bersikan pandangan modern tentang Alquran yang ditulis oleh Muhammad Abdul Adh-Darosi dengan judul An-Naba’ Al-‘Azim.[8]

BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpualan
Dari pembahasan makalah pengertian, sejarah munculnya dan berkembangnya Ulumul Quran, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Menurut bahasa kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an.  Sedangkan menurut istilah, Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahasa Alqur’an.

2.      Dalam munculunya Ulumul Quran banyak pandangan pendapat ahli Ulumul Quran yang berbeda-beda pendapat seperti pada  abad ke-1 H/ke-3 H/ke-5 H dan ke-7 H.


3.      Di dalam perkembangan  ilmu-ilmu Alquran atau Ulumul Quran, tokoh atau perintis ilmu Al-Qur’an ini terdiri dari beberapa golongan seperti dari golongan sahabat, khulufaur rasyidin, dari golongan tabi’in Madinah, dan Generasi ketiga kaum muslim (Tabi’ tabi’in), kemudian Ulumul Quran berkembang lagi dari abad kedua sampai abad kesembilan dengan berbagai karangan kitab dari para ahli Ulumul Quran, dan pada abad kesepuluh muncul ulama moderat dalam Ulumul Quran, seperti As-Suyuthi (w. 991 H), menulis kitab Takhbir fi Ulum At-Tafsir dan Al-Itqan fi Ulumul Quran. Kemudian Pada tiga abad berikutnya bermacam-macam buku Ulumul Quran


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Abu. 2012. Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Pekan Baru: Amzah.

Ali-Shobuni. 1981. At-Tibyan fi Ulumul Quran. Beirut: , Dar Al-Fikr.

Ash-Shiddiqi, Hasbi. 1972. Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Bulan Bintang.

As-Suyuthi. Itmam Al-Dirayah. Mesir : Isa Al-Bab Al-Habibi.

Az- Zarqoni. Manahil Al-‘Irfan. Beirut: Dar Al-Fikr.

Sholeh, Subhi. 1991. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.



#makalah_s1_syariah_dan_hukum


[2] Az- Zarqoni, Manahil Al-‘Irfan, Jilid I, Dar Al-Fikr, Beirut, tt., hlm 79.
[3] As- Suyuthi, Itmam Al-Dirayah, Mesir: Isa Al-Bab Al-Habibi, hlm. 47.
[4] Ali-Shobuni. At-Tibyan fi Ulumul Quran, 1981. hlm.8.
[5] Abu Anwar, Ulumul Qur’an, 2012, Pekan Baru: Amzah, hlm.4-6.
[6] Hasbi Ash-Shiddiqi, Ilmu-Ilmu Alquran, Jakarta: Bulan Bintang, 1972, hlm 7.
[7] [7] Subhi Sholeh, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Pustaka Firdaus, Jakarta. Cet 2, 1991, hlm. 143.
[8] Ibid 5, hlm 7-11.
loading...