Pengantar ISBD dan Perkenalan dengan IPA
Oleh: Jamiatul Husnaini, Masayu Siti Fatimah & Samsul
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
IABD merupakan mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) yang
berprinsip sebagai pengantar dasar menuju pengenalan teori-teori ilmu-ilmu
social dan kebudayaan sehingga diharapkan mahasiswa dapat memiliki wawasan
keilmuan yang bersifat multidisipliner tentang keragaman, kesetaraan dan
kemartabatan manusia.
ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan
suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada
dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social yang berbudaya, dan
masalah-masalah yang terwujud dari padanya.
IAD bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, melainkan kumpulan
pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan
teknologi, yang bertujuan memberikan wawasan pengetahuan, pengertian dan
apresiasi terhadap objek dan cara pemikiran serta cara-cara pendekatan dalam
IPA dan Teknologi.
IPA merupakan suatu ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan
percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapa pun indahnya suatu
teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan
hasil-hasil pengamatan/observasi. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan/alam
diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen).
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang bisa diangkat dalam pembahasan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Apa
hakikat, tujuan dan ruang lingkup ISBD?
2.
Apa
yang dimaksud mitos dan penalaran sebagai cara memperoleh pengetahuan?
BAB II
PENGANTAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
A.
Hakikat, Tujuan dan Ruang Lingkup
1.
Hakikat Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan mata kuliah berkehidupan
bermasyarakat (MBB) dengan visi “Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia
terpelajar yang kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan dan
kemartabatan manusia yang dilandasi oleh nilai-nilai estetika, etika dan moral
dalam kehidupan bermasyarakat.” Adapun misinya adalah “Memberikan landasan dan
wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa
untuk memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggung
jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.”
Berdasarkan visi dan misi ISBD diatas, mahasiswa mampu memahami
jejaring kehidupan bersama berikut nilai, acuan norma serta pedoman hidup (blueprint)
yang melebur dalam kehidupan keseharian
yang mengikat interaksi kebersamaan itu.
2.
Tujuan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
Tujuan ISBD adalah sebagai berikut:
a)
Mengembangkan
kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman, kesetaraan,
kemartabatan dan kebebasan, serta keterikatan manusia sebagai individu dan
makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
b)
Menumbuhkan
sikap kritis, peka, dan arif dalam mmahami keragaman, kesederajatan, dan
kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat.
c)
Memberikan
landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa
sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk sosial yang
beradab dalam memperaktikan pengetahuan akademik dan keahliannya dan mampu
memecahkan masalah sosial budaya secara arif.
3.
Ruang Lingkup Mata Kuliah Pengantar ISBD
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan mata kuliah ISBD pada
perguruan tinggi, berikut ini merupakan ruang lingkup dan subbahasannya, yaitu:
a)
Pengantar
ISBD, yang mencakup:
ü Hakikat dan ruang lingkup ISBD.
ü ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum.
ü ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya.
b)
Manusia
sebagai makhluk budaya:
ü Hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
ü Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan.
ü Etika dan estetika berbudaya.
ü Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep dasar manusia.
ü Problematika kebudayaan.
c)
Manusia
sebagai individu dan makhluk sosial:
ü Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
ü Fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
ü Dinamika interaksi sosial.
ü Dilemma antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
d)
Manusia
dan peradaban:
ü Hakikat peradaban.
ü Manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab.
ü Evolusi budaya dan wujud peradaban dalam kehidupan sosial budaya.
ü Dinamika peradaban global.
ü Problematika peradaban pada kehidupan manusia.
e)
Manusia,
keragaman, dan kesetaraan:
ü Hakikat keragaman dan kesetaraan manusia.
ü Kemajemukan dalam dinamika sosial dan budaya.
ü Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
ü Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam
kehidupan masyarakat dan Negara.
f)
Manusia,
nilai, moral dan hukum dalam domain akhlak mulia:
ü Hakikat, fungsi, dan perwujudan nilai, moral, dan hukum dalam kehidupan
manusia, masyarakat dan Negara.
ü Keadilan, ketertiban dan kesejahteraan sebagai wujud masyarakat
yang bermoral dan menaati hukum.
ü Problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan Negara.
g)
Manusia,
sains, teknologi dan seni:
ü Hakikat dan makna sains, teknologi dan seni bagi manusia.
ü Dampak penyalahgunaan IPTEKS pada kehidupan sosial dan budaya.
ü Problematika pemanfaatan IPTEKS di Indonesia.
h)
Manusia
dan lingkungan:
ü Hakikat dan makna lingkungan bagi manusia.
ü Kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan manusia.
ü Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat.
ü Isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya dan bangsa.
Secara umum cakupan materi ilmu ini, adalah tentang eksistensi,
esensi, dan substansi terkait umat, ekologi, keilmuan, akhlak, etika, variasi
dan perubahan budaya (peradaban), hak dan kewajiban, serta pelbagai alternative
solusi masalah kehidupan.
B.
ISBD sebagai MBB dan Pendidikan Umum
ISBD sebagai bagian dari mata kuliah berkehidupan bermasyarakat
(MBB) mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbale balik antara manusia dengan
lingkungannya. Dengan wawasan tersebut diharapkan perguruan tinggi mampu
menghasilkan tenaga ahli dengan tiga jenis kemampuan secara simulta, yang
meliputi:
ü Kemampuan personal.
ü Kemampuan akademis.
ü Kemampuan professional.
Dengan bahasa lain bahwa perguruan tinggi diharapkan mampu
mengembangkan mahasiswa yang memiliki kepribadian, keilmuan serta keterampilan,
hingga komitmen kuat dalam mengaktualisasikan talenta dirinya dalam membangun
kehidupan masyarakat sebagai objek dari kompetensi yang dimilikinya.
C.
ISBD sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial-Budaya
Pendekatan multidisipliner berguna untuk menstimulus mahasiswa
berfikir terbuka dan kritis atas apa yang didengar, dimengerti, dipahami, dan
dikonsepsikannya agar dapat didiskusikan dan dikomunikasikan menjadi
pengetahuan yang ilmiah.
Wujud nyata dari keahlian ilmu ini adalah partisipatif dan aktif
serta tanggap atas konflik, tekanan, bahkan bencana sosial maupun alam yang
terjadi pada suatu masyarakat serta rela terjun ke dalamnya baik secara mandiri
atau bergabung dalam tim hingga terintegrasi dalam satu komunitas pemecah
solusi menuju masyarakat rukun dan damai serta stabil kembali.
BAB III
PERKENALAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
A.
Pengertian dan Perkembangan IPA
1.
Pengertian IPA
H. W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis yang
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dn induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “Science
in Education” menyatakan bahwa IPA adlah pengetahuan teoritis yang diperoleh
dengan metode khusus.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, IPA adalah suatu
pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas-khusus, yaitu
melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling terkait satu sama lain.
Cara memperoleh ilmu seperti ini terkenal dengan nama metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode
yang digunakan dalam IPA.
Sejak abad ke-16 para ilmuan mulai menggunakan metode ilmiah dalam
mempelajari alam semesta ini. Mereka menyadari adanya suatu masalah. Sejak
digunakannya metode ilmiah didalam penelitian ilmiah, dimulailah IPA modern
yang kemudian berkembang secara pesat. Perintis-perintis IPA modern adalah
Galileo Galiliei (1564-1642), Isaac Newton (1642-1727) dan Robert Boyle
(1626-1691), sedangkan yang khusus dalam ilmu kimia adalah Antoine Laurent
Lavoisier (1743-1793).
Adapun langkah-langkah di dalam metode ilmiah, ialah:
Ø Penemuan/penentuan masalah secara sadar.
Ø Perumusan kerangka permasalahan.
Ø Pengajuan hipotesis.
Ø Deduksi dan hipotesis.
Ø Pengujian hipotesis.
Ø Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah.
2.
Perkembangan IPA
untuk memberikan gambaran tentang perkembangan IPA, berikut ini
akan dibahas berbagai pengetahuan yang dikenal manusia dan cara berfikirnya,
yaitu:
a)
Zaman
Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan
mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya
spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima
sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab akibat
dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis, membaca dan
berhitung maka pengetahuan yang terkumpul tercatat secara tertib dan
berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran
matahari, astronomi Babiliona menetapkan pembagian waktu.
Pada tahun 2980-2950 SM. Telah dapat dibangun pyramid di mesir
untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
Pembangunan pyramid ini menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan
matematika khususnya geometrid an aritmatika telah maju.
Kurang lebih tahun 1600 SM. Orang mesir telah menghitung keliling
lingkaran sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama
dengan seperduabelas kuadrat kelilingnya.
b)
Zaman
Yunani Kuno
Beberapa pandangan dan pendapat para ahli pada zaman yunani kuno
adalah sebagai berikut:
Ø Thales (624-548 SM.) berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu
adalah air: dari air asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Dan
pendapatnya yang lain, bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedang bulan
menerima cahaya dari matahari.
Ø Anaximenes (588-526 SM.) berpendapat bahwa zat dasar adalah udara.
Segala zat terjadi dari udara yang merapat dan meregang. Pendapat ini mungkin
dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernapasan.
Ø Anaximander (610-546 SM.) berpendapat langit dengan segala isinya
itu mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang Nampak itu hanya separohnya.
Ø Heraklitos (535-475 SM.) berpendapat bahwa api adalah asal segala
sesuatu, sebab api ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta.
Ø Pythagoras (580-499 SM.) mengemukakan empat unsure dasar yaitu
bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang matematika menemukan dalil yang
terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama
dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya.
c)
Zaman
pertengahan
Ø Zaman Alkimia (abad 1-2), Ahli Alkimia menerima pendapat empat buah
unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi yaitu air raksa, belerang dan garam.
Ø Zaman Latrokimia (latros=Tabib), tokohnya yaitu Paracelsus
(1439-1541), menerima tiga unsure: air raksa, belerang dan garam yang dipandang
bahwa:
·
Air
Raksa = mengandung roh, jiwa.
·
Belerang = mengandung semangat.
·
Garam = merupakan tubuhnya.
d)
Zaman
Modern, Timbulnya IPA. Setelah ditemukan alat yang semakin sempurna, ditambah
dengan meningkatnya kemampuan berfikir, mulailah dikembangkan metode
eksperimen. Beberapa tokoh yang mempelopori metode eksperimen adalah:
Ø Roger Bacon (1214-1294), menyatakan bahwa pada hakikatnya IPA
adalah ilmu yang berdasarkan kepada kenyataan yang disusun dan dibentuk dari
pengalaman, penyelidikan dan percobaan. Matematika merupakan dasar untuk
berfikir dan merupakan kunci untuk mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Ø Leonardo Da Vinci (1452-1519).
Ø Francis Bacon (1561-1626), berpendapat bahwa cara berfikir induktif
merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran: hanya penyelidikan dan
percobaan yang menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam.
Ø Nicolas Copernicus (1473-1543).
Ø Johannes Keppler (1571-1630).
Ø Galileo Galilei (1546-1642).
B.
Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai cirri-ciri:
1)
Memiliki
organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya.
2)
Mengadakan
pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3)
Memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
4)
Memiliki
potensi berkembang biak.
5)
Tumbuh
dan bergerak.
6)
Berinteraksi
dengan lingkungannya.
7)
Mati.
Bila dibandingkan dengan makhluk lain, maka tubuh manusia lemah,
sedang rohaninya yaitu akal-akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia
sebagai makhluk berfikir dibekali hasrat ingin tahu, tentang benda dan
peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya
sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan
gejala-gejala alam, serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi sehingga
manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh akhirnya tidak hanya terbatas pada objek
yang dapat diamati (dengan) panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain
misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah.
C.
Mitos, Penalaran dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan
gabungan dari pengalaman dan kepercayaan disebut Mitos. Adapun cerita yang
berdasarkan mitos disebut legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat
indera manusia. Mitos dapat doterima masyarakat pada masa itu karena:
Ø Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan
penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
Ø Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
Ø Hasrat ingin tahunya terpenuhi.[1]
Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia,
baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
Ø Tahap teologi atau fiktif (tahap Mitos).
Ø Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak.
Ø Tahap positif atau ilmiah riil.
Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan
pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan
ghaib. Dalam alam mitos ini penalaran belum terbentuk, dan yang bekerja adalah
daya khayal, imajinasi dan intuisi.
Pada tahap mitos atau tahap teologi manusia menjawab rasa ingin
tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya
masih terbatas pada imajinasinya dan dengan cara berfikir irrasional.
Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh atau menemukan
pengetahuan yang benar. Dan proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang
berupa pengetahuan yang benar ini disebut penalaran.Perlu kita sadari bahwa
tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan
berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
Terdapat berbagai cara untuk
memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran,
diantaranya adalah:
Ø Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.
Ø Intuisi.
Ø Wahyu.
Ø Trial and error, adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan
secara coba-coba atau untung-untungan.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai pengantar ISBD dan
perkenalan dengan IPA, dapat disimpulkan:
Ø ISBD adalah suatu disiplin
ilmu yang berprinsip sebagai pengantar dasar menuju pengenalan teori ilmu-ilmu
social dan kebudayaan.
Ø Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan
pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan
ghaib.
Ø Penalaran adalah suatu proses berfikir untuk memperoleh atau
menemukan pengetahuan dalam menarik kesimpulan.
Ø Berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang
tidak berdasarkan penalaran, yaitu:
·
Pengambilan
kesimpulan berdasarkan perasaan.
·
Intuisi.
·
Wahyu.
·
Trial
and error.
DAFTAR PUSTAKA
Tumanggor, Rusmin, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Supatmo dan Abu Ahmadi. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Darmodjo, Hendro. 1985. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: UD
Karunika.
[1]
Drs. Hendro Darmodjo MA, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: UD Karunika, 1985),
hal. 5.
#makalah_prodi_perbandingan mazhab dan hukum_angkatan2012 2016_syariahdanhukum_UIN_Raden_fatah_palembang