Thursday, 16 March 2017

Kelebihan dan Kedudukan Orang Yang Menuntut Ilmu dan Mengajarkan Ilmu Menurut Islam

Image result for orang menuntut ilmu
Menuntut Ilmu
Ilmu adalah Maha kumpulan Pengetahuan yang dikuasai Allah, Tuhan Yang Maha Tahu. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah sebagian dari ilmu yang diperoleh manusia melalui akal dan daya nalarnya yang disusun secara sistematis.[1]
Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh melalui pendidikan formal maupun informal (pengalaman). Beberapa ayat Al-Qur’an menerangkan bagaimana Allah mengajarkan ilmu kepada hambanya. Allah berfirman,
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِ‍ُٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ (31) قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ(32)   
31. “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
32. “Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah: 31-32).[2]

عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
“Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 5) [3]
Namun ilmu Allah amat sangat luas dan dalam, karena sebanyak apapun sumber daya yang kita miliki tak akan cukup bagi kita untuk menjelaskan luas dan dalamnya ilmu Allah itu. Sebagaimana Allah berfirman,
وَلَوۡ أَنَّمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن شَجَرَةٍ أَقۡلَٰمٞ وَٱلۡبَحۡرُ يَمُدُّهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦ سَبۡعَةُ أَبۡحُرٖ مَّا نَفِدَتۡ كَلِمَٰتُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ (27)
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27).[4]

Kemudian, orang yang berilmu atau ilmuan, kedudukan mereka dipandang sangat tinggi dalam Islam. Rasulullah Saw. bersabda,
“Manusia terbaik ialah mu’min yang berilmu, jika diperlukan dia berguna, dan jika tidak diperlukan, maka dia dapat mengurus dirinya sendiri.” (HR. Baihaki).

“Seorang yang berilmu lebih sulit digoda syetan daripada seribu orang ahli ibadah (tetapi tidak berilmu).” (HR. Turmudzi).

“Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Siapakah sahabat yang paling baik kepada kami?” Jawab Rasul Saw.: Seseorang yang apabila kamu melihatnya kamu akan teringat kepada Allah. Apabila kamu mendengar pembicaraanya pengetahuan mengenai Islam akan bertambah. Dan bila kamu melihat kelakuannya kamu akan teringat hari…” (Al-Hadits)

Kelebihan dan Kedudukan Orang Yang Menuntut Ilmu dan Mengajarkan Ilmu Menurut Islam
Beberapa kelebihan dan kedudukan orang berilmu yang mengajarkan ilmunya dan orang yang menuntut ilmu, antara lain penjelasannya sebagai berikut:
1.      Mengakui tidak ada Tuhan selain Allah
Manusia normal dengan kelebihan akal yang dimilikinya akan sampai pada pemahaman bahwa tidak ada Tuhan selain hanya Allah Yang Maha Esa, bila jujur dengan hati nuraninya. Namun, untuk bersikap jujur tidak semua orang mampu melakukannya. Hanya mereka yang mampu berfikir sebagai ulil albab saja yang dapat melakukannya.
Allah berfirman,
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلۡعِلۡمِ قَآئِمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (18)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18).[5]

2.      Kedudukan ilmuwan disejajarkan dengan orang yang beriman
Ilmuwan yang mempunyai kelapangan dada terhadap perbedaan yang ada diantara mereka dan patuh pada rambu-rambu hukum dalam Islam, ditempatkan sejajar dengan orang yang beriman.
Allah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11).[6]

3.      Boleh menjadi tempat iri dalam pengertian positif
Ilmuwan yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya kepada orang lain sehingga bermanfaat bagi kemaslahatan dapat menimbulkan kecemburuan. Selain dalam arti positif menjadi orang yang bermanfaat, juga didoakan oleh seluruh alam semesta. Sebaliknya ilmuan yang tidak memanfaatkan ilmunya bagi kemaslahatan tidak perlu dicemburu. Karena seperti itu tak ubahnya seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal tetapi tak ada manfaatnya.
Rasulullah Saw. bersabda “Tidak boleh hasad/iri kecuali terhadap dua orang manusia: 1. Seorang yang Allah beri kekayaan, kemudian digunakan untuk menegakkan agama Allah. 2. Seorang yang Allah beri ilmu, kemudian ilmu itu diamalkannya dan diajarkannya manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4.      Didoakan agar mendapat rahmat
Rasulullah Saw. bersabda “Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatnya serta penghuni langit dan bumi hingga semut yang ada dilubangnya, dan ikan dilaut, semuanya memohon rahmat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR.Turmudzi).
5.      Jalan yang mudah menuju Surga
Rasul Saw. bersabda: “Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan baginya kejalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ(69) .
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69).[7]

Orang berilmu juga memahami bahwa ganjaran dari Allah adalah lebih baik daripada dunia dan sejenisnya.
Allah berfirman:
وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ(80) .
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar." (QS. Al-Qashahsh: 80).[8]

6.      Jalan menuju petunjuk dan hidayah
Rasul Saw. bersabda: “Tiada ada usaha yang lebih baik daripada orang yang berusaha mencari ilmu. Ilmu itu dapat mengamankan pemiliknya kepada petunjuk hidayah. Dan hidayah itu menolak kehinaan dari padanya. Agama tidak akan melainkan hanya dengan ilmu yang kuat.” (HR. Thabrani).
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ(28) .
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28).[9]

7.      Tugas kenabian dan Majelis Ilmu (mengajar dan menyebarkan ilmu)
Ketika Rasulullah Saw. masuk ke masjid Madinah padangannya tertuju kepada 2 kelompok majelis yang dihadiri para sahabatnya. Pertama adalah sekumpulan sahabat yang sedang berdzikir dan memuji Allah SWT. dan kedua adalah sekumpulan sahabat yang tengah belajar dan mengajarkan ilmu (majelis ilmu).
Rasulullah Saw. pun berlalu dan gembira melihat keadaan tersebut. Kemudian beliau menoleh kepada seorang sahabat yang berjalan bersamanya, sambil bersabda: “Dua majelis ini melakukan aktifitas yang baik, mereka berbahagia dan terpuji,” selanjutnya beliau menyatakan: “Aku diutus untuk mengajar dan menyebarkan ilmu.” Kemudian Rasulullah Saw. menuju kearah majelis ilmu dan bergabung bersama mereka.”[10]

Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila kalian melewati taman-taman surga ambilah selalu hasilnya.” Para sahabat bertanya “Apakah taman-taman surga itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Majelis-Majelis ilmu.” (HR. Tabrani).

Lukmanul Hakim berkata kepada anaknaya: “Wahai anakku, hendaknya engkau menyertai para ulama dan dengarkan ucapan ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah menghidupkan tanah yang mati dengan air dan hujan.” (Targhib).
Karena mereka memahami hal-hal yang tersirat dalam pelajaran dan contoh-contoh yang diberikan hanya mereka yang berilmu. Karena IQ dan EQ-nya “jalan”.
Allah berfirman
وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِۖ وَمَا يَعۡقِلُهَآ إِلَّا ٱلۡعَٰلِمُونَ(43) .
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut: 43).

8.      Orang yang mengajar dan belajar berserikat dalam kebaikan
Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang mengajar dan diajar keduanya bersekutu  dalam kebaikan, tidak ada lagi kebaikan pada sekalian manusia selain mereka.” (HR. Ibnu Majah).

9.      Menuntut Ilmu lebih baik daripada Melakukan Ibadah Sunnah
Rasulullah Saw. bersabda: “Hai Abu Dzar, apabila kamu pergi menuntut ilmu satu ayat saja dari Al-Qur’an itu lebih baik daripada shalat (sunnah) seratus rakaat. Dan sungguh apabila kamu menuntut ilmu satu bab yang kamu ketahui, diamalkan atau tidak diamalkan, lebih baik bagimu daripada shalat (sunnah) seribu rakaat.” (HR. Ibnu Majah).

“Ilmu yang sedikit lebih baik daripada ibadah (sunnah) yang banyak.” (HR. Tabrani).
10.  Kelebihan orang berilmu daripada Ahli Ibadah
“Kelebihan orang yang berilmudibandingkan dengan orang ahli ibadah ( tetapi tidak berilmu) bagaikan kelebihanku dibandingkan dengan laki-laki yang paling hina diantara kamu.” (HR. Turmudzi).

11.  Orang berilmu dan sahabat terbaik
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah “Siapakah sahabat yang paling baik kepada kami? “Jawab Rasulullah, “Seseorang yang apabila kamu melihatnya kamu akan teringat kepada Allah. Apabila kamu mendengar pembicaraannya pengetahuanmu mengenai Islam akan bertambah. Dan bila kamu melihat kelakuannya kamu akan teringat akhirat.” (Al-Hadits).[11]



[1] Nasution AH. 1999
[2] Qur’an, 2: 31-32
[3] Qur’an, 96: 5
[4] Qur’an, 31: 27
[5] Qur’an, 3: 18
[6] Qur’an, 58: 11
[7] Qur’an, 29: 69
[8] Qur’an, 28: 80
[9] Qur’an, 35: 28
[10] (dalam Kisah Sejuta Hikmah, Murtadha Muthahhari, 1989)
[11] Yan Orgianus, Islam dan Pengetahuan Sains, 2008, (Bogor: Bee Media Pustaka)
loading...