Menuntut Ilmu |
Ilmu adalah Maha kumpulan Pengetahuan yang dikuasai Allah,
Tuhan Yang Maha Tahu. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah sebagian dari ilmu yang
diperoleh manusia melalui akal dan daya nalarnya yang disusun secara
sistematis.[1]
Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh melalui pendidikan formal
maupun informal (pengalaman). Beberapa ayat Al-Qur’an menerangkan bagaimana
Allah mengajarkan ilmu kepada hambanya. Allah berfirman,
وَعَلَّمَ
ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي
بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (31) قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا
مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ(32)
31. “Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
32. “Mereka menjawab: "Maha
Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana." (QS. Al-Baqarah: 31-32).[2]
عَلَّمَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 5) [3]
Namun ilmu Allah amat sangat luas dan dalam, karena sebanyak
apapun sumber daya yang kita miliki tak akan cukup bagi kita untuk menjelaskan
luas dan dalamnya ilmu Allah itu. Sebagaimana Allah berfirman,
وَلَوۡ
أَنَّمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن شَجَرَةٍ أَقۡلَٰمٞ وَٱلۡبَحۡرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦ
سَبۡعَةُ أَبۡحُرٖ مَّا نَفِدَتۡ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٞ (27)
“Dan seandainya
pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
(QS. Luqman: 27).[4]
Kemudian, orang yang berilmu atau ilmuan, kedudukan mereka
dipandang sangat tinggi dalam Islam. Rasulullah Saw. bersabda,
“Manusia terbaik ialah mu’min yang berilmu, jika
diperlukan dia berguna, dan jika tidak diperlukan, maka dia dapat mengurus
dirinya sendiri.”
(HR. Baihaki).
“Seorang yang berilmu lebih sulit digoda syetan
daripada seribu orang ahli ibadah (tetapi tidak berilmu).” (HR. Turmudzi).
“Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw.:
“Siapakah sahabat yang paling baik kepada kami?” Jawab Rasul Saw.: Seseorang
yang apabila kamu melihatnya kamu akan teringat kepada Allah. Apabila kamu
mendengar pembicaraanya pengetahuan mengenai Islam akan bertambah. Dan bila
kamu melihat kelakuannya kamu akan teringat hari…” (Al-Hadits)
Kelebihan dan
Kedudukan Orang Yang Menuntut Ilmu dan Mengajarkan Ilmu Menurut Islam
Beberapa
kelebihan dan kedudukan orang berilmu yang mengajarkan ilmunya dan orang yang
menuntut ilmu, antara lain penjelasannya sebagai berikut:
1.
Mengakui tidak ada Tuhan selain Allah
Manusia normal dengan kelebihan akal yang dimilikinya akan sampai
pada pemahaman bahwa tidak ada Tuhan selain hanya Allah Yang Maha Esa, bila
jujur dengan hati nuraninya. Namun, untuk bersikap jujur tidak semua orang
mampu melakukannya. Hanya mereka yang mampu berfikir sebagai ulil albab
saja yang dapat melakukannya.
Allah berfirman,
شَهِدَ
ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلۡعِلۡمِ
قَآئِمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (18)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18).[5]
2.
Kedudukan ilmuwan disejajarkan dengan orang yang beriman
Ilmuwan yang mempunyai kelapangan dada terhadap perbedaan yang ada
diantara mereka dan patuh pada rambu-rambu hukum dalam Islam, ditempatkan
sejajar dengan orang yang beriman.
Allah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ
يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا
تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
(QS. Al-Mujadilah: 11).[6]
3.
Boleh menjadi tempat iri dalam pengertian positif
Ilmuwan yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang
lain sehingga bermanfaat bagi kemaslahatan dapat menimbulkan kecemburuan.
Selain dalam arti positif menjadi orang yang bermanfaat, juga didoakan oleh
seluruh alam semesta. Sebaliknya ilmuan yang tidak memanfaatkan ilmunya bagi
kemaslahatan tidak perlu dicemburu. Karena seperti itu tak ubahnya seperti
keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal tetapi tak ada manfaatnya.
Rasulullah Saw. bersabda “Tidak
boleh hasad/iri kecuali terhadap dua orang manusia: 1. Seorang yang Allah beri
kekayaan, kemudian digunakan untuk menegakkan agama Allah. 2. Seorang yang
Allah beri ilmu, kemudian ilmu itu diamalkannya dan diajarkannya manusia.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
4.
Didoakan agar mendapat rahmat
Rasulullah Saw. bersabda “Sesungguhnya Allah dan
Malaikat-malaikatnya serta penghuni langit dan bumi hingga semut yang ada
dilubangnya, dan ikan dilaut, semuanya memohon rahmat untuk orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR.Turmudzi).
5.
Jalan yang mudah menuju Surga
Rasul Saw. bersabda: “Barangsiapa
yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya
kejalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ
فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ(69) .
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69).[7]
Orang berilmu juga memahami bahwa ganjaran dari Allah adalah lebih
baik daripada dunia dan sejenisnya.
Allah berfirman:
وَقَالَ
ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ
وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ(80)
.
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu:
"Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu,
kecuali oleh orang-orang yang sabar." (QS. Al-Qashahsh: 80).[8]
6.
Jalan menuju petunjuk dan hidayah
Rasul
Saw. bersabda: “Tiada ada usaha yang lebih baik daripada orang yang berusaha
mencari ilmu. Ilmu itu dapat mengamankan pemiliknya kepada petunjuk hidayah. Dan
hidayah itu menolak kehinaan dari padanya. Agama tidak akan melainkan hanya
dengan ilmu yang kuat.” (HR. Thabrani).
وَمِنَ
ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ
إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ
غَفُورٌ(28)
.
“Dan demikian
(pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak
ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28).[9]
7.
Tugas kenabian dan Majelis Ilmu (mengajar dan menyebarkan ilmu)
Ketika
Rasulullah Saw. masuk ke masjid Madinah padangannya tertuju kepada 2 kelompok
majelis yang dihadiri para sahabatnya. Pertama adalah sekumpulan sahabat yang
sedang berdzikir dan memuji Allah SWT. dan kedua adalah sekumpulan sahabat yang
tengah belajar dan mengajarkan ilmu (majelis ilmu).
Rasulullah Saw. pun berlalu dan gembira melihat keadaan tersebut. Kemudian
beliau menoleh kepada seorang sahabat yang berjalan bersamanya, sambil
bersabda: “Dua majelis ini melakukan aktifitas yang baik, mereka berbahagia dan
terpuji,” selanjutnya beliau menyatakan: “Aku diutus untuk mengajar dan
menyebarkan ilmu.” Kemudian Rasulullah Saw. menuju kearah majelis ilmu dan
bergabung bersama mereka.”[10]
Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila kalian melewati taman-taman surga
ambilah selalu hasilnya.” Para sahabat bertanya “Apakah taman-taman surga itu,
ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Majelis-Majelis ilmu.” (HR. Tabrani).
Lukmanul
Hakim berkata kepada anaknaya: “Wahai anakku, hendaknya engkau menyertai
para ulama dan dengarkan ucapan ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah
menghidupkan tanah yang mati dengan air dan hujan.” (Targhib).
Karena
mereka memahami hal-hal yang tersirat dalam pelajaran dan contoh-contoh yang
diberikan hanya mereka yang berilmu. Karena IQ dan EQ-nya “jalan”.
Allah
berfirman
وَتِلۡكَ
ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا يَعۡقِلُهَآ إِلَّا ٱلۡعَٰلِمُونَ(43) .
“Dan perumpamaan-perumpamaan
ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu.”
(QS. Al-Ankabut: 43).
8. Orang
yang mengajar dan belajar berserikat dalam kebaikan
Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang mengajar dan diajar
keduanya bersekutu dalam kebaikan, tidak
ada lagi kebaikan pada sekalian manusia selain mereka.” (HR. Ibnu Majah).
9. Menuntut
Ilmu lebih baik daripada Melakukan Ibadah Sunnah
Rasulullah Saw. bersabda: “Hai Abu Dzar, apabila kamu pergi
menuntut ilmu satu ayat saja dari Al-Qur’an itu lebih baik daripada shalat
(sunnah) seratus rakaat. Dan sungguh apabila kamu menuntut ilmu satu bab yang
kamu ketahui, diamalkan atau tidak diamalkan, lebih baik bagimu daripada shalat
(sunnah) seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah).
“Ilmu yang sedikit lebih baik
daripada ibadah (sunnah) yang banyak.” (HR. Tabrani).
10. Kelebihan
orang berilmu daripada Ahli Ibadah
“Kelebihan orang yang berilmudibandingkan dengan orang ahli ibadah
( tetapi tidak berilmu) bagaikan kelebihanku dibandingkan dengan laki-laki yang
paling hina diantara kamu.”
(HR. Turmudzi).
11. Orang
berilmu dan sahabat terbaik
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah “Siapakah sahabat
yang paling baik kepada kami? “Jawab Rasulullah, “Seseorang yang apabila kamu
melihatnya kamu akan teringat kepada Allah. Apabila kamu mendengar
pembicaraannya pengetahuanmu mengenai Islam akan bertambah. Dan bila kamu
melihat kelakuannya kamu akan teringat akhirat.” (Al-Hadits).[11]