Hukum Zakat
Hukum Zakat
foto: http://www.islamicity.org
|
Pertanyaan
Apa
hukumnya apabila orang yang berzakat salah dalam menentukan sasaran zakatnya?
Jawaban
Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang masalah tersebut.
a. Dianggap
sah
Imam Abu Hanifah, Muhammad Al-Hasan, Abu Ubaid, dan salah satu
riwayat Imam Ahmad berpendapat bahwa dianggap sah jika ia telah mengeluarkan
zakat meskipun salah sasaran dan ia tidak dituntut untuk menyerahkan zakatnya
kembali. Hal ini berdasarkan hadits dari Ma’an bin Yazid, “Ayahku mengeluarkan
beberapa dinar untuk disedekahkan, kemudian dinar-dinar itu diberikan kepada
seorang laki-laki yang ada di masjid. Kemudian aku dating untuk mengambilnya,
lalu aku datang kepada ayahku membawa dinar-dinar itu. Ayahku berkata, ‘Demi
Allah, tidak untukmu. Aku bermaksud memberikannya.’ Kemudian aku mengadu kepada
Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda:
لَكَ
مَانَوَيْتَ يَا يَزِيْدُ وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ.
“Bagimu
apa yang telah kauniatkan, wahai yazid, dan bagimu apa yang telah kuambil,
wahai Ma’an”
(HR. Bukhari).
Hadits ini mengandung kemungkinan bahwa sedekahnya adalah sedekah
sunnah, hanya saja pernyataan Nabi Saw. “Bagimu apa yang telah kauniatkan,
wahai yazid” memberikan pengertian yang bersifat umum. Dengan demikian,
zakat termasuk didalamnya.
Mereka beralasan pula dengan hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Saw. bersabda:
قَالَ رَجُلٌ لَأَ تَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ
فَوَضَعَهَا فِيْ يَدِسَارِقٍ فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ تُصَدِّقَ عَلَى
سَارِقٍ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ
بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِيْ يَدَيْ زَانِيَةٍ فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ
تُصَدِّقَ اللّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ فَقَالَ اللهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ
لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَّقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ
غَنِيٍّ فَأَصْبَحُوْا يَتَحَدَّثُوْنَ تُصَدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ فَقَالَ اللهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ فَأُتِيَ
فَقِيْلَ لَهُ أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَرِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ
سَرِقَتِهِ وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا
وَأَمَّا الْغَنِيُّ فَلَعَلَهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ.
“Seorang
laki-laki berkata, “Aku benar-benar akan bersedekah dengan suatu sedekah (pada
malam ini), lalu ia keluar dengan sedekahnya, lalu diberika kepada seorang
pencuri (dalam keadaan ia tidak mengetahuinya). Pada waktu pagi orang-orang
berkata, ‘Seseorang pada malam tadi telah memberikan sedekah kepada seorang
pencuri.’ Orang tadi berkata, ‘Wahai Allah, bagi-Mu segala puji, aku
benar-benar akan bersedekah dengan suatu sedekah (pada malam ini).’ Lalu, ia
keluar dengan sedekahnya, lalu diberikan kepada wanita pezina. Pada waktu pagi
orang-orang berkata, ‘Seseorang pada malam tadi telah memberikan sedekah kepada
wanita pezina.’ Orang tadi berkata, ‘Wahai Allah, bagi-Mu segala puji, aku
benar-benar akan bersedekah dengan suatu sedekah (pada malam ini).’ Kemudian ia
keluar dengan sedekahnya, lalu diberikan kepada orang kaya. Pada waktu pagi
orang-orang berkata, ‘Seseorang pada malam tadi telah memberikan sedekah pada
orang kaya.’ Kemudian orang itu berkata, ‘Wahai Allah, bagi-Mu segala puji atas
pencuri, atas wanita pezina, dan atas orang kaya.’ Kemudian pada waktu tidurnya
ia bermimpi bahwa dikatakan kepadanya, ‘Adapun sedekah engkau kepada pencuri,
mudah-mudahan dapat memelihara dirinya sehingga tidak mencuri lagi. Adapun
wanita pezina, mudah-mudahan dapat memelihara dirinya dari perbuatan zina.
Adapun sedekah engkau kepada orang kaya, mudah-mudahan menjadi pelajaran
baginya sehingga ia menginfakkan harta yang telah dianugrahkan Allah kepadanya”
(HR. Bukhari).
b. Tidak
sah
Mazhab Syafi’I dan salah satu riwayat Imam Ahmad bependapat bahwa
tidak dianggap cukup menyerahkan zakat kepada orang yang tidak berhak menerima
apabila jelas baginya kesalahan member itu. Dengan demikian, ia wajib
menyerahkan zakat itu kembali pada orang yang berhak menerima. Hal ini
disebabkan ia telah memberikan zakat kepada orang yang tidak berhak menerimanya
sehingga kewajiban berzakatnya masih tetap ada pada hartanya itu dan ia harus
memberikan harta itu kepada yang berhak. Hal ini sebagaimana hutang-piutang
manusia.
Baca
Juga:::
Source:
Al-FurqonHasbi,
125 Masalah Zakat, (Solo: TigaSerangkai, 2008)
Dan Berbagai
Sumber …