Friday, 17 March 2017

Kepemimpinan Dalam Islam - Kepemimpinan

Image result for kepemimpinan isl;am
Kepemimpinan
Islam mewajibkan kepada umatnya untuk berjuang dijalan-Nya dengan berjamaah atau bershaf-shaf seperti barisan yang tersusun kokoh (QS. 61: 4). Disamping itu Islam juga memerintahkan: “Apabila ada 2 atau 3 orang diantara kalian pilih seorang menjadi pemimpin.” (Hadits). Seorang yang dipilih jadi pemimpin tentu saja harus yang terbaik diantara yang ada. Karena apabila yang dipilih bukan berdasarkan pilihan yang baik diantara yang ada, maka kerugianlah yang akan diderita jamaah itu, selain tentu saja dianggap mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan orang yang beriman (Hadits).
Adapun jamaah yang dimaksudkan itu adalah sekumpulan orang yang saling tolong-menolong, saling melindungi untuk mencapai tujuan tertentu. Allah berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِهِۦ صَفّٗا كَأَنَّهُم بُنۡيَٰنٞ مَّرۡصُوصٞ ٤
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berjuang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS.Ash-Shaf: 4).[1]

Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan itu adalah suatu aktifitas untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama menuju satu tujuan tertentu sebagaimana diinginkan bersama. Maka didalamnya tercakup aktifitas memotifasi dan mengkoordinasikan. Sedangkan kepemimpinan dalam suatu organisasi mengandung pengertian memotivasi, berkomunikasi, mengarahkan dan mengkoordinasikan orang lain, sehingga dengan demikian diharapkan akan diperoleh kekuatan yang sinergi, yaitu sesuatu kekuatan hasil gabungan dari berbagai unsur kekuatan yang lebih besar bila dibandingkan kekuatan masing-masing dijumlahkan. Sebagai contoh: ( 2 + 2 > 4 ), karena ada efek sinerginya hasilnya akan lebih besar dari 4. Hasil lebih besar dari 4 itulah yang dikatakan sebagai efek sinergi tadi.
Cara memotivasi terbaik adalah dengan memberikan contoh dan sikap teladan. Didalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan tentang sikap Rasulullah menjalankan gaya kepemimpinannya dalam memotivasi, Allah berfirman,:
فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ(159) .
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159).[2]

Seacara ringkas Allah memotivasi Rasulullah adalah dengan sikap:
1.      Lemah lembut dalam melakukan pendekatan
2.      Menghindari sikap keras lagi kasar
3.      Memaafkan kesalahan yang dibuat orang
4.      Mendoakan agar orang diampuni Allah
5.      Bermusyawarah dalam setiap urusan mereka
6.      Dalam menjalankan misinya tekadnya kuat, pantang menyerah
7.      Menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawakal)
Bahkan dalam rangka menyiapkan misinya sebagai Rasul, Rasulullah Saw. tidak ragu-ragu memberikan fasilitas yang memang dibutuhkan oleh setiap orang yang membantunya, Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa diserahi tugas mengurusi suatu pekerjaan untuk kita sedangkan dia tidak punya rumah maka hendaklah dia mengambil rumah. Seandainya dia tidak punya istri maka kawinlah. Seandainya dia tidak punya pelayan maka ambilah pelayan melayaninya. Seandainya dia tidak punya kendaraan maka ambilah kendaraan untuknya. Barangsiapa yang mengambil lebih daripada itu maka dia telah berkhianat.” (HR. Ahmad dan Turmidzi).

Dengan melihat ketujuh point tadi ternyata memang tidak mudah untuk memberikan motivasi itu. Mengapa? Karena memang tak mudah bersikap lemah lembut dan membuang sikap keras lagi kasar yang sudah menjadi kebiasaan. Siapakah orang yang mampu menjadi pemaaf, bila disakiti orang dan siapapula orang yang mampu mendoakan orang yang menyakitinya? Siapapula manusia yang mempunyai azam yang kuat pantang menyerah dalam menjalankan tugasnya? Dan siapapula manusia yang mampu bersikap tawakal itu? Oleh karena itu haji Agus Salim menyatakan: “Pemimpin itu menderita.” Walapun dengan fasilitas yang disediakan sebagaimana disebutkan Rasulullah tadi. Fasilitas itu masih belum seimbang dengan penderitaan yang dirasakannya, tetapi paling tidak dapat mengurangi. Tetapi bila memang pemimpin itu tulen maka dia tidak akan merasa menderita, karena dia menganggap memotivasi itu memang tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin.[3]



[1] Qur’an, 61: 4
[2] Qur’an, 3: 159
[3] Yan Orgianus, Islam dan Pengetahuan Sains, 2008, (Bogor: Bee Media Pustaka)
loading...