Friday, 15 January 2016

PENGANTAR ISBD DAN PERKENALAN DENGAN IPA - IAD IBD ISD

Pengantar ISBD dan Perkenalan dengan IPA
Oleh: Jamiatul Husnaini, Masayu Siti Fatimah & Samsul


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
IABD merupakan mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) yang berprinsip sebagai pengantar dasar menuju pengenalan teori-teori ilmu-ilmu social dan kebudayaan sehingga diharapkan mahasiswa dapat memiliki wawasan keilmuan yang bersifat multidisipliner tentang keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia.
ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan suatu rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud dari padanya.
IAD bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, melainkan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi, yang bertujuan memberikan wawasan pengetahuan, pengertian dan apresiasi terhadap objek dan cara pemikiran serta cara-cara pendekatan dalam IPA dan Teknologi.
IPA merupakan suatu ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Betapa pun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan jika tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan/observasi. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan/alam diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen).
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang bisa diangkat dalam pembahasan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.      Apa hakikat, tujuan dan ruang lingkup ISBD?
2.      Apa yang dimaksud mitos dan penalaran sebagai cara memperoleh pengetahuan?


BAB II
PENGANTAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

A.    Hakikat, Tujuan dan Ruang Lingkup

1.      Hakikat Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) dengan visi “Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia yang dilandasi oleh nilai-nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.” Adapun misinya adalah “Memberikan landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.”
Berdasarkan visi dan misi ISBD diatas, mahasiswa mampu memahami jejaring kehidupan bersama berikut nilai, acuan norma serta pedoman hidup (blueprint) yang melebur dalam kehidupan keseharian  yang mengikat interaksi kebersamaan itu.
2.      Tujuan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
Tujuan ISBD adalah sebagai berikut:
a)      Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman, kesetaraan, kemartabatan dan kebebasan, serta keterikatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
b)      Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam mmahami keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.
c)      Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan makhluk sosial yang beradab dalam memperaktikan pengetahuan akademik dan keahliannya dan mampu memecahkan masalah sosial budaya secara arif.

3.      Ruang Lingkup Mata Kuliah Pengantar ISBD
Untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan mata kuliah ISBD pada perguruan tinggi, berikut ini merupakan ruang lingkup dan subbahasannya, yaitu:
a)      Pengantar ISBD, yang mencakup:
ü  Hakikat dan ruang lingkup ISBD.
ü  ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum.
ü  ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya.
b)      Manusia sebagai makhluk budaya:
ü  Hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
ü  Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan.
ü  Etika dan estetika berbudaya.
ü  Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep dasar manusia.
ü  Problematika kebudayaan.
c)      Manusia sebagai individu dan makhluk sosial:
ü  Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
ü  Fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
ü  Dinamika interaksi sosial.
ü  Dilemma antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
d)     Manusia dan peradaban:
ü  Hakikat peradaban.
ü  Manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab.
ü  Evolusi budaya dan wujud peradaban dalam kehidupan sosial budaya.
ü  Dinamika peradaban global.
ü  Problematika peradaban pada kehidupan manusia.
e)      Manusia, keragaman, dan kesetaraan:
ü  Hakikat keragaman dan kesetaraan manusia.
ü  Kemajemukan dalam dinamika sosial dan budaya.
ü  Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
ü  Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan masyarakat dan Negara.
f)       Manusia, nilai, moral dan hukum dalam domain akhlak mulia:
ü  Hakikat, fungsi, dan perwujudan nilai, moral, dan hukum dalam kehidupan manusia, masyarakat dan Negara.
ü  Keadilan, ketertiban dan kesejahteraan sebagai wujud masyarakat yang bermoral dan menaati hukum.
ü  Problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan Negara.
g)      Manusia, sains, teknologi dan seni:
ü  Hakikat dan makna sains, teknologi dan seni bagi manusia.
ü  Dampak penyalahgunaan IPTEKS pada kehidupan sosial dan budaya.
ü  Problematika pemanfaatan IPTEKS di Indonesia.
h)      Manusia dan lingkungan:
ü  Hakikat dan makna lingkungan bagi manusia.
ü  Kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan manusia.
ü  Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat.
ü  Isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya dan bangsa.
Secara umum cakupan materi ilmu ini, adalah tentang eksistensi, esensi, dan substansi terkait umat, ekologi, keilmuan, akhlak, etika, variasi dan perubahan budaya (peradaban), hak dan kewajiban, serta pelbagai alternative solusi masalah kehidupan.
B.     ISBD sebagai MBB dan Pendidikan Umum
ISBD sebagai bagian dari mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbale balik antara manusia dengan lingkungannya. Dengan wawasan tersebut diharapkan perguruan tinggi mampu menghasilkan tenaga ahli dengan tiga jenis kemampuan secara simulta, yang meliputi:
ü  Kemampuan personal.
ü  Kemampuan akademis.
ü  Kemampuan professional.
Dengan bahasa lain bahwa perguruan tinggi diharapkan mampu mengembangkan mahasiswa yang memiliki kepribadian, keilmuan serta keterampilan, hingga komitmen kuat dalam mengaktualisasikan talenta dirinya dalam membangun kehidupan masyarakat sebagai objek dari kompetensi yang dimilikinya.

C.    ISBD sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Sosial-Budaya
Pendekatan multidisipliner berguna untuk menstimulus mahasiswa berfikir terbuka dan kritis atas apa yang didengar, dimengerti, dipahami, dan dikonsepsikannya agar dapat didiskusikan dan dikomunikasikan menjadi pengetahuan yang ilmiah.
Wujud nyata dari keahlian ilmu ini adalah partisipatif dan aktif serta tanggap atas konflik, tekanan, bahkan bencana sosial maupun alam yang terjadi pada suatu masyarakat serta rela terjun ke dalamnya baik secara mandiri atau bergabung dalam tim hingga terintegrasi dalam satu komunitas pemecah solusi menuju masyarakat rukun dan damai serta stabil kembali.


BAB III
PERKENALAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

A.    Pengertian dan Perkembangan IPA
1.      Pengertian IPA
H. W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis yang dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dn induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adlah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, IPA adalah suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas-khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling terkait satu sama lain. Cara memperoleh ilmu seperti ini terkenal dengan nama metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA.
Sejak abad ke-16 para ilmuan mulai menggunakan metode ilmiah dalam mempelajari alam semesta ini. Mereka menyadari adanya suatu masalah. Sejak digunakannya metode ilmiah didalam penelitian ilmiah, dimulailah IPA modern yang kemudian berkembang secara pesat. Perintis-perintis IPA modern adalah Galileo Galiliei (1564-1642), Isaac Newton (1642-1727) dan Robert Boyle (1626-1691), sedangkan yang khusus dalam ilmu kimia adalah Antoine Laurent Lavoisier (1743-1793).
Adapun langkah-langkah di dalam metode ilmiah, ialah:
Ø  Penemuan/penentuan masalah secara sadar.
Ø  Perumusan kerangka permasalahan.
Ø  Pengajuan hipotesis.
Ø  Deduksi dan hipotesis.
Ø  Pengujian hipotesis.
Ø  Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah.

2.      Perkembangan IPA
untuk memberikan gambaran tentang perkembangan IPA, berikut ini akan dibahas berbagai pengetahuan yang dikenal manusia dan cara berfikirnya, yaitu:
a)      Zaman Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan mengamati dan membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis, membaca dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul tercatat secara tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, astronomi Babiliona menetapkan pembagian waktu.
Pada tahun 2980-2950 SM. Telah dapat dibangun pyramid di mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil. Pembangunan pyramid ini menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan matematika khususnya geometrid an aritmatika telah maju.
Kurang lebih tahun 1600 SM. Orang mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperduabelas kuadrat kelilingnya.
b)      Zaman Yunani Kuno
Beberapa pandangan dan pendapat para ahli pada zaman yunani kuno adalah sebagai berikut:
Ø  Thales (624-548 SM.) berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air: dari air asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Dan pendapatnya yang lain, bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedang bulan menerima cahaya dari matahari.
Ø  Anaximenes (588-526 SM.) berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara yang merapat dan meregang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu tergantung kepada pernapasan.
Ø  Anaximander (610-546 SM.) berpendapat langit dengan segala isinya itu mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang Nampak itu hanya separohnya.
Ø  Heraklitos (535-475 SM.) berpendapat bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api ini yang menggerakkan sesuatu, menghidupkan alam semesta.
Ø  Pythagoras (580-499 SM.) mengemukakan empat unsure dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya.
c)      Zaman pertengahan
Ø  Zaman Alkimia (abad 1-2), Ahli Alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi yaitu air raksa, belerang dan garam.
Ø  Zaman Latrokimia (latros=Tabib), tokohnya yaitu Paracelsus (1439-1541), menerima tiga unsure: air raksa, belerang dan garam yang dipandang bahwa:
·         Air Raksa        = mengandung roh, jiwa.
·         Belerang          = mengandung semangat.
·         Garam             = merupakan tubuhnya.
d)     Zaman Modern, Timbulnya IPA. Setelah ditemukan alat yang semakin sempurna, ditambah dengan meningkatnya kemampuan berfikir, mulailah dikembangkan metode eksperimen. Beberapa tokoh yang mempelopori metode eksperimen adalah:
Ø  Roger Bacon (1214-1294), menyatakan bahwa pada hakikatnya IPA adalah ilmu yang berdasarkan kepada kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalaman, penyelidikan dan percobaan. Matematika merupakan dasar untuk berfikir dan merupakan kunci untuk mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Ø  Leonardo Da Vinci (1452-1519).
Ø  Francis Bacon (1561-1626), berpendapat bahwa cara berfikir induktif merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai kebenaran: hanya penyelidikan dan percobaan yang menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam.
Ø  Nicolas Copernicus (1473-1543).
Ø  Johannes Keppler (1571-1630).
Ø  Galileo Galilei (1546-1642).

B.     Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai cirri-ciri:
1)      Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya.
2)      Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3)      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
4)      Memiliki potensi berkembang biak.
5)      Tumbuh dan bergerak.
6)      Berinteraksi dengan lingkungannya.
7)      Mati.
Bila dibandingkan dengan makhluk lain, maka tubuh manusia lemah, sedang rohaninya yaitu akal-akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia sebagai makhluk berfikir dibekali hasrat ingin tahu, tentang benda dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu ini mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi sehingga manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh akhirnya tidak hanya terbatas pada objek yang dapat diamati (dengan) panca indera saja, tetapi juga masalah-masalah lain misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah.
C.    Mitos, Penalaran dan Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengalaman dan kepercayaan disebut Mitos. Adapun cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda.
Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia. Mitos dapat doterima masyarakat pada masa itu karena:
Ø  Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
Ø  Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
Ø  Hasrat ingin tahunya terpenuhi.[1]
Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap:
Ø  Tahap teologi atau fiktif (tahap Mitos).
Ø  Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak.
Ø  Tahap positif atau ilmiah riil.
Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib. Dalam alam mitos ini penalaran belum terbentuk, dan yang bekerja adalah daya khayal, imajinasi dan intuisi.
Pada tahap mitos atau tahap teologi manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan dengan cara berfikir irrasional.
Berfikir adalah suatu kegiatan untuk memperoleh atau menemukan pengetahuan yang benar. Dan proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan yang benar ini disebut penalaran.Perlu kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir merupakan penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai ciri-ciri tertentu yakni logis dan analistis.
 Terdapat berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, diantaranya adalah:
Ø  Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.
Ø  Intuisi.
Ø  Wahyu.
Ø  Trial and error, adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba atau untung-untungan.


BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai pengantar ISBD dan perkenalan dengan IPA, dapat disimpulkan:
Ø  ISBD adalah  suatu disiplin ilmu yang berprinsip sebagai pengantar dasar menuju pengenalan teori ilmu-ilmu social dan kebudayaan.
Ø  Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya kekuatan ghaib.
Ø  Penalaran adalah suatu proses berfikir untuk memperoleh atau menemukan pengetahuan dalam menarik kesimpulan.
Ø  Berbagai cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu:
·         Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.
·         Intuisi.
·         Wahyu.
·         Trial and error.



DAFTAR PUSTAKA

Tumanggor, Rusmin, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Supatmo dan Abu Ahmadi. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmodjo, Hendro. 1985. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: UD Karunika.




[1] Drs. Hendro Darmodjo MA, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: UD Karunika, 1985), hal. 5.


#makalah_prodi_perbandingan mazhab dan hukum_angkatan2012 2016_syariahdanhukum_UIN_Raden_fatah_palembang
loading...