Keutamaan Ramadhan #Source:apkpure.com |
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمِنِ الرَّحِيْمِ. الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
بِلْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى المَبْعُوْثِ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.
وَبَعْدُ.
Segala
puji hanyalah milik Allah. Dzat yang menjadikan Ramadhan bulan istimewa, bulan
ampunan dan bulan suci bagi umat Muhammad. Shalawat serta salam kita tujukan
kepada manusia pilihan, kekasih Allah, Muhammad Saw. Dengan shalawat ini semoga
kelak kita termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya.
Bapak-bapak,Ibu-ibu,
saudara-saudari, yang dirahmati Allah.
Ramadhan
datang lagi. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam sedunia karena
didalamnya banyak sekali keutamaan-keutamaan. Sebab banyaknya keutamaan yang
dimiliki bulan Ramadhan, bulan ini dikenal dengan beberapa nama.
Pertama, Syahrul Azhim. Artinya “bulan yang agung”. Ramadhan adalah
bulan yang mulia dan agung karena Allah telah mengagungkan dan memuliakannya. Kedua,
Syahrul Mubarok. Artinya bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah
(ampunan). Sebab, waktu yang berjalan pada bulan suci ini bagaikan rangkaian
berlian yang sangat berharga bagi orang beriman dengan pahala amal ibadah yang
dilipatgandakan. Ketiga, Syahrul Shiyam, yaitu bulan yang
didalamnya dari awal hingga akhir kita diwajibkan melaksanakan puasa. Keempat,
Syahrul Qur’an, yaitu bulannya Al-Qur’an. Disebut demikian karena
Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan. Kelima, Syahrul Musawah,
yaitu bulan santunan. Pada bulan Ramadhan sangat dianjurkan bagi setiap muslim
untuk saling menolong, berkasih sayang dengan sesamanya, yang keadaannya jauh
lebih memperhatinkan secara ekonomi. Keenam, Syahrus Shabr, yaitu
bulan kesabaran. Bulan Ramadhan melatih jiwa kaum muslim untuk senantiasa sabar
dalam mengendalikan bahwa nafsu dari hal-hal yang membatalkan puasa, baik lahir
maupun bathin.
Hadirin
rahimakumullah
Bulan
ini telah dikhususkan oleh Allah dengan beberapa kelebihan. Kelebihan yang
paling agung adalah Allah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebagai
petunjuk bagi manusia.
Firman
Allah SWT.:
شَهۡرُ
رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ
مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ
وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ
ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ
تَشۡكُرُونَ (185)
.
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur”
(QS. Al-Baqarah: 185)
Dengan diturunkannya Al-Qur’an pada bula Ramadhan maka seharusnya
seorang muslim memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan yang penuh berkah ini.
Apalagi Allah telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda untuk setiap ibadah
dan amal shalil yang dikerjakannya.
Diantara keutamaan bulan Ramadhan lainnya adalah pintu-pintu surga dibuka
dan pintu-pintu neraka ditutup rapat. Hal ini ditegaskan oleh sabda Nabi Saw.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, “Pada
malam permulaan bulan ramadhan, syaitan-syaitan yang nakal dibelenggu,
pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat dan tidak ada satu pintupun yang dibuka,
sedangkan pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pintupun yang ditutup, dan
penyeru datang menyeru, ‘Wahai orang yang menghendaki kebaikan, datanglah
kemari dan wahai orang yang menghendaki keburukan berhentilah.’ Dan Allah
membebaskan orang dari api neraka dan itu terjadi pada setiap malam bulan
Ramadhan.” (HR. Tirmidzi).
Hadirin yang dicintai Allah.
Hadits tersebut sepatutnya dipahami sebagai motivasi untuk umat
Islam agar berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan berbuat kebaikan pada bulan
Ramadhan dan berusaha seoptimal mungkin menghindari kemaksiatan. Dengan begitu,
tidak ada celah bagi syaitan untuk menganggu orang-orang yang beriman pada
bulan Ramadhan. Suasana yang demikian itu, dengan sendirinya menjadikan
pintu-pintu surga terbuka luas dan pintu-pintu neraka terkunci rapat. Namun,
sayangnya kita masih sering menemukan ada saja yang masih melakukan
kemaksiatan.
Selain itu, keutamaan yang penuh misteri dalam bulan Ramadhan
adalah adanya malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar.
Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Qadr (97) ayat 1-3.
بِّسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
إِنَّآ
أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ
٣
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (1). Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu (2). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan (3). (QS.
Al-Qadr: 1-3)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, “Barangsiapa
yang bangun untuk beribadah pada saat Lailatul Qadar karena iman dan
mengharapkan pahala dari Allah maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (HR. Bukhari Muslim).
Malam tersebut adalah malam yang mulia dimana tidak ada satupun
manusia yang dapat mengetahui kapan datangnya. Malam itu dimuliakan karena
terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an sehingga amal shalih yang dikerjakan
pada malam itu dinilai lebih baik dari amal shalih yang dikerjakan selama
seribu bulan. Dalam rangka menyambut kehadiran Lailatul Qadar, Rasulullah Saw.
mengajarkan umat Islam untuk melakukan I’tikaf dimasjid pada malam-malam ganjil
setelah dua puluh hari Ramadhan. Mayoritas ulama juga sepakat bahwa Lailatul
Qadar datang pada malam-malam ganjil tersebut.
Demikian pula, pada bulan ini doa-doa orang-orang yang berpuasa
dikabulkan oleh Allah SWT. sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi Saw.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya
Allah membebaskan banyak hamba-Nya dari api neraka pada setiap siang dan malam
bulan Ramadhan dan bagi setiap muslim pada saat siang dan malam memiliki doa
yang dikabulkan.” (HR. Al-Bazzar).
Karena pada bulan ini dikhususkan untuk kewajiban berpuasa maka
Allah memberikan penghargaan, yaitu bau mulut orang yang berpuasa lebih harum
daripada minyak kasturi disisi Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, “Allah
Azza wa Jalla berfirman, ‘Puasa itu untukku dan Akulah yang akan memberikan
balasan baginya, sebab dia meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya karena
Aku. Puasa itu perisai, dan bagi orang yang berpuasa itu dua kebahagiaan:
kebahagiaan pada saat dia berbuka puasa dan kebahagiaan pada saat dia bertemu
dengan Tuhan-Nya. Dan sungguh bau mulutnya lebih harum disisi Allah dari bau
kasturi.” (HR. Bukhari).
Bapak-bapak,Ibu-ibu,
saudara-saudari, yang dirahmati Allah.
Keutamaan-keutamaan tersebut tentunya hanya dapat diperoleh
orang-orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh. Sebab, ada yang berpuasa,
tetapi masih melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah. Inilah yang
dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw.
عَنْ اَبِيْ
هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ
لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ
قِيَامِهِ اِلَّا السَّهَرُ.
(رواه احمد وابن ما جه والنسائى)
(رواه احمد وابن ما جه والنسائى)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.,
Rasulullah Saw bersabda, “banyak orang yang berpuasa tetapi tidak
mendapatkan apa pun dari puasanya, kecuali lapar. Banyak orang yang bangun
malam, tetapi tidak mendapatkan apapun dari bangunnya, kecuali terjaga.”
(HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Maksud dari hadits tersebut adalah banyak orang yang berpuasa,
tetapi tidak menjauhkan diri dari kemaksiatan dan dosa. Alih-alih memperoleh
pahala atas puasanya, mereka hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga. Oleh
karena itu, puasa selain dalam arti mengendalikan diri dari tidak makan dan
minum maka puasa dapat pula diartikan sebagai pengendalian diri dari melakukan
kemaksiatan dengan memperbaiki amal ibadah kita. Dengan begitu, dalam bulan
yang penuh berkah ini kita dapat menyempurnakan ibadah yang wajib dan menambah
amalan sunnah. Coba kita pikirkan, jika yang wajib saja begitu sulit untuk
diamalkan, bagaimana mungkin kita dapat mengamalkan yang sunnah?
Dalam rangka menghindari kemaksiatan, ada yang beranekdot, “Lebih
baik tidur saja, apalagi tidurnya orang yang berpuasa itu kan ibadah.”
Banyak yang mengatakan bahwa ungkapan tersebut didasarkan pada hadits Nabi Saw.
yang berbunyi,
نَوْمُ الصَّائِمِ
عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ, وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ
وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ.
(رواه البيهقى)
(رواه البيهقى)
“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih,
amalnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR. Baihaqi).
Bapak-bapak,
Ibu-ibu, saudara-saudari, yang dirahmati Allah.
Tampaknya hadits tersebut “berdampak buruk” bagi sebagian
masyarakat Islam, khususnya di Indonesia. Untuk menghilangkan rasa haus, lapar
dan capek serta menghindari kemaksiatan, mereka banyak meluangkan waktu untuk
tidur daripada beraktifitas dan memperbanyak amal shalih. Padahal ada yang
perlu diketahui berkenaan dengan kualitas hadits diatas. Setelah dilakukan
penelitian oleh beberapa ulama hadits terhadap hadits tersebut, hasilnya adalah
bahwa hadits tersebut termasuk hadits palsu. Hadits yang tidak bisa disandarkan
kepada Nabi Saw. karena dibuat-buat oleh seseorang hingga mirip sabda Nabi Saw.
Dengan demikian, hendaklah orang-orang yang berpuasa menggunakan
waktunya dengan memperbanyak ibadah dan amal kebaikan tanpa harus meninggal
tanggung jawabnya terhadap keluarga, seperti bekerja, belajar, dan lainnya.
Perhatikan sabda Nabi berikut.
عَنْ اَبِيْ
هُرَيْرَةَ قَالَ قَلَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانً
وَاحْتِسَابً غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(رواه البخارى)
(رواه البخارى)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a., berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang
berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhari)
Makna imanan wahtisaban pada hadits diatas adalah meyakini
kewajiban berpuasa, baik dengan hati, lisan, maupun perbuatan, tidak merasa
berat untuk beribadah kepadanya, baik pada waktu siang dan malam, serta
mengharap pahala dari Allah semata. Jika seseorang telah berpuasa seperti itu,
Insya Allah ia akan mencapai derajat taqwa. Sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya bahwa diwajibkannya puasa itu bagi orang-orang yang beriman agar
mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ
مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (183)
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183).
Dengan selayaang pandang tentang keutamaan bulan Ramadhan dan makna
puasa. Semoga kita semua bisa memanfaatkan momentum Ramadhan ini untuk
meningkatkan ibadah kepada Allah. Pada akhirnya semoga kita benar-benar dapat
mencapai derajat yang dijanjikan Allah, yaitu derajat muttaqin
(orang-orang yang bertaqwa). Aamiin.
Apabila terdapat kesalahan/kehilafan kami mohon maaf, kepada Allah
kita sama-sama mohon ampun.
Wabillah taufiq wa
hidayah
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Artikel Terkait:
#Source:
Muhammad Hossein Jabbar & berbagai sumber.